27| I'm Sorry

41.7K 4.2K 316
                                    

"MARSEL!"

Axel yang sebelumnya hanya diam bersiap menerima takdirnya lantas menoleh ketika teriakan itu begitu nyaring terdengar. Axel mematung dengan Allaric yang telah hilang kesadaran dalam dekapannya, saat ia menoleh, maniknya menemukan sosok Marsel yang tersenyum menatapnya.

Axel hanya mematung, senyuman manis dari Marsel berhasil membuat rasa bersalah menumpuk dihati Axel. Masih teringat dengan jelas dibenak Axel ketika Marsel begitu sungguh-sungguh ingin melindungi inti Xavierous.

Darah segar menciprat dari tubuh Marsel hingga terkena Axel, peluru itu berhasil menembus tepat di jantung Marsel. Tubuh Marsel luruh, pun pula senyumannya yang perlahan pudar tergantikan rasa sakit yang tak dapat diuraikan oleh kata-kata.

"Enggak, Marsel! Kenapa lo lakuin itu, Sel?!" Gabriel menghampiri Marsel yang sudah hilang kesadaran. Tangisnya pecah seketika, kilasan senyuman Marsel yang begitu ceria membuat hatinya berdenyut nyeri.

Javier gemetar, "Cil.." panggilnya pelan. Maniknya pun tak luput dari genangan air mata.

"AMBULANCE MANA?! ANJING!" Hendry menatap Marsel yang kini tak berdaya dalam dekapan Gabriel.

"Terlalu besar yang kita korbanin kali ini" gumam Nathan kelu, maniknya menatap Allaric dan Marsel bergantian.

"Enggak gini, Cil. Lo janji mau main lego sama gue" Hendry terduduk disamping Gabriel, tangannya yang bersimbah darah menggenggam tangan Marsel yang mulai terasa dingin.

Fokus Xavierous terpecah ketika sosok tunangan Allaric masuk ke area pertarungan, segera Aurora menghampiri Axel yang kini hanya mematung kelu tanpa suara.

"Bang Axel nggak papa? Ada yang luka?" Tanya Aurora panik, maniknya menemukan sosok Allaric juga Marsel tergeletak bersimbah darah.

"Aric.." Aurora menatap Axel lekat, namun Axel masih terlalu terkejut dengan situasi yang terjadi. Tak lama, suara sirine itu berhasil memecah lamunan Axel dan Xavierous. Mereka lantas dengan cepat mengangkat Allaric juga Marsel yang sudah bersimbah darah dengan ambulance yang berbeda.

Aurora menatap Nathan yang juga menatapnya dari ambulance yang mengangkut Allaric, Aurora menggeleng. Pintu itu tertutup, tepat saat sirine itu kembali berdenging dan mulai membelah jalanan, tangis Aurora pecah.

Bohong jika Aurora tidak merasa khawatir pada Allaric, bohong jika Aurora tidak merasa sakit melihat Allaric yang memejamkan mata dengan darah yang membasahi kemeja putihnya.

"Ra? Lo nggak susul mereka?" Sosok Kaivan muncul dengan penuh luka, Aurora mendongak dengan tangis yang berusaha ia tutupi.

"Mereka berdua harus dapet balasan yang sama" gumam Aurora sambil menatap Geo dan Barra yang masih terbaring dengan mata terpejam di area pertarungan.

Petugas medis sempat bertanya pada Aurora, bagaimana dengan semua orang yang masih tersisa. Lantas Aurora berbohong sudah memanggil ambulance lain, padahal sebenarnya ia memiliki rencana lain pada orang-orang tersebut. Mereka tidak akan mudah lolos tanpa balasan.

"Kai, bawa semua anggota dua orang itu ke kantor polisi. Untuk dua orang itu, bakal jadi urusan gue"

Kaivan terkejut, apalagi ketika melihat tatapan Aurora yang berkilat tajam tanpa main-main.

"Ra, itu urusan gue. Lo nggak boleh kotorin tangan lo, bang Axel juga udah siapin tempat buat mereka."

"Mereka udah hampir bikin bang Axel pergi dari gue, Kai. Bahkan buat Marsel dan Allaric berjuang antara hidup dan mati, cuma hukuman mati yang pantes buat mereka" Aurora menatap Kaivan dengan manik berkaca-kaca, lantas memalingkan wajahnya.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang