6. Aftermath

172 30 8
                                    

“eungh…” 

Kesadaran Tzuyu perlahan mulai terkumpul. Mata ia coba untuk dibuka tapi itu sangat berat dan lengket. Sinar matahari yang menyelinap melalui sela-sela tirai adalah hal pertama yang ia lihat saat mencoba untuk membuka mata. Tidak tahu jam berapa sekarang tapi yang jelas ia harus bangun. 

Semakin kesadarannya terkumpul semakin ia merasakan kalau kepalanya terasa sangat sakit. Ia memegang kepalanya itu berbarengan dengan ia yang juga menyadari kalau ada yang lain dari tubuhnya. Perlahan ia menatap ke bawah dan betapa terkejutnya ia saat menyadari kalau ternyata tak ada sehelai kain pun yang menutup tubuhnya. 

“argh!!” Tzuyu lagi-lagi memegang kepalanya, ia cepat-cepat menduduki tubuhnya dan kepalanya langsung sakit. 

Sambil menahan rasa sakit, hatinya menjadi berdebar cepat, mengapa tiba-tiba ia tanpa busana seperti ini? Tzuyu mencoba untuk mengedarkan pandangannya. Dan di saat itulah ia semakin bingung karena ruangan ini tidak familiar, ini bukanlah kamarnya. Ia mencoba me-recall semua yang terjadi semalam ia bisa sampai ada di posisi ini. Ada banyak sekali pertanyaan di kepalanya yang kini membuatnya takut. Ia ingat kemarin malam pergi ke pesta ulang tahun temannya, tapi setelahnya tidak, ia sama sekali tidak mengerti mengapa bisa ada di sini. 

“akhirnya kau bangun juga” 

Tzuyu membeku sesaat saat mendengar suara dari belakangnya. Suara itu sangat familiar yang tentu saja ia mengenalinya. 

“J-jeongyeon unnie!?” terkejutnya saat menoleh. 

Ia terpaku dan tambah terkejut karena wanita yang di depannya ini juga sama sepertinya. Jeongyeon yang sedang duduk bersandar pada headboard dengan selimut yang menutupi sampai atas dada polosnya. Wanita itu juga tanpa pakaiannya. 

“wae? kau sepertinya sangat terkejut melihatku seperti ini?” ucapnya datar. 

Kehadiran Jeongyeon mengkonfirmasi kalau ia ada di kamar Jeongyeon. Tapi sampai sekarang kepala sakitnya masih belum bisa memproses mengapa ia bisa sampai di sini. 

“a-apa yang terjadi? mengapa aku di sini?” Tzuyu bingung sekaligus menjadi panik. 

“apa yang terjadi? apa yang kau pikir terjadi saat kita berdua di sini, di satu kamar, di atas kasur, dan sama-sama tanpa pakaian, hm?” Jeongyeon bertanya balik. 

Tzuyu memikirkan semua kemungkinan mengapa ia bisa ada di kamar Jeongyeon dan duanya bisa di kasur dan tanpa sehelai kain pun. Dari semua kemungkinan yang terlintas di kepala, hanya satu hal yang paling masuk akal terjadi. Namun itu adalah kemungkinan yang Tzuyu tidak mau percayai bisa terjadi. 

“no” Tzuyu langsung menggeleng semakin panik. “t-tidak mungkin, k-kita tidak mungkin sampai melakukan itu” 

“apa? kau mencoba untuk menolak apa yang ada di kepalamu? bukankah sudah jelas, hah!? apa lagi kalau bukan melakukan sex, Tzuyu!? kita berdua melakukan itu semalam!” Jeongyeon meninggikan suaranya. 

Tzuyu masih menggeleng semakin cepat, sama sekali tidak mau percaya sekaligus takut dengan pernyataan Jeongyeon. “tidak mungkin, a-aku tidak mungkin melakukan itu padamu, unnie” 

“kau masih tidak mau percaya? lalu jelaskan semua ini” 

Jeongyeon membuka selimut yang sedari tadi menutupi tubuhnya itu. Pemandangan yang ada di depan Tzuyu membuatnya langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Pemandangan yang ia sendiri tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Hampir seluruh bagian kasur basah dan terdapat bercak merah di sekitar kaki Jeongyeon, terutama di dekat area kewanitaannya. 

"no... tidak mungkin..." 

Tzuyu kembali menggeleng dengan air matanya yang mulai menetes. Tzuyu masih ingin tidak mempercayainya tapi semua yang ia lihat berkata sebaliknya. “unnie aku tidak tahu… aku tidak bermaksud melakukan itu..." 

Scandal | JeongtzuWhere stories live. Discover now