Bab 5: Protect You

1.6K 167 1
                                    

Selamat 2k dan selamat up tiap hari hehehe. Ayo ramein gengs hehe

*****

Malam ini, bulan bertengger di langit gelap. Seorang pangeran kecil berjalan mengendap. Rencananya, ia ingin keluar istana untuk pergi ke belakang istana.

Musim panas akan datang sebentar lagi, dan kunang-kunang yang cantik akan berterbangan. Tentu, pemandangan itu tak boleh ia lewatkan.

Dulu sekali, ketika mereka masih tinggal di Methia, ayah dan ibunya selalu mengajak ia dan si kakak pergi ke tepi danau. Lalu, semalaman, mereka memandangi kunang-kunang itu. Sayangnya, ia tak bisa berlaku seperti itu lagi di istana.

Langkah kakinya pelan dengan berjingkat. Ia takut jika seorang pengawal menangkapnya. Pelan-pelan. Ia terus berjalan pelan.

Hingga... hiks... hiks...

Suara tangis dan isak terdengar sayup-sayup. Bulu romannya menegang. Ia melirik ke kiri dan ke kanan.

Sejurus kemudian, ia menarik napas. Berusaha menenangkan diri. Menajamkan pendengarannya sekali lagi.

Isak itu masih terdengar. Kini, lututnya gemetar. Apakah ia lebih baik kabur?

Tetapi, rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Dengan mengepalkan tangan, ia malah mencoba mendekat ke arah suara.

Matanya membeliak ketika menemukan seorang gadis kecil menangis di lorong. Pundaknya bergetar dan tangisannya memilukan.

"Aria?" bisik si pangeran itu.

Gadis yang dipanggil Aria itu mendongak. Matanya tampak basah. "Y-yang Mulia Phyrius."

Phyrius menarik napas. Padahal gadis berusia sepuluh tahun ini sudah resmi diangkat sebagai putri sejak minggu lalu, tetapi masih saja memanggil Phyrius dengan sebutan Yang Mulia.

"Kamu menangis?" Phyrius berjongkok. Menatap Aria dan menghapus air mata di pipinya.

Aria membisu. Tak menjawab sama sekali.

"Apa ada yang menakutkan? Apa ada yang kamu pikirkan?" tanya Phyrius lembut.

Aria menggeleng kecil. "Aku... aku hanya..." Ia diam sejenak. "Aku hanya merindukan ayah dan ibuku."

Phyrius menarik napas. Kalau urusan satu ini, ia rasa, ia sulit mencari cara menghiburnya.

Lelaki itu diam sejenak. Ia tampak berpikir. Seketika, terbersit sebuah ide gila dalam benaknya.

"Mau ikut denganku?" ajak Phyrius tiba-tiba. Ia mengulurkan tangannya.

"Ke mana?"

Phyrius tak menjawab. Ia malah menarik tangan Aria. Keduanya berlari kecil menuju ke arah belakang istana. Menembus semak belukar dan berjalan di antara deretan pohon pinus untuk sampai pada sebuah sungai tenang.

Aria diam. Ia tak mengerti hingga pendar-pendar cahaya seperti bintang berterbangan di sekitarnya.

Matanya membesar. Ia tampak terkesima.

Xavier mengembangkan senyum ketika melihat Aria tampak lebih baik. Tangannya merangkul pundak Aria. Ia lalu membelai gadis itu lembut.

"Ini jadi rahasia kita, ya?" bisik lelaki itu.

****

Phyrius menaikan alis ketika melihat seorang gadis yang tengah bergerak maju mundur di lapangan memanah. Pangeran itu mendapatkan surat yang memintanya pulang dari kamp kemarin sore. Dan siang ini, sesampainya ia di istana, ia berencana berlatih panahan. Tetapi malah menemukan seseorang yang tidak terduga.

ECLIPSIAWhere stories live. Discover now