25| Nothing-

36.4K 4.2K 193
                                    

Malam terasa begitu gelap, hanya bulan yang berani menunjukkan dirinya ditengah-tengah gelapnya mendung yang menutupi indahnya langit. Tak jarang, beberapa kali cahaya bulan meredup tertutup awan yang berhembus pelan. Layaknya cahaya bulan yang meredup, Aurora pun begitu. Ia sejak tadi hanya menatap pantulan dirinya dalam cermin.

Aurora telah siap dengan dress-nya, nampak begitu anggun dan mempesona. Senyum Aurora perlahan terukir indah, ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja kali ini.

"Cantiknya putri mama" Helena masuk ke dalam kamar putrinya.

Aurora tersenyum cerah, memeluk mama-nya erat. Aurora tak pernah bosan memeluknya, pelukan yang selalu terasa nyaman apapun keadaan yang Aurora alami.

"Mama sama papa berangkat dulu, abang kamu juga. Kamu nunggu Allaric kan?"

Aurora mengangguk, "Iya, katanya udah dijalan, ma"

Helena mengangguk, ia menggenggam tangan putrinya erat. "Hati-hati ya dijalan, mama sama papa berangkat"

"Mama sama papa hati-hati"

Helena meninggalkan kamar putrinya, sementara Aurora mulai meraih sling bag putih miliknya dan bergegas menyusul sang mama.

Aurora tersenyum ketika dua mobil mewah melaju meninggalkan halaman rumah, tak lama berselang sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan Aurora. Sosok Allaric keluar dengan jas senada dengan miliknya, dengan kemeja putih yang tertutup jas maroon dipadukan dengan celana bahan hitam juga sepatu hitam. Allaric layaknya pangeran dalam dunia fantasi, pangeran yang entah mampu Aurora gapai selamanya atau tidak.

Aurora tersenyum tipis ketika Allaric membukakan pintu untuknya, setelahnya mempersilahkan Aurora masuk ke mobil. Ketika mobil telah membelah jalanan, Aurora dan Allaric sibuk diam tanpa membuka suara. Aurora sejenak milik pada lebam yang menghiasi wajah tampan Allaric.

"Ar, kamu nggak papa?"

Allaric menoleh, tersenyum tipis lantas mengulurkan tangannya untuk menepuk pucuk kepala Aurora. "I'm okay"

"Ar, aku mau-"

Perkataan Aurora terpotong ketika sebuah panggilan masuk ke ponsel Allaric. Dengan cepat Allaric menggunakan airpods nya dan menatap Aurora sesal.

"Aku angkat dulu ya" Aurora mengangguk, lantas sibuk menatap pemandangan jalan yang entah mengapa tak menarik lagi bagi Aurora. Sesekali Aurora mencuri dengar pembicaraan Allaric.

"Al, mereka mulai bergerak"

"Jangan mulai kalau mereka nggak mulai"

"Javier sama Hendry udah siap, kita siap"

"Hm"

"Lo harus siap kapanpun itu, mereka bakalan habis-habisan. Gue udah lacak mereka, berusaha cari tau, tapi ada yang lindungin mereka"

"Gue tau, thanks"

Dapat Aurora lihat Allaric mengeratkan genggamannya pada setir, sejenak Aurora berusaha menelaah apa yang sedang terjadi saat ini.

"Kamu mau apa tadi?" Allaric kembali memfokuskan dirinya pada Aurora.

Aurora menggeleng, "Nanti, bentar lagi sampai" Aurora memilih membahasnya nanti, karena ia jelas mengetahui jika pembicaraan ini akan panjang.

■■■■

Ketika pintu besar itu terbuka, terlihat jelas dekorasi yang begitu memanjakan mata. Layaknya sebuah perjamuan kelas atas yang begitu mewah beraksen emas dan maroon, senada dengan dresscode malam ini yang berwarna maroon. Tamu undangan yang mengenakan pakaian mewah juga para pelayan yang kesana kemari membawa nampan berisi wine mahal.

IridescentWhere stories live. Discover now