22

190 13 0
                                    

Afshana mencengkeram clutch seraya menerobos masuk ke dalam ballroom hotel di hari jadi KRG yang ke-15. Meski diadakan secara formal namun after party tetap diadakan. Siapa lagi perencana ulung kalau bukan Ewa, the queen of party. Tentunya lebih private, hanya dihadiri karyawan KRG dan beberapa klien khusus. Untuk acara di ballroom hotel ini diikuti oleh seluruh jajaran komisaris bahkan klien KRG.

"You look great."

Shana mengangkat wajah, terkejut mendengar suara familier.

Di depannya, Kai berdiri dengan setelan jas navy. Penampilannya sama persis saat pesta pertunangan, namun kali ini Kai terlihat lebih luwes dan cuek.

You, too. Ingin sekali Shana melontarkan pujian yang sama. Namun ditahannya di hati.

Terlihat Nana, Ewa, Uta dan Ringgo berjalan mendekati mereka. Lalu saling menyapa dan asyik berbincang tanpa mempedulikan sekitar. Seolah obrolan tentang konsep after party lebih menarik. Shana hanya diam mendengarkan alur pembicaraan. Sedangkan Kai yang berdiri di sebelahnya, menikmati momen mengobrol santai itu. Terlihat dari tawa lepas yang tak ditahannya sama sekali.

Tak lama acara dimulai. Dipandu oleh dua MC kondang ibukota Natasha dan Vedie. Acara berjalan lancar, para tamu menikmati beberapa hidangan yang disajikan. Ringgo memanggil Kai. Tangannya tak pernah lepas dari pinggang Nana. Sedangkan sebelah tangannya sibuk dengan champagne. "Ternyata hubungan KRG dan Kavana erat sekali. Dan ini cukup mewah bukan?"

Kai tersenyum tipis. "Kenapa? Mau buat yang lebih mewah lagi Kavana?"

Ringgo tertawa, "ya gue cuma pelaksana. Semua tergantung atasan."

Dalam waktu singkat, keduanya langsung akrab. Kai baru kali ini bicara santai dengan Ringgo. Sebelumnya mereka hanya saling sapa saat keduanya berpapasan ketika menemui Rama.

Diam-diam Kai memperhatikan Shana yang terlihat kesal, entah karena apa. Di tengah banyaknya wanita berbalut gaun menawan, tetap saja mata Kai tertuju pada Shana. Dalam balutan off shoulder dress berwarna biru lengan panjang, Shana-lah yang paling memukau. Selain itu, ia terlihat sangat jual mahal. Kesan sulit digapai menjadikannya lebih menarik dari wanita lain.

Jika dibandingkan dengan Alifa, tentu saja Alifa mempunyai kelas sendiri. Meski ia dan Alifa pernah menjalin hubungan, namun hatinya tak pernah berdesir bahkan dingin sejak pertemuan kembali mereka.

Ponselnya bergetar tanda panggilan masuk dari Bara, asisten pribadinya. Wajah Kai terlihat kesal setelah menyudahi pembicaraan tersebut.

"Kenapa?" Shana menyentuh lengan Kai.

"Bara bilang, Alifa kirim hadiah untuk Om Ridwan."

"Oh." Shana terdengar tak acuh. Posisi berdirinya sudah berada di samping Kai.

"Hai Kai."

Baik Shana maupun Kai juga teman-teman yang lain menoleh begitu mendengar sebuah sapaan dari seorang wanita dan pria yang sudah berdiri di depan mereka.

"Lho Alifa ke mana Kai? Malam ini kamu sendiri?" Belum sempat Kai menjawab sapaan sebelumnya, wanita tersebut sudah melontarkan pertanyaan baru.

"Ada meeting dengan klien baru di Hongkong."

"Serius? Kamu buat tunanganmu lembur sementara kamu datang ke pesta?" Wanita tersebut menggeleng tak percaya. Pria di sampingnya menegur. "Sorry, gue kaget."

Kai menatap datar. "Amandina sudah mempersiapkan dari lama dan nggak mungkin ditunda hanya karena pesta. Selain itu, cuma Alifa yang bisa handle."

The Things I Never Do [TAMAT]Место, где живут истории. Откройте их для себя