06. first day at work

4 6 0
                                    




Sebuah apartemen dengan satu kamar tidur lengkap dengan dapur dan berbagai macam properti yang seperti sudah lama tak terpakai. Ukuran apartemen ini tidak terlalu besar namun dipenuhi dengan interior mahal.

Bayu memasuki kamar dengan kasur dan aksesoris serba putih, nuansa putih memenuhi ruangan itu.

Kemudian bayu menjatuhkan tubuhnya di kasur empuk berukuran queen size di kamar itu, rasa lelah menjalar ditubuhnya. Tidur di ubin penjara memang membuat badan nya sakit, bersyukur hari ini ia bisa merebahkan tubuhnya di kasur empuk.

Bayu menghela nafas lalu terkekeh sendiri, lucu memang permainan takdirnya.
"Hmmh hidup emang penuh misteri, kemarin tidur dibalik jerusi besi, sekarang tidur di kasur empuk".

Pikiran bayu tiba-tiba mengarah pada sarah, ah wanita dengan kepribadian aneh itu rasanya baru kali ini bayu menemui wanita semacam itu.

Sekilas sarah cantik selayaknya wanita kota bergaya modis pada umumnya, hanya saja wajah ketus adalah ciri khasnya, tak sekalipun bayu melihat senyumnya tapi sarah tetap cantik, apalagi kalau tersenyum.

Sifatnya keras kepala dan sarkastik, tidak mau kalah dan akui kesalahan, tapi dia berbaik hati memberikan pekerjaan bahkan tempat tinggal untuk bayu.
Sarah memang wanita menarik, andai saja....

Buru buru bayu membubarkan pikirannya tentang sarah, tang ingin ada harapan yang tercipta hanya karna sarah membantunya, yang sudah pasti hanya akan menyajikan lara.



____________



   Dengan menunggangi bus kota, bayu berdesakan dipagi hari dengan orang-orang sibuk lainnya. Rasanya aneh dan tidak karuan, antara senang beraduk dengan kecemasan dan ketakutan, sebab ini kali pertamanya ia akan bekerja di jakarta.

Bayu berdiri di dalam angkutan umum dengan gaya rapih rambut klimis, karna tujuan awalnya memang ingin kerja kantoran jadi bayu sudah tidak bingung saat dewi memintanya datang dengan kemeja putih dan celana hitam rapih sebelum mendapat seragam OB.

Kepulan asap dari kenek yang tak jauh darinya membuat bayu sedikit terbatuk batuk, seorang lelaki tua di depannya seperti kelelahan berdiri, rasanya tak tega tapi anak muda yang duduk di sebelahnya justru seolah tidak peduli sama sekali, mungkin ini sedikit sisi buruk beberapa manusia di kota, kemudian bayu berinisiatif menawarkan lengannya menjadi pegangan agar tangan keriput yang lemah itu tak perlu meraih pegangan di atas, segera bayu di hadiahi senyuman hangat pria tua itu yang membuat bayu kian semangat, bayu hanya berharap akan ada orang baik lainnya yang bersedia membantu amar saat kesulitan nanti.


Bayu menatap kagum pada bangunan pencakar langit di depan matanya, masih seperti mimpi menghadapi kenyataan bahwa ia akan bekerja di gedung sebesar ini, kendati hanya menjadi seorang peramu kantor tapi bayu sangat senang karna gaji yang di tawarkan pun cukup lumayan jika dibandingkan gajinya saat menjadi tukang kebun.

Segera bayu menuju ke loby, ia menghampiri meja resepsionis kantor lalu menunjukkan kartu nama sarah dan menyampaikan tujuannya datang ke sini, kendati mendapatkan tatapan sinis dari wanita didepannya tapi bayu tetap tersenyum dan setia menunggu saat wanita itu menelpon sekretaris sarah untuk mengkonfirmasi lelaki ini.

Tak lama berselang ternyata dewi yang turun untuk menjemput bayu, dua wanita resepsionis tadi tersenyum sangat ramah pada dewi jauh berbeda dengan tatapannya pada bayu tadi.

"Gimana? Apartemennya nyaman?" Tanya dewi mulai membuka obrolan, ia berjalan penuh percaya diri menuju lift berbeda dengan bayu yang masih diliputi deg-degan.

Bayu putra AmarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang