03. Titip ayah

8 14 4
                                    

    

      Bayu terbangun dari lamunan nya, di tatapnya kembali didinding abu tua yang menjadi saksi hidupnya sampai pada titik ini, betapa pedih dan perih yang biasa di rasa, dan betapa berat peran yang di jalaninya. Tapi tekad tak pernah padam, kainginan kerasnya untuk bangun dari kubang derita mengantarkan bayu sampai pada hari ini.

      Bayu keluar dari kamarnya dengan ransel besar di punggungnya, di tatapnya lelaki bertubuh kurus yang kini sudah ia lampaui tingginya, amar sudah di mandikan, sekilas amar seperti otang waras hanya saja pandangan matanya kosong.

"Udah ganteng bapakku, sip kerenlah" sanjung bayu ketika ia memakaikan topi, sengaja ajar orang di angkot tidak memberikan pandang aneh terhadap ayahnya.

"Jangan ngamuk ngamuk ya pak kalo sudah sampai panti, doakan juga supaya bayu cepet sukses". Ucap bayu haru, kemudian ia merangkul amar untuk ia bawa ke panti.

    Mulai hari ini amar akan di biarkan untuk tinggal di panti rehabilitasi khusus orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ atas usulan dari salah seorang dokter di rumah sakit jiwa, tujuannya agar suapaya amar lebih bisa terpantau kondisinya.

Sementara amar di biarkan berproses di panti rehabilitas, sedangkan bayu akan merantau ke ibu kota, atas tawaran kerja dari teman SMA nya yang katanya sudah sukses di sana.

Sejak lulus SMA bayu bekerja sebagai tukang kebun di rumah seorang yang kaya, dan dari majikan nya itulah bayu di bantu untuk pengobatan amar, dan di arahkan ke rumah sakit jiwa hingga ke panti rehabilitas ini, dan dari sini pula bayu semakin optimis dengan masa depannya.

Bayu memasuki sebuah bangunan panjang, terlihat kamar kamar berderet tempat para odgj beristirahat, di depannya juga terdapat halaman yang cukup luas dengan hamparan rumput seperti permadani hijau. Tersebar pula orang orang yang sekilas seperti orang normal pada umumnya di berbagai sudut tempat, ada pula yang ngobrol sendiri menjajaki delusinya, penampilan nya yang teruruslah yang membuat mereka seperti manusia normal, hal uni membuat bayu sedikit tenang meninggalkan amar di sini.

    Di temuinya seorang wanita bertubuh tambun, orang yang sempat di hubunginya beberapa waktu lalu.

"Mas bayu yah?". Wanita itu menghampiri dan menyapa bayu lebih dulu dengan sangat bersahaja.

"Iya bu, ini saya" jawab bayu sembari menyalaminya.

"Hehe hebat kan saya bisa tebak, padahal belum dengar suara kamu"

Bayu terkekeh, rupanya wanita yang berusia sekitar 50 tahunan itu nampak jenaka dan mudah berbaur, ia yakin dia adalah wanita idola di masa mudahya, cantik, baik, lucu dan pandai bersosialisasi, di tambah jiwa dermawan yang sangat tinggi, dia mengabdikan hidupnya untuk panti ini, sebuah tempat yang teramat berarti bagi orang orang seperti amar dan bayu.

"Ini bapak saya bu, amar namanya", bayu memperkenalkan ayahnya yang berdiri tegak di sampingnya, amar berdiri seperti patung.

Bu darmayati tersenyum sudah faham kondisi amar, karna bayu sempat menjabarkan di telfon. Amar kemudian di antar suami bu darmayati yang ikut mengurus panti.

Sebelum pergi bayu sempat berbincang banyak dengan bu darmayati dan suami mengenai keadaan panti, dari sana bayu belajar banyak hal, ia juga sadar bahwa bukan saja dirinya dan amar yang di beri nasib demikian, banyak orang dengan penyakit serupa dengan ujian hidup yang bahkan lebih berat.

Beruntung amar mempunyai putra seperti bayu, yang mampu memperjuangkan hidup sang ayah meski ia masih usia belia, dan dalam kondisi seadanya, semua memang telah terukir dalam goresan takdir, bayu seolah sudah di persiapkan mentalnya oleh siti, banyak hal yang sebelum siti meninggal di ajarkan pada bayu tampak hal sepele namun teramat berguna setelah sang ibu tiada.

Mental bayu kokoh, beruntung di tengah ada ada saja orang yang mencibir dan memandang jijik ada saja orang yang hadir mengulurkan tangan. Seperti pak rt dan wali kelas yang memperjuangan bayu agar mendapat bantuan biaya sekolah dari pemerintah, bayu bahkan sanggup meraih beasiswa saat masuk sekolah menengah atas, hingga ia bekerja dan sanggup membawa amar ke rumah sakit jiwa.

Cita cita bayu adalah melihat amar sehat seperti sedia kala.

Di tempat ini, sembari bayu mencari rejeki di kota ia berharap amar bisa segera pulih di tempat ini, ia berharap penuh pada bu darmayati yang mengelola tempat ini, dan sisanya bayu pasrahkan pada tuhan.

Kondisi ODGJ di sana jauh lebih terkendali, jangan bandingkan dengan orang gila yang terlunta-lunta di pinggir jalan,  di asingkan keluarga, di anggap kuman oleh masyarakat, sungguh malang hidupnya.

Usai dengan segala urusan di panti, bayu  dengan berat hati melangkahkan kaki keluar, ini kali pertama bayu akan berjauhan dengan ayahnya untuk waktu yang cukup lama.

Bayu akan segera membawa dirinya ke jakarta, merajut mimpi, menjemput asa, penuh harap bayu atas tawaran pekerjaan yang di tawarkan anton, teman SMA nya yang sudah sukses sebagai pegawai kantoran dengan gaji di atas UMR.





Yuhuuuuuu....
Santai dulu yuk🤭
Besok kita ketemu di jakarta yau👋

Menurut kalian gimana kira kira kisah bayu di jakarta?
Pak amar nya kita tinggal dulu yahh, biar dia bisa di urus dengan tenaga ahli😁

Doain ya guys mudah mudahan pak amar cepet sembuh...

See you next part👋









Ehhh vote dan komen dulu atuhhh😁
di bawah sini nihhh👇

Udah?

Terimakasih, babayu love youuuu🫀🤍

Bayu putra AmarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang