02. Kisah kelam 2

8 14 4
                                    


"Tidak ada yang abadi dalam hidup ini kesenangan-kesedihan, keberhasilan-kegagalan, kemiskinan-kekayaan, semuanya datang dan pergi dan silih berganti, siklus nya tidak tetap dan sangat rahasia"

Bayu putra amar


     Bayu menangis, bukan saja karna kematian sang ibu, tapi juga karna perlakuan kakek serta paman dan bibi nya, ketiga orang itu terus saja mengelak setiap kali membahas masalah hak asuh.

Bocah 10 tahun itu juga bisa muak, akhirnya ia memutuskan untuk tetap di rumah itu merawat sang ayah, meskipun dalam hatinya hadir sedikit keraguan, pasalnya ia belum bisa menghasilkan uang, dan apakah ia harus putus sekolah?

    Tangis bayu mulai reda tatkala 3 orang itu telah pulang, kini ia bersama sang ayah di temani sang ketua rt yang tadi menengahi mereka, rupanya nasihat dari pak rt sama sekali tak memancing empati dari pramono terhadap cucu kandungnya sendiri.

"Kamu yang kuat yo bay, anak laki harus kuat, mau tidak mau, suka tidak suka, tapi hidup harus terus berjalan". Sambil mengelus punggung bayu, pria berkumis tebal itu juga mencoba menguatkan bayu, sedang bayu masih tertunduk lesu.

"Percayalah bahwa tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan kita, suatu saat kamu pasti akan menemukan alasan mengapa hari ini terjadi seperti ini, pasti! Pokonya saya akan bantu kamu dan bapak mu semampu saya, kamu ga sendiri bay, kuat yo".

       Sejak hari itu, bayu terus berjuang dengan kondisi amar yang kian memburuk, kadang kala amar kabur dan membuat bayu kalang kabutt mencari cari, sehingga tak jarang bayu harus mengunci amar di dalam kamar saat dirinya pergi ke sekolah, bayu memutuskan untuk tetap sekolah.

Suatu ketika bayu sampai bersimpuh di kaki guru nya karna tak kunjung membayar spp, dan karna melihat semangat belajar bocah dengan badan kurus kering tersebut akhirnya sang wali kelas mengajukan kepada kepala sekolah agar bayu di bebaskan dari biaya sekolah, bahkan ia mendapat seragam dan alat alat tulis bantuan dari sekolah.

Bayu menyambung hidup dengan bekerja, mulai dari memotong rumput untuk pakan ternak, hingga jualan kerupuk di lampu merah, bayu hidup serba di cukup cukup kan.

Perlahan bayu mulai terbiasa menutun amar, bahkan ia kerap kali duduk bersebelahan dengan amar di terotoar jalan menghayalkan bagaimana masa depan nya kelak, tak jarang pula bayu bercerita, berkeluh kesah pada amar, walaupun bayu tau amar sama sekali tidak memahami ceritanya meskipun amar mendengarnya.

     Seperti sekarang, pukul 4 sore jualan bayu sudah habis, bayu berjalan menghampiri amar yang sedang duduk sambil meracau di tepi jalan. Baju amar tidak compang camping, lelaki dengan gangguan jiwa tersebut tampak bersih dengan baju koko dan celana hitam dan kepala pelontos, hanya saja badannya kurus dan tatapan nya kosong, bayu sering di bantu pak rt untuk memandikan dan merawat amar.

"Alhamdulillah pak kerupuk bayu habis pak!", Bayu berseru dengan girang dan bahagia yang teramat sangat.

Bayu mengambil duduk tepat di sebelah kanan ayah nya yang sedang berdelusi. Beruntung akhir akhir ini kondisi amar cukup tenang.

"Itu kuda ko lepas di tepi jalan kita mau lewat ga bisa, siti bisa pergi kelewat kesana saja yah". Ujar amar sambil menatap sisi kiri nya seolah benar adanya siti di samping nya.

Di alam bawah sadarnya, amar selalu berdelusi tentang siti, seolah siti masih hidup bersama jiwa amar. Sampai kadang bayu berpikir apakah ibu nya benar benar terus mengikuti ayah nya.

