10| New Version of Us

67.7K 6.4K 116
                                    

Kaki berbalut sepatu sneakers berwarna pink muda nampak dengan pelan keluar dari mobil mewah yang ia tumpangi. Sejenak perempuan itu merapikan poni yang menutupi dahinya, sebuah perubahan besar ketika ia memutuskan membuat poni pada rambutnya. Senyuman lebar ia tebarkan.

"Pak, nanti jemput kalau saya udah kabari ya" ujar Aurora

"Baik, nona"

Aurora menatap koridor dihadapannya, ia meraih airpods dari sakunya kemudian memasangkan di kedua telinganya yang berhias anting kecil. Kakinya mulai melangkah seiring dengan irama musik di airpods-nya, ia bergumam pelan mengikuti lagu.

Aurora mengernyit bingung ketika semua orang menatapnya terkejut, meski tak mampu mendengar gumaman mereka, namun Aurora mampu menyadari raut wajah mereka yang jelas terbaca olehnya. Aurora berhenti melangkah, namun raut wajah orang-orang nampak semakin aneh.

Sesaat Aurora terdiam dengan wajah bingung, namun kemudian ia menoleh.

Deg

Aurora tak mampu berkutik saat bibirnya menyentuh pipi Allaric yang entah sejak kapan memposisikan wajahnya sedekat itu pada Aurora. Namun, bukannya marah, Allarick justru tersenyum tipis dan menarik Aurora masuk dalam pelukannya. Melihat adegan tersebut, sontak saja membuat seisi koridor menjerit keras.

Allarick mengusap rambut Aurora lembut, kemudian kedua tangannya menutup telinga Aurora hingga sang pemilik semakin tak mendengar apa yang orang katakan tentang dirinya.

"She is my fiancé!"

Allaric mengecup pucuk kepala Aurora pelan, "Usik dia, cari masalah sama gue"

Pekikan koridor mulai sunyi, tatapan terkejut tak dapat terelakkan lagi.

"Aric, apa yang kamu lakuin?" Tanya Aurora sambil melepaskan pelukan Allaric. Namun tunangannya itu hanya menggeleng pelan dan menepuk pucuk kepala Aurora, setelahnya bergegas pergi tanpa kata meninggalkan Aurora sendirian.

Aurora menatap punggung Allaric bingung, ia melepaskan airpods di telinganya. Maniknya menyadari beberapa orang bahkan enggan menatap dirinya. Aurora berusaha acuh, ia berjalan cepat menuju kelasnya meski perasaannya berantakan karena Allaric.

■■■■

Aurora menghela napas panjang mendengar bel istirahat berbunyi. Ia menatap Freya yang terlebih dulu menatapnya tak berkedip, pun pula Vivian dan Maurel yang berbalik menatapnya lekat.

"Apasih? Kenapa liat gue gitu banget?" Kesal Aurora

Mereka masih belum menjawab, Aurora pun mencoba menerka apa yang membuat tatapan mereka begitu lekat menatapnya.

"Poni gue aneh banget ya? Orang-orang juga natap gue gitu pas di koridor, emang seaneh itu ya?"

"D-di koridor tadi emang lo nggak denger apapun?" Tanya Vivian ragu

Aurora menggeleng dengan polosnya, "Enggak, gue pake airpods. Terus Ar- maksudnya ada yang nutup telinga gue juga" jawabnya gugup.

"Allaric kan yang nutup telinga lo? Ralat bukan nutup lagi, tapi peluk bahkan cium" tembak Maurel tepat sasaran.

Aurora membula terkejut, menatap ketiga sahabatnya bingung.

"K-kalian tau?"

"Oh my god Aurora" Freya menatap teman sebangkunya frustasi. Ia sejenak menghela napas panjang, "Lo udah jadi ratu sekolah dalam sekejap. Asal lo tau, Allaric ngumumin bahwa lo tunangannya dan siapapun yang ngusik lo bakal berurusan sama dia. Gila aja nggak tuh"

Aurora merona sekaligus panik, "Dia bilang gitu?!" Teriaknya

Vivian, Maurel dan Freya mengangguk yakin. Kemudian Freya menarik tangan Aurora. "L-lo beneran tunangannya Allaric?"

IridescentWhere stories live. Discover now