01. Kisah kelam

16 15 9
                                    

"Tidak sehelai daun pun yang jatuh ke bumi, kecuali atas izin tuhan, apalagi skenario hebat hidupmu tak satupun luput daripada apa yang sudah menjadi ketetapan tuhan"

#Bayu_putra_Amar

Bayu Angkara lelaki bertubuh kurus nan kering itu tengah duduk di sebuah kamar berukuran kecil, dengan dinding yang belum di cat sehingga masih berwarna abu abu tua natural, matanya menatap sebuah pintu kayu sedang pikirannya melesat jauh pada peristiwa kelam belasan tahun silam.

Bayu putra amar, amar seorang penderita skizofrenia, tapi yang orang tau hanya 'amar itu gila' . Kadang bayu merasa malu tapi juga iba setiap kali ia ingat bahwa dirinya adalah anak daripada seorang yang gila.

Saat almarhum siti masih hidup, wanita itu selalu bekerja keras demi pengobatan suaminya, sehingga amar sempat waras lagi. Tapi sayang, takdir justru mengakhiri tugas berat siti, wanita baik hati itu meninggal dunia tepat saat bayu kelas 3 SD, usia yang terlalu dini untuk mengurus orang gila seorang diri.

Tak henti hentinya bayu menangis saat itu, tapi sejak siti di yasinkan, di mandikan, di kafani, hingga di solatkan amar sama sekali tak mengeluarkan reaksi apa apa, padahal sesaat sebelum siti menghembuskan nafas terakhirnya amar masih menangis, tapi sekarang jiwa amar seorang tengah mengasingkan diri entah kemana, tatapan amar sungguh kosong, ia duduk bersila dengan tangan di atas lutut sambil memandang lurus ke depan, ke arah mayat sang istri yang sudah rapih di dalam keranda.

Tapi tiba-tiba tawa amar menggelegar di dalam ruangan mengalahkan bisingnya lantunan doa yang di bacakan orang orang, hal itu jelas membuat orang orang yang hadir untuk mendoakan siti kaget, tapi ada yang memaklum juga sebab tau bahwa suami siti ini memang gila.

Tertawa dengan tatapan kosong, tak sedikit pula para ibu ibu yang bergidik ngeri, apalagi yang hadir kebanyakan adalah kerabat siti, mereka banyak menyayangkan dan mengira siti meninggal karna sudah terlalu lelah mengurusi suami gila nya. Banyak yang bergunjing sebab mengaggap siti bodoh, dia wanita cantik dengan pekerjaan yang memberikan gaji lumayan, banyak lelaki gagah bahkan para juragan yang menginginkan siti, tapi siti justru memilih hidup bersama amar yang sedari muda nya sudah jelas menderita skizofrenia.

Dan benar saja, ketika putra nya berusia 2 tahun penyakit amar bangkit dan kondisi amar memburuk, ia jelas tidak bisa lagi bekerja, tapi dengan hati yang ikhlas siti banting tulang mengambil alih posisi tulang punggung, mencari uang untuk mengobati suaminya dan menghidupi keluarga kecilnya, tak peduli meski semua keluarga menentangnya.

Hilir mudik, lambat laut, naik turun kehidupan selalu siti hadapi tanpa banyak mengeluh, dia wanita kuat dan hebat, lalu sampailah ia pada ajalnya, tuhan mengakhiri tugas berat siti tanpa penyakit berat apapun, tanpa kecelakaan, ia pergi dengan wajah berseri.

Dan mungkin sedang tersenyum pada suaminya, sebab amar tertawa sumringah saat keranda siti di angkat.

"Siti! Hahahhaa kamu sudah bisa terbang yah? Tunggu aku yah di depan sana, nanti aku nyusul!". Ucap amar, bayu yang melihat itu benar benar tak habis fikir bocah kecil itu hanya bisa menangis ketakutan.

Tapi ketakutan bayu tak hanya sampai di situ, malam nya setelah semuanya selesai, kakek paman dan bibi bayu berkumpul, mereka adalah keluarga dari siti sedang keluarga dari sang ayah amar bahkan bayu tidak tahu.

