02| Be brave

87.9K 7.5K 95
                                    

Aurora pagi ini telah siap dengan seragam barunya. Ingatkan Aurora untuk merutuki dirinya sendiri di kehidupan sebelumnya, dulu ia menentang keras kepindahannya dengan alasan prestasinya sudah banyak di SMA Naveleon sehingga orang tuanya mengizinkan dirinya untuk tetap di Naveleon. Sayangnya karena itu, Vanilla dan Allaric bertemu dan membuat romansa di SMA Oxyzen.

Aurora yang pasif dan Allaric yang dingin. Sebuah kombinasi yang sempurna untuk membuat hubungan pertunangan itu sekedar status belaka, namun ketika Aurora menyadari semuanya ia telah terlambat. Hubungan Vanilla dan Allaric telah jauh dan tak mungkin untuk Aurora masuki meski statusnya tunangan dari Allaric.

"Pagi papa, mama, abang" sapaan Aurora memulai sebuah perubahan baru dimana sebelumnya Aurora hanya tersenyum dan duduk diam tanpa suara.

Kali ini, Aurora akan aktif dan berinisiatif untuk orang-orang disekitarnya termasuk keluarganya.

"Pagi Aura, kayaknya ada yang senang hari ini?" Sahut papanya senang. Papa Aurora selalu menanti putrinya bermanja dengan dirinya, ia seringkali iri melihat rekannya bisa menghabiskan waktu dengan anak perempuan mereka.

Aurora menatap papanya, ia tersenyum cerah. Langkah kakinya menuntun Aurora memeluk papanya erat, perilakunya ini sukses membuat keluarganya terkejut.

"Papa, nanti Aura mau dianter papa. Pulangnya nggak dijemput nggak masalah, yang penting mau sama papa berangkatnya" rengeknya manja

Aurora ingat, papanya berselingkuh dengan ibu Vanilla salah satunya karena kondisi rumah yang terlalu hambar. Mama Aurora -Helena Pranita Haidar memang sosok yang begitu anggun dan jarang berbicara banyak. Namun sorot teduh dan perilakunya berhasil membuat setiap orang menyadari ketulusannya. Namun sang papa -Jendra Geonardo Haidar merasa kurang, hingga memilih dekat dengan Margareta Kalila sosok chef ternama berstatus single parent dengan satu orang putri yaitu Vanilla yang begitu ceria. Jendra merasa menemukan rumah yang ia impikan bersama Reta dan Vanilla.

"Nanti papa anter Aura"

Mendengar jawaban papanya, Aurora tersenyum dan mengecup pipi papanya secepat kilat. "Makasih papa ganteng" kekehnya.

Aurora bertekad, jika memang rumah ini sepi dan hambar maka Aurora yang akan melukis ribuan warna cerah di rumah ini. Demi keluarganya.

Sarapan pagi ini berhasil membuat hati seluruh anggota keluarga itu menghangat. Celotehan ringan Aurora yang ditanggapi oleh Axel memenuhi meja makan yang biasanya sepi itu, diam-diam Aurora mendapati ekspresi puas dalam manik hazel Jendra.

■■■■

"Papa, ayo berangkat. Aura nanti telat di hari pertama" teriak Aurora pada papanya yang menerima panggilan mendadak sementara Axel lebih dulu berangkat karena ada kelas pagi.

Mama Aurora menatap putrinya sambil menggelengkan kepala, "Kamu ini, papa lagi jawab panggilan sayang"

Aurora merindukan mamanya, masih teringat jelas betapa mamanya ini terpukul ketika abangnya tiada dan tak lama di susul penghianatan oleh papanya. Aurora saat itu hanya mampu memeluk mamanya yang jatuh sakit dengan erat, masih terekam jelas betapa rapuhnya senyum mamanya kala itu.

Aurora menggenggam tangan mamanya. Menatap manik coklat tua itu penuh permohonan, "Mama, jangan ragu buat nunjukin rasa sayang mama buat papa. Asal mama tau, papa diem-diem pengen diperhatiin sama mama. Coba aja deh, percaya sama Aura"

"Kalau papa nggak suka gimana?" Helena menatap putrinya tak yakin

"Percaya sama Aura, ma. Coba dulu nanti ya, kasih papa makan siang gitu"

Helena mengangguk, "Mama coba ya, mungkin mama bisa ngulang masa pacaran dulu" kekehnya

Aurora memeluk mamanya erat, ia ingin mamanya selalu ceria seperti ini. "Aura pengen liburan tau, ma. Berempat sama mama, papa, abang. Kita kan nggak pernah liburan keluarga" keluhnya sambil menatap mamanya.

Dengan lembut mamanya mengusap pucuk kepala Aurora, "Boleh, nanti mama luangin waktu nggak ke butik. Nanti mama bicarain sama papa ya?"

"Tapi nanti ajak Allaric" bisik mamanya menggoda

Aurora merengut kesal, "Kok jadi Allaric sih, ma?"

"Kan calon mantu"

Tak lama Jendra kembali, ia menemukan senyuman manis istri dan putrinya yang sukses membuat hatinya penuh dengan kehangatan. Ia mengusap surai istrinya lembut, "Aku sama Aura berangkat ya, hati-hati di rumah"

"Iya sayang, kamu juga hati-hati. Nanti jam makan siang aku ke kantor anterin makan buat kamu" ujar Helena lembut yang disambut tatapan terkejut dari Jendra.

Jendra memeluk istrinya, "Aku suka kamu lebih berinisiatif kayak gini, jangan berubah ya, sayang?" Jendra mengecup kening istrinya.

"Maaf ya, aku kira semakin lama hubungan ini kamu semakin nggak mau aku terlalu terang-terangan. Tapi ternyata aku terlalu cepat nyimpulin sendiri" bisik Helena sambil membalas pelukan suaminya tak kalah erat.

"Nanti malem kita bicarain lagi, hm?" Jendra menunduk menatap istrinya.

Helena mengangguk malu, "Jangan pulang telat atau kamu nggak dapet jatah" ancamnya yang disambut kekehan oleh Jendra.

Deheman keras dari Aurora berhasil membuat pelukan kedua orang tuanya terlepas, "Aurora tau yang bucin season dua emang seru, tapi Aura udah telat di hari pertama Aura masuk"

Jendra dan Helena terkekeh geli mendengar gerutuan Aurora. Segera Jendra merangkul putrinya menuju halaman rumah. Helena nampak tersenyum manis ketika suaminya lagi-lagi mengecup keningnya dan kemudian masuk ke dalam mobil.

"Aurora berangkat ya, ma" pamitnya pada sang mama

"Makasih ya sayang untuk saran kamu"

Aurora mengangguk kuat dan bergegas menyusul papanya memasuki mobil. Suara klakson mobil dibalas lambaian tangan oleh Helena.


■■■■
18 Mei 2023

To be continue🐾

IridescentWhere stories live. Discover now