15 - Orang tua

3.7K 438 23
                                    

Kiara tersenyum sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya. "Aku menyukainya," ucapnya lalu kehilangan kesadarannya.

Ekor, telinga dan matanya kembali menjadi normal. Ia terjatuh di dalam pelukan Erden.

"Ini selalu terjadi padamu dan disaat kau sadar kau akan melupakan semua ini. Seandainya kau bisa mengingatnya, kau pasti akan malu saat menatap wajahku." Ucap Erden yang mengelus rambut Kiara dengan lembut dan sedang tidur dipelukannya.

"Aku harap dirimu hanya bersikap manja ketika bersamaku, Kiara. Karena aku bukan hanya menyukaimu tapi sangat-sangat mencintaimu dan ingin memilikimu. Seandainya waktu itu kau memilihku, maka aku akan mengorbankan semuanya untuk melindungimu." Lanjut Erden yang memeluk Kiara semakin erat.

*****

Beberapa jam kemudian akhirnya Kiara terbangun dari tidurnya. Ia merengangkan tubuhnya, "sepertinya aku bermimpi sangat indah."

Kiara berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan kearah cermin untuk melihat dirinya.

"BATESSSSS!!!!" Teriak Kiara yang menggelegar ke seisi istana.

Bates dengan terburu-buru berlari kearah Kiara, "ada apa yang mulia?" Tanya Bates dengan wajah polosnya.

"Lihat bibirku," tunjuk Kiara yang melihat kearah bibir seksinya yang berdarah.

"Dan leherku," lanjut Kiara yang menunjuk kearah lehernya.

"Lalu, yang mulia? Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Bates.

"Bates, bagaimana ini? Aku tidak terlihat cantik dengan bibirku yang bengkak dan berdarah. Apa yang aku lakukan tadi malam hingga bibirku seperti ini?" Tanya Kiara yang masih menatap dirinya didepan cermin.

"Yang mulia, semalam kutukan anda kembali bereaksi. Mungkin karena anda tidak tahan dengan dingin yang sangat menyiksa makanya anda menggigit bibir anda sendiri." Bohong Bates yang tidak berani menatap kearah Kiara dan berusaha merangkai cerita sedemikian rupa.

Senyuman Kiara terukir, "kau telah berani berbohong padaku, Bates." Kiara menatap kearah harimau yang telah ia rawat dari kecil.

"Bagaimana anda bisa tau, yang mulia?" Tanya Bates.

"Saat kau berbohong matamu selalu melihat kearah lain. Apakah aku tidak cukup mengenalmu? Aku yang merawatmu ketika orang tuamu meninggalkanmu sendirian di cuaca yang dingin itu." Jawab Kiara yang tidak bisa merangkai kalimatnya dengan baik.

Kedua mata Bates lansung berair ketika mendengar kalimat Kiara yang mengatakan orang tuanya meninggalkannya, "apakah yang mulia harus mengatakan hal sekejam itu di depanku?" air mata Bates lansung terjatuh dan meninggalkan kamar Kiara.

"Apakah aku salah berbicara? Tapi, aku tidak bermaksud mengatakan hal itu. Ahhh, aku tidak peduli." Ucap Kiara yang tidak mau memikirkan apapun.

Luca yang menguping di balik pintu juga ikut meneteskan air matanya, "mami jahat, seharusnya mami tidak mengatakan kata yang menyakiti perasaan kita." Ucap Luca yang lansung lari dan meninggalkan Kiara sendiri.

Kiara membulatkan matanya tidak mengerti dengan situasi saat ini. Ia tidak mengerti kenapa laki-laki sekarang begitu cengeng. Apa kalimatnya sungguh kejam dan tidak silumanwi? Tapi, ia memang dari dulu tidak pandai dalam menyusun kalimat yang enak didengar. Bukankah mereka seharusnya sudah terbiasa mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Sudahlah, aku tidak peduli lagi." Kiara membulatkan matanya dan gengsi untuk meminta maaf.

Sudah beberapa menit yang ia lewati, tapi ia merasa bersalah karena ucapannya yang terlalu frontal. Padahal awalnya ia memilih untuk tidak memikirkan hal ini lebih lanjut tapi ternyata ia tidak bisa melupakannya.

"Aku juga ditinggalkan oleh kedua orang tuaku. Tapi kenapa mereka berdua sangat cengeng dan terlihat sangat menyedihkan?" Frustasi Kiara yang memegang rambutnya.

VERADERINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang