15. Press Conference

98 21 23
                                    

Hidup itu tidaklah mudah, dan banyak orang pasti akan setuju dengan pernyataan itu. Bahkan orang yang selalu terlihat happy pun juga pasti akan menjawab hal yang sama. Seakan itu adalah pertanyaan retoris karena tidak ada manusia yang selalu hidup dengan damai. Setiap orang pasti akan mengalami masalah dan struggle di hidupnya masing-masing.

Tapi, apakah semua orang pernah mengalami suatu permasalahan yang berada di luar kemampuan yang bisa mereka hadapi?

Tidak, tidak semua orang.

Langit gelap mulai membiru, juga terdengarnya kicauan burung yang bertengger di kabel listrik menandakan jika pagi telah tiba. Matahari belum sepenuhnya menampakan sinar namun seorang wanita terlihat seperti energinya sudah terkuras semua.

Tatapan mata Tzuyu hanya mengarah pada luar jendela mobil, melihat apa saja yang terlintas di depannya. Tapi sebenarnya tatapan itu adalah kosong, begitu juga dengan isi kepalanya saat ini. Sudah terlalu banyak hal yang belakangan ini ia pikirkan, permasalahan dari A sampai Z sudah berulang kali memutari kepalanya, dan itu membuat kepalanya lelah hingga tak mengerti lagi apa yang harus dipikirkan.

Dan dari semuanya, tersisa satu pertanyaan utama yang sampai saat ini masih belum bisa dijawab. Apa ia benar-benar harus melakukan ini?

"hey Tzu"

Suara itu menyadarkannya dan ia menoleh ke kursi sebelah melihat Jeongyeon dengan wajah cemas dan senyum khawatirnya.

"semuanya baik saja? apa kau nervous?" tanya Jeongyeon.

"ne, sedikit" ucap Tzuyu sambil tersenyum. Namun senyum itu cepat pudar dan ia tidak bisa menutupi rasa cemas yang dialaminya saat ini. "unnie... apa menurutmu pilihanku ini salah?"

"apa maksudmu? bukankah semalam kau sudah sangat yakin tentang ini?" ucap Jeongyeon lembut.

"iya aku tahu, tapi tetap saja pasti akan ada dampaknya kan? kita belum terlambat untuk mengganti pikiran kita unnie. bagaimana kalau yang selama ini kita takutkan terjadi? bagaimana kalau ternyata pilihanku ini adalah pilihan yang buruk? bagaimana kalau setelah ini kita semua akan--"

"Tzuyu, stop" Jeongyeon menghentikan Tzuyu yang kembali meracau. "jangan terlalu mencemaskan itu, okay? bukankah kita sudah sering membicarakan ini?"

"t-tapi, yang terbaik untuk kita belum tentu terbaik untuk semua orang. aku tidak mau mengacaukan semuanya..."

"i know, i know Tzu. ketiga pilihan yang diberikan memang sangat sulit untuk dipilih. tapi, aku yakin dan kau juga harus yakin kalau pilihan yang ada pada isi hatimu adalah yang terbaik. dan yup, entah itu pilihan kita atau pilihan lain pasti akan ada dampaknya, tapi selama kita tetap bersama kita pasti bisa melewati ini, Tzuyu-ah"

Jeongyeon melemparkan senyum terbaiknya pada Tzuyu, berusaha untuk menyemangatinya. Itu membentuk senyum kecil di wajah Tzuyu. Walaupun begitu, itu tidak menghilangkan seluruh kecemasannya saat ini. Masih ada hal yang harus mereka khawatirkan dalam waktu dekat ini.

Mobil yang mereka naiki yang dikemudikan oleh salah satu manager masih berjalan ke tujuan. Semakin dekat kemana mereka akan pergi, semakin mereka bisa merasakan jantung yang berdebar dengan cepatnya. Keresahan semakin menyelimuti diri mereka yang membuat semakin tidak tenang.

Hingga akhirnya sang manager membelokan mobilnya ke belokan terakhir memasuki area perusahaan. Di sana hati Tzuyu langsung terjatuh akan apa yang dilihatnya. Wartawan, kamera, mic, semuanya sudah siap di sana menunggu kehadiran mereka berdua. Dan itu adalah dimana Tzuyu akan berbicara di hadapan mereka semua. Kehadiran Jeongyeon dan Tzuyu sudah sangat ditunggu-tunggu membuat para wartawan yang melihatnya langsung berusaha mendekati mobil yang baru memasuki area perusahaan itu dengan kamera dan micnya. Untungnya usaha mereka berhasil dihadang bodyguard. Tzuyu menatap pemandangan itu dengan horornya dari dalam mobil. Pandangan yang sangat menakutkan.

Scandal | JeongtzuWhere stories live. Discover now