Jigokudo

957 96 70
                                    

"Ta-tapi.. "

"Lagipula dengan keempat Maou itu sudah lebih dari cukup. Kita tidak perlu melibatkan bawahan kita karena informasi ini sangat rawan dan bisa menyebabkan kekacauan" Serafall akhirnya menganguk menerima jawaban logis dari Ajuka. Falbium? Ia hanya diam, namun sorot matanya terlihat sangat serius. Tidak ada raut mengantuk yang biasanya terpatri di wajahnya.

"Baiklah, ayo kita menuju Hutan Red Wood" Dan dengan itu mereka menghilang dengan lingkaran sihir.

.
.
.
.
.

Chapter 16

"Setelah ini aku harus melakukan apa?" Naruto mengangkat alisnya mendengar gumaman Vali. Meskipun suaranya kecil, ia masih dapat mendengarnya berkat pelatihan ninjanya dahulu.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Vali menatapnya dengan sorot mata lemah.

"Harusnya aku yang membunuh kakek tua sialan itu. Dia sudah membuat kedua orangtuaku menderita" Naruto tersenyum miring.

"Katakan kalau kaulah yang membunuh Rizevim, lantas apa yang kau lakukan selanjutnya?" Vali diam mendengar pertanyaan Naruto. Benar juga. Apa yang ia lakukan selanjutnya kalau berhasil membunuh kakeknya? Dia belum pernah memikirkannya. Yang ada dikepalanya hanyalah obsesi menjadi kuat untuk membunuh iblis tua itu.

"Tidak ada? Menyedihkan" Tidak ada jawaban dari Vali karena dalam hati kecilnya juga membenarkan pernyataan Naruto.

"Aku punya cerita" Naruto kemudian memposisikan dirinya untuk duduk dengan nyaman. Ia menepuk lantai disampingnya mengisyaratkan Vali untuk ikut duduk disampingnya. Awalnya Vali ragu untuk duduk disamping Naruto karena terakhir kali mereka bertemu, pemuda didepannya membuatnya sekarat tanpa menyentuhnya. Menghela nafas pelan, akhirnya Vali memutuskan untuk duduk disamping Naruto.

"Aku memang kuat tapi tidak perlu takut seperti itu"

"Aku tidak takut!" Naruto tertawa ringan. Dasar tsundere.

"Dulu aku punya sahabat. Dia sama sepertimu yang memiliki dendam terhadap keluarganya sendiri. Jika kau membenci kakekmu karena membuat kedua orang tuamu menderita, maka ia membenci kakaknya karena sudah membunuh klannya bahkan kedua orangtuanya didepan matanya sendiri" Vali menatap Naruto tertarik.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau terlihat seperti penyuka sesama jenis" Kening Vali berkedut mendengar tuduhan Naruto.

"Aku tertarik pada ceritamu sialan! Aku juga masih menyukai oppai dan pantat wanita" Keringat menetes di kening Naruto. Jawaban yang terlalu vulgar.

"Lupakan! Bagaimana kelanjutan ceritamu?"

"Dia mendapatkan penyesalan terbesar dalam hidupnya setelah tahu kakak yang ia bunuh memiliki niat untuk melindunginya. Dia akhirnya menjadi orang yang kesepian karena telah meninggalkan segalanya demi obsesinya yang sia-sia"

"Aku tidak perlu menceritakan semuanya. Yang perlu kau tahu adalah ambisimu itu sia-sia. Lagipula aku juga sudah membunuh Rizevim. Aaahh begini saja, aku punya saran!" Vali hanya diam menatap Naruto.

"Jika kau bisa mengalahkanku maka kau sudah berhasil melampaui Rizevim" Yah argumen Naruto tentu saja benar adanya. Kau harus bisa mengalahkan orang yang sudah mengalahkan targetmu. Cukup sederhana tapi tentu saja lebih berat karena batasan yang akan ia lampaui jauh lebih tinggi.

"Kalau memang begitu maka kita harus sepantaran" Vali berdiri dari duduknya.

"Maksudmu?"

"Ubah aku jadi manusia" Pancaran mata Vali terlihat serius tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Haa?" Naruto menatapnya aneh. Kenapa anak ini tiba-tiba berfikiran seperti ini?

"Harusnya kau sudah tahu kalau aku ini hybrid manusia-iblis dari ingatan yang kau curi dari Rizevim" Naruto mengangukkan kepalanya.

A Devotion for The Cursed Maidenحيث تعيش القصص. اكتشف الآن