Melihat itu bayu hanya bisa geleng geleng kepala, karna sudah terbiasa, akhirnya bayu memilih mengeluarkan kantong keresek tempat nya menyimpan uang hasil menjajakan kerupuk di lampu merah.

"Sepuluh...lima belas...tiga puluh... Empat puluh lima ribu pak!!!". Wajah nya berbinar, menatap recehan hasil kerja keras nya hari ini.

Bayu cukup pandai mengatur uang, tentunya karna pa rt yang tak pernah letih mengajari bayu, termasuk cara menghemat uang dan menghasilkan uang yang halal.

"Sitiii.... Sitiii.... Tingguuu sitiiii!!!". Tiba tiba amar berteriak, dengan cepat amar bangun dan setengah berlari seolah tengah mengejar istrinya.

"Bapak!".

Bayu menyimpan uang nya dengan cepat, lalu beranjak mengejar ayah nya.

"Bapak tunggu pak!"
Langkah lebar amar tak sebanding dengan kaki mungil bayu yang sebenarnya sudah sangat kelelahan karna mondar mandir berjualan.

Amar terus bergerak ke arah pasar tradisional, sehingga bayu mulai kewalahan mengejar, serangkaian kelokan dan padat nya orang membuat bayu mulai kehilangan jejak, tapi bayu terus berlari sambil bertanya pada beberapa orang yang mungkin melihat amar.

"Bapaaakk" rintih nya, bayu tak kuasa menahan air mata.

Ia berhenti sejenak, keringat dan air matanya membuat kulit kecoklatan nya mengkilap, bayu merunduk memegangi lutut nya yang terasa perih dan gemetar.

Sesak di dadanya seketika..

"Bapaaak..."

"Maaf bu liat bapak saya ga? Ta..tadi dia lari ke sini, hiks... Dia pake baju koko biru" bayu berusaha kuat, ia mencoba bertanya pada salah seorang pedagang.

Namun alih alih mendapat jawaban, ia malah di lempari tatapan jijik dari pedagang tersebut.

"Gak tau!! Memangnya saya ini cctv!". Sinis nya.

Bayu pun melangkahkan kembali kaki mungkil nya yang terasa pegal, sambil berharap bapak nya akan segera ketemu.






   Bayu benar benar sudah kering air mata karna menangis. Setelah di rasa satu pasar ini sudah habis di kelilinginya bayu kembali ke lampu merah tadi dengan langkah yang lemas karna tak berhasil menemukan amar.

"Bapak kemana sih paaak". Gerutu bayu sambil mengusap pipi nya, bayu berjalan sambil menunduk menatap sandal capit usang nya yang kecil.

"Siti kamu itu tau kamu mau itu aku pergi kita ke sana berdua duluan tapi kamu aku kejar ga bisa"...

Bayu mengangkat wajahnya, menatap tak percaya amar sudah berada di hadapannya lagi...

"Bapaaakkk!"

"Paak ayok pulang paaak" bayu menarik narik lengan amar, tinggi anak ini hanya setinggi pusar amar jika lelaki pelontos itu berdiri tegak.

Meski berat bayu terus menuntun amar yang tak berhenti meracau tidak karuan.

        Kehidupan yang keras terus membuntuti nya tanpa ampun, bayu kecil terus menerus di hantam ombak nestapa yang membentuk karakter kuat anak lelaki tersebut. Namun berangkat dari penderitaan tersebut bayu tumbuh jadi sosok yang kuat dan tidak mudah rapuh, semangat juang nya tinggi, bayu bertekad kuat ingin merubah nasib nya di masa depan, meski acap kali di landa keraguan dan kegelisahan karna ia selalu di hadapkan dengan kenyataan yang pahit, tapi lagi lagi sosok pa rt berkumis tebal lah yang selalu mempertebal semangat nya.






   Abis ini kita bakal ketemu bayu di usia dewasa nya yah🤭 hihi kira kira gimana yah putra pak amar setelah dewasa??

Siap siap untuk next part nya ya!
Vote dan komen guys!🫀

Babay love youuu🫀🤍

Bayu putra AmarWhere stories live. Discover now