08| Party

68.6K 6.1K 202
                                    

Alunan musik jazz dibarengi dengan indahnya dekorasi ballroom hotel bernuansa emas dan putih berhasil menghadirkan kesan glamor bagi undangan pesta. Dreescode bertema putih membuat semua orang berlomba memamerkan pakaian mewah mereka untuk menunjukkan seberapa kuasa dan mampu mereka. Tak jarang orang mengenakan topeng mewah untuk memikat kolega besar yang mereka pikir menguntungkan.

Aurora melamun di sudut ballroom, memainkan gelas berisi jus dengan pandangan kosong. Beberapa manit lalu memang Aurora telah datang ke pesta kakek Allaric bersama keluarganya, namun Aurora masih belum menemukan sosok Allaric di dalam pesta. Pikiran Aurora semakin kacau karena pada kehidupan sebelumnya pun Allaric terlambat dan berakhir di permalukan di tengah pesta.

Aurora benci. Ketika ia berusaha menjauh dari Allaric, perasaannya seolah memberontak dan memilih mendekat pada laki-laki yang pada akhirnya bukan miliknya. Aurora pun tak mengerti pada dirinya sendiri, kenapa ia harus sepeduli ini pada Allaric meski ia jelas tahu jika Allaric tidak pernah menaruh setitikpun perasaan padanya. Aurora tersenyum kecut menyadari fakta yang selalu menamparnya keras.

Aurora mengalihkan padangannya pada pintu besar ballroom setelah terdengar pintu di buka. Nampak Allaric begitu gagah dan menawan dengan setelan jas putih yang jelas Aurora tahu jika jas Allaric adalah pasangan dari gaunnya.

Netra Aurora memicing, manik hazel itu menemukan luka baru selain di sudut bibir Allaric. Ada luka yang masih segar di pelipis Allaric. Pikiran Aurora kacau seketika, harusnya hanya sudut bibir, lantas mengapa ada luka lain di wajah Allaric. Dengan tergesa Aurora bergegas mendekati Allaric tanpa peduli pada gelasnya yang tumpah di atas meja.

Aurora menghentikan langkahnya di samping Allaric, kemudian menahan lengan Allaric hingga kini dapat Aurora lihat manik abu yang menatapnya lekat.

"Kenapa?" Tanya Aurora sambil menyentuh luka di pelipis Allaric.

Allaric menahan tangan Aurora, "Berantem kemarin"

"Bohong, lo kemarin cuma luka di sudut bibir"

Allaric menghela napas, "Lo nggak perlu tau"

Aurora termangu, benar, harusnya Aurora tidak perlu tahu apapun tentang Allaric. Dengan cepat, Aurora menarik diri dari Allaric. "Lo bener, gue pergi sekarang" ujar Aurora yang kemudian menjauh dari Allaric yang menatapnya kelu.

Aurora berusaha mengendalikan dirinya, hatinya berdenyut nyeri menyadari lagi-lagi kenyataan menamparnya keras. Siapa dirinya bagi Allaric, tak pernah ada Aurora dalam daftar orang penting bagi Allaric.

Aurora tersenyum menyapa beberapa orang dan kembali duduk di kursi yang disediakan untuk keluarganya. Ia meraih ponsel dalam tas nya.

Oxyzen Club

Anonim~
Gue tadi di jalan liat Allaric lagi berantem guysss!! Gila keren bangett parahh!
Anehnya dia berantem lawan preman sama cewek gitu, tapi ceweknya nggak keliatan mukanya. Gila sih, mereka kompak bangett!

@****
Valid nggak nih?

@****
Tau tuh, nyebarin gosip mulu

Anonim~
Valid woii, gue ada buktinya. Sorry blur guys
Send a picture

Cukup. Kini Aurora mengerti, bohong jika dirinya tidak terbakar api cemburu namun ia berusaha menekannya kuat-kuat. Aurora jelas mengerti siapa perempuan yang bersama Allaric, dia jelas masa depan laki-laki itu, Vanilla.

'Berhenti, Aurora. Apapun yang kamu lakuin percuma, takdir Allaric bukan kamu' bisiknya dalam hati.

Pandangan Aurora beralih pada pusat pesta atau lebih tepatnya kakek Allaric, netra hazel itu tertegun ketika manik abu menatapnya lurus. Aurora mengalihkan pandangannya pada genangan air dalam gelasnya yang sejak tadi hanya bergoyang ke kanan kiri karena gerakan Aurora.

IridescentWhere stories live. Discover now