36

155 10 0
                                    

"Makan siang."

Shana mengangkat wajah ke arah sebuah kotak makanan lalu beralih pada Ewa yang berdiri di depan meja.

"Gue nggak pesen apa-apa." Jawab Shana cuek lalu kembali fokus pada layar laptop.

"Itu spesial dipesan langsung dari Vietnam."

Ucapan Ewa barusan mampu menghentikan kegiatan Shana saat ini.

"Maksudnya?"

Ewa berdecak, "harus banget gue kasih tau secara gamblang? Udah ah cepetan abisin. Gue harus bener-bener pastiin lo habisin makanan."
Shana memandang Ewa tak mengerti. Ewa lalu melangkah mendekati Shana, menariknya keluar dari kursi lalu membawanya ke sofa dekat pintu. Di bukanya kotak makan tersebut di depan Shana yang sudah duduk.

"Makan!" Titah Ewa sambil menyodorkan kotak makan tersebut ke arah Shana.

Ada tiga susun kotak dari bekal makanan yang Ewa beri. Satu kotak berisi nasi putih, satu kotak lagi berisi lauk dan sayur yang disekat dan kotak terakhir berisi buah semangka dan anggur. Makanan di depannya ini seperti masakan seseorang. Tidak mungkin Ewa memasak dan nanti dia bilang dari Vietnam.

Tak lama ponsel Shana berbunyi tanda pesan masuk. Ia merogoh.

Ghaisan Althaf Sinaga

Sayang, gimana makan siangnya?

Aku sengaja minta Bi Santi masakin.

Daripada kamu makan nggak jelas,

bisa jadi telat makan juga.

Shana tak bisa menahan senyumannya.

Ewa yang melihat hal itu, memutar kedua bola matanya. "Udah tau 'kan sekarang. Kalau gitu makan."

Shana terkekeh kecil dan mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Hmm, ini makan siang paling enak deh."

Mata Shana melirik ke arah Ewa yang terlihat tergiur. "Tapi, sorry Wa gue nggak bisa berbagi. Lo tau 'kan ini makanan spesial buat gue."

Ewa mencibir dan memilih memainkan ponselnya. "Mana sih makanan gue?"

Shana benar-benar menikmati makan siangnya. Meski ini masakan Bi Santi, ART yang berada di rumah orang tua Ghaisan. Tapi, Shana membayangkannya seperti masakan Kai. Ia jadi merindukan pria itu.

Setelah Shana keluar dari rumah sakit dan Kai kembali ke Vietnam, hubungan keduanya menjadi lebih baik. Komunikasi di antara keduanya begitu lancar. Meski sebagian besar isi percakapan mereka adalah kecerewetan Kai tentang kondisi Shana.

Kamu udah makan belum?

Jangan ditelat-telatin makannya.

Udah jam segini, berhenti dong kerjanya.

Aku nggak suka ya liat kamu sakit kayak kemarin.

Kadang Kai memaksa untuk video call ketika Shana menjawab belum makan. Dia ingin melihat Shana benar-benar sudah makan.

Cukup merepotkan. Tapi Shana menyukainya. Sangat menyukainya.

Ponsel Shana berdering, kali ini panggilan video call datang dari Kai. Shana tak bisa menyembunyikan senyumannya. Ia meneguk air mineral lebih dulu lalu berdeham sebentar. Setelah itu mengangkat panggilan tersebut.

"Hai." Sapa Shana ceria.

Ewa yang berada di sampingnya hanya menggelengkan kepala. Ia sudah mendapatkan makanannya dan sedang menikmatinya saat ini.

The Things I Never Do [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang