29| Goodbye, Marsel

37.7K 3.8K 150
                                    

Langit berduka, bahkan matahari pun tak mampu menampakkan cerianya pada dunia. Rintik mulai turun, namun barisan manusia masih begitu larut dalam duka mereka, berdiri disamping nisan dengan ukiran indah nama Keannzo Marsel Ananta. Payung hitam memenuhi pemakaman, tak lama kerumunan itu mulai menipis meninggalkan area pemakaman, tapi tidak dengan Xavierous.

Satu persatu Xavierous meletakkan setangkai mawar hitam pada tempat peristirahatan terakhir Marsel. Mawar hitam yang melambangkan duka mendalam juga mengartikan sebuah kesetiaan, Marsel akan selamanya menjadi bagian dari mereka dan tidak akan pernah tergantikan. Tawanya, senyumnya, akan selalu diingat dalam setiap detik momen yang akan mereka lalui kedepan.

"Kurang satu.." gumam Gabriel pelan.

Javier ikut berlutut disamping Gabriel, menyusun mawar hitam yang jumlahnya tak sedikit itu. Tersenyum tipis, "Allaric bakal dateng ke sini bawa mawarnya dua, tapi jangan ajak dia sama lo ya?"

Hendry hanya diam, menunduk. Tangisnya mengalir dalam diam, Nathan disampingnya hanya mampu menatap kosong nisan Marsel. Tak lama, Aurora mendekat. Meletakkan setangkai mawar putih sebagai lambang dukanya.

"Maaf dan terima kasih, Marsel" bisik Aurora pelan.

Axel menunduk, berdiri diantara anggota Xavierous. Rasa bersalah memuncak dari hatinya, harusnya dia. Harusnya takdirnya, namun kini Marsel yang menjadi korbannya. Senyuman tulus Marsel menjadi kenangan terakhir sebelum peluru itu menembus dada Marsel, senyuman yang akhirnya berubah menjadi rintihan sakit yang perlahan merenggut kesadaran Marsel sepenuhnya.

'Marsel, terima kasih banyak. Dan maaf.. untuk semuanya' batin Axel.

Gabriel tersenyum singkat, "Terima kasih untuk semuanya, Marsel. Terima kasih untuk pernah hadir jadi bagian terbaik dari Xavierous"

Serentak anggota Xavierous menundukkan kepala, dalam hati mereka selalu mengenang setiap kata dan cerita yang pernah terukir indah dalam kenangan mereka. Sosok Marsel yang selalu membawa tawa dalam setiap kesempatan bertemu, kini hanya sebuah ingatan lalu yang akan menjadi cerita indah dalam kisah ini. Terasa singkat namun juga hangat, rasa kehilangan meliputi semua Xavierous. Perasaan bersalah pun ikut larut dalam setiap lintasan momen yang akan mereka lalui nantinya.

'Gue bakal jagain Xavierous, bang'

'Kenapa kalian selalu larang gue ke area pertarungan, bang?! Gue nggak pantes?'

'Tayo dulu nggak sih, bang'

'Minimal habis Tayo gue baru bisa ikut, hehe'

Tidak akan ada lagi Marsel di masa depan, Xavierous kehilangan prajurit terhebatnya. Marsel, kini hanya nama yang cukup dikenang tanpa mampu digenggam kehadirannya. Senyuman yang cukup diingat tanpa bisa diraih sosoknya.

Terima kasih atas kehadiranmu dalam lembar cerita ini, Keannzo Marsel Ananta💐

■■■■

Rumah sakit terasa begitu sunyi, Aurora melangkah pelan masuk kedalam ruangan Allaric, pakaian hitam masih melekat indah pada tubuhnya. Manik hazel itu manatap sosok Allaric yang terbaring dengan oxygen mask di area hidung dan mulutnya. Manik abu itu masih enggan menampakkan dirinya, sibuk larut dengan mimpi yang entah bagaimana di alam hayalan itu.

"Aric.." panggil Aurora pelan.

Untuk pertama kalinya Aurora menemui Allaric, menatap lekat sosok pucat yang terbaring tanpa daya. Aurora kehilangan Allaric, Aurora kehilangan manik abu Allaric. Perasaan kecewa melingkupi hati Aurora, namun juga tak mampu berdusta bahwa rasa sedih sekaligus takut kehilangan merebak menembus pertahanannya. Cemas tak pernah usai hadir dalam setiap detiknya, selagi manik itu tak kunjung menunjukkan diri, maka cemas Aurora pun tak akan usai.

IridescentWhere stories live. Discover now