"Jadi siapa yang akan mengurus bayu dan amar?". Tanya pramono tanpa basa basi.

lelaki tua itu terus memasang ekspresi ketus di hadapan bayu dan amar yang duduk tak jauh darinya. Jujur saja, sejak awal memang pramono sudah menentang amar, dan ia benar benar menyesal sebab gagal menjodohkan siti dengan juragan tembakau dulu, pramono sangat menyayangkan hidup siti putri cantik nan pintar nya itu habis untuk mengurusi seorang suami gila.

Bagus dan Ratna yang merupakan adik siti saling menatap.

"Kalo bagus bukan ga mau pak, tapi kan semua tau kalo usaha bagus lagi macet total". Lelaki dengan kulit sawo matang itu memasang wajah iba, lebih tepatnya pura pura iba, lalu kemudian ia menatap ratna adiknya, seolah tengah mengoper tamggung jawab melalui tatapan nya.

Dan yang di tatap pun malah seperti tak suka, mata dan tangan nya gelisah memikirkan alasan guna menghindari tanggungan, sama sekali ia tidak ikhlas jika harus menanggung hidup keponakan dan iparnya.

"mm kalau ratna kan sibuk ngurus ayah dan si kecil, belum lagi suamiku juga pasti kewalahan kalo harus nambah beban" kelaknya dengan sedikit menekankan kata beban.

Padahal di antara anak anak pramono ini bisa di katakan ratna yang paling berada, sebab ia memiliki suami yang merupakan juragan sayur di desa itu, tanah nya juga berhektar hektar luasnya, sangat tidak mungkin ia kewalahan jika hanya menambah dua kepala saja.

Pramono menarik nafas, ia sendiri sebenarnya ingin segera pulang dan malas jika harus mengurusi bayu dan amar.

"Baiklah, gimana kalau bayu kita titipkan ke panti saja, dan kalau soal amar bapa juga bingung, wong keluarganya saja tidak jelas ada di mana".

Si kecil bayu mulai panas kuping mendengar perbincangan penuh sandiwara keluarga ibunya, bayu sendiri tau bahwa mereka semua keluarga yang cukup berada untuk ukuran rumah desa.

"Tidak perlu banyak bicara, kalau tidak mau membantu lebih baik diam saja, biar aku yang ngurus bapak!", Ujar bayu yang mulai tersulut emosi, nada nya sedikit meninggi, matanya lekat memandang tiga manusia munafik tersebut.

"Dasar anak orang edan!" Maki bagus tak terima.

Kegaduhan pun berlangsung hingga tangis bayu pecah cukup keras, pedih rasanya di campakan oleh keluarga setelah kehilangan sang ibu, bahkan tanah kubur nya pun masih basah, ditambah sekarang ia harus melawan nasib seorang diri, mengurus ayah nya yang gila.

Makian bagus kian keterlaluan, cacian yang di lontarkan tak sepantasnya di lontarkan pada bocah sekecil itu.

Melihat bagus seolah hendak memakan bayu, rupanya memancing amar berdelusi seolah sedang di hadapkan dengan para perampok.

"Toloooong, toloong ada perampokan! Siti! Siti! Ada perampokan di rumah kita!" Amar berteriak begitu keras nya.

Teriakan amar rupanya memancing kehadiran ketua rt yang kebetulan sedang lewat di depan rumah mereka, dan akhirnya sang ketua rt lah yang menjadi penengah atas permasalahan mereka.









Gimana nih part awal nya?🤭
Udah nemu feel nya belum?
Kira kira gimana yah hasil rapat keluarganya?
Apa bayu tinggal sama keluarga ibu nya?
Atau tetep stay di rumah itu bersama amar?

Coba tebak🤭

Ini adalah cerita yang paling aku sayang banget, karna aku nulis certa ini dengan sepenuh hati, aku menghayati banget nulisnya sampe aku jatuh cinta sama mas bayu ini😁

Sekarang mending masukin dulu ke perpustakaan kalian, cepetttt masukin dulu....

Abis itu vote dan coment
Kalo bisa aku pengen banget kenalan, dan ngobrol sama kalian soal cerita ini, di kolom komen yah😘
Aku tunggu!!!

See you next part🤍🫀



Bayu putra AmarWhere stories live. Discover now