Bab 15: It's You?

1.5K 110 11
                                    

Double up nih, tapi satu lagi di privatter hehe

====

Aria mendengkus sambil melihat ke arah taman yang disinari bulan. Gadis itu diam sambil memangku dagu. Pesta memang tak pernah cocok untuknya.

Ia menerawang dalam diam. Bayangan Xavier dan Sesilia memenuhi benaknya. Aria lagi-lagi menghela napas.

Xavier dan Sesilia begitu cocok. Mereka seharusnya bersama. Apakah setelah ini, Aria benar-benar harus mundur?

Menyakitkan. Pada akhirnya, apakah harus berakhir seperti ini?

"Aria?" Sebuah suara berat mengagetkan Aria dari lamunannya. Gadis itu menoleh.

Di belakang, tampak seorang lelaki bersetelan putih khas putra mahkota. Ia tersenyum lembut. Rambut keemasannya semakin berkilau dengan pantulan sinar rembulan.

"Xa-Xavier?" Aria terbata. Kaget setengah mati.

"Ternyata kamu ada di sini." Xavier berjalan ke sebelah Aria. Lelaki itu menumpukan sikunya di atas tembok batu yang menjadi pembatas sebelum terjun ke bawah.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Seharusnya kamu berada di dalam, bukan?" Aria mengerutkan dahi. Ia tampak bingung dan terlihat kaget.

"Kenapa aku harus di dalam?" jawab Xavier dengan bahu terangkat.

Aria memiringkan kepalanya. Ia tampak bingung. "Karena kamu harus membangun relasi dengan orang banyak?" katanya. "Dan kamu juga harus menemani Tuan Putri Sesilia juga, bukan?"

Sebagai putra mahkota, sudah kewajiban Xavier untuk mengenalkan dirinya. Lagipula, ia juga punya Sesilia yang menjadi teman kencannya.

Xavier mengulurkan tangannya. Merengkuh pinggang Aria dengan lembut. "Untuk apa semua itu kalau kamu tidak ada, hm?"

Kalimat itu membuat Aria nyaris pingsan. Ia diam sejenak. Perasaannya yang sedari tadi kalut seolah mencair. Rasanya, ada sesuatu yang ingin tumpah.

"Bagaimana dengan Sesilia?" tanya Aria lagi.

Xavier mengecup puncak kepala Aria. "Sudah kubilang, aku dan Sesilia hanya bentuk diplomasi. Aku tidak berencana mengencaninya sekarang ini. Yang kupikirkan hanya kamu."

Aria diam. Ia merunduk. Bingung, kalut dan merasa tidak percaya diri bersamaan.

"Kamu tampak tidak percaya padaku," ujar Xavier menatap mimik Aria.

Kalimat itu menyentak Aria. Gadis itu tampak terkejut karena Xavier dengan cepat bisa membaca pikirannya. "Bukan. Bukan begitu."

"Lalu?" Xavier mengusap pipi Aria. "Kenapa wajahmu risau begitu?"

Aria diam. Ia membuang pandangannya. Tak ingin menatap Xavier yang membuat jantungnya berdegup tak karuan. Ada rasa sakit dan perih yang dirasakan di dadanya. Seperti seolah-olah, ada duri-duri kecil yang menusuk hati dan pikirannya.

"Maafkan aku." Xavier berkata lirih.

Aria mendongak. Menatap Xavier yang berwajah penuh rasa bersalah.

"Maaf karena aku meninggalkanmu begitu saja sehingga kamu harus berdansa dengan Phyrius hari ini. Maafkan aku." Xavier mengulang permintaan maafnya. "maaf karena aku tidak bisa menolak permintaan Ratu Zenith. Maaf karena aku harus menjadikanmu korban dalam keputusan ini."

Aria kelu. Ia tak bisa menjawab permintaan maaf itu. Semuanya jadi serba membingungkan sekarang.

Xavier melepaskan rengkuhannya. Tarikan napas terdengar keluar dari mulutnya. Kakinya mundur beberapa langkah.

ECLIPSIAWhere stories live. Discover now