6. Same but Different

48 14 0
                                    

SERENDIPITY 🦋
.
.
.

6. Sama but Different


-"hidup bukan hanya tentang kebahagian, namun juga rasa sakit"-
.
.
.

Shankara terbangun dari mimpinya, ia menarik nafas panjang berkali kali. Mata nya ia pejamkan menahan rasa sakit yang kuat hari terus berkembang. Cowok itu menjambak kiat rambutnya, beberapa helai rambut tertinggal disela sela jarinya.

Shankara beranjak dari kasur miliknya dan pergi melesat menuju dapur. Dirinya mengambil botol obat lalu menelan empat butir sekaligus tanpa air. Tangannya mencengkeram Westafel cuci piring, "sakit tuhan". "Harus telfon bang Raegis" ucap shankara lagi, dan berlari kecil mengambil handphone nya yang berada di kamar atas.

Setelah handphone nya sampai ditangan nga, Shankara menekan kontak milik Raegis.

"Ada apa? Minum obatnya udah belum. Inget makan dulu"

Ia mengingat ngingat kejadian waktu dirinya menelfon Raegis karena dirinya muntah darah, saat itu pria yang menanganinya marah besar dan berakhir dirinya diomeli.

Dengan ragu ia mematikan sambungan telfon nya, namun beberapa detik kemudian Dirinya mendapatkan nada dering telfon dari Raegis.

Tanpa ragu Shankara mengangkatnya.

"Dateng ke rumah sakit, gue tau sakit lo kambuh. Gak usah banyak alasan" hanya kalimat ketus itu saja yang Shankara dengar, dan telfon itu diputus kan sepihak tanpa ada ucapan selamat tinggal.

SERENDIPITY 🦋
.
.
.

Alia duduk dipinggir danau dengan alat lukis miliknya, serta Canvas berukuran sedang yang ia taruh di rerumputan. Alia menjadikan Daren sebagai objek lukisannya. Cowok itu hanya pasrah menjadi bahan percobaan kakaknya "Kak jangan suruh pose yang aneh - aneh ya" ucap Daren was - was.

"Enggak, tenang aja. Palingan cuma disuruh pose kek gini" dirinya menunjukkan foto yang ada di ponselnya. Di dalam foto itu terdapat seorang wanita yang berpose dengan bibir yang sengaja di monyong kan, dan salah satu tangan yang berada di pinggang.

Daren melotot kan matanya ia pun pergi berlari menghindar dari kakaknya itu. "Nggak, bercanda" ucap nya tanpa bersalah.

Kedua adik kakak itu terlihat harmonis, mereka sejenak menghilangkan rasa letih akan hidup dengan menghabiskan waktu bersama. Alia mulai melaksanan kegiatannya, dirinya memperhatikan setiap inci karya seni yang ia buat. Tidak terlewat sedikit pun.

"Kak Alia nanti habis ini sesuai kesepakatan kita, kakak harus pergi check up yaa!" Ucap cowok  itu yang menatap sendu sang kakak. Alia mengangguk, gadis itu pun masih melanjutkan karya yang akan dirinya buat. "Daren... Kalo lo ditanyain soal impian lo, apa yang bakal lo jawab?"

Satu pertanyaan yang keluar dari mulut pink Alia membuat Daren bungkam. Hidupnya selalu diatur, lantas masa depan? Dirinya tidak berfikir  hal itu. Hal yang selalu dpikirkan oleh anak itu hanya cara 'membanggakan dan memenuhi' keinginan ayahnya. Selebihnya tidak ada.

"Kak Alia sendiri?" Ucap Daren balik bertanya.

Alia mengulum bibirnya ke dalam, ia menatap saudara laki-laki nya yang hanya berbeda satu tahun darinya. "Tau sendiri kan? Hahaha" kekehnya pelan.

Alia teringat awal dirinya bertemu dengan Shankara, Laki - laki berwajah pucat itu sering jatuh pingsan saat awal semester. Sama seperti dirinya, yang sering sakit sakitan.  "Sekarang waktu nya  kakak pergi check up" Ucapan Daren diangguki oleh Alia, gadis itu menyudahi waktu bersama adiknya ini.

Daren memakaikan helm kepada Alia, setelah memakai helmnya sendiri. Daren mulai menyalakan mesin motornya  setelah dirinya pastikan kakaknya telah duduk dengan posisi nyaman. Mengendarai dengan kecepatan sedang, cowok bertubuh Atletis dengan wajah imut itu membelah Jalanan kota.

*****

Tak!

Satu pukulan dilayangkan oleh Raegis kepada Seorang cowok dengan Kemeja putih dan celana hitam panjang. Ditambah lagi cowok itu memakai Hoodie Hitam yang ia sengaja tidak di seriting sebagai pelindung dari udara dingin.

"Bandel!"

"Apa sih bang?" Cowok itu yang tidak lain Shankara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lo bilang apa? Gue gibeng juga lo ya!" Raegis menunjukkan satu kepalan tangan didepan wajah cowok itu, tangan berurat milik pria yang hampir memasuki kepala tiga itu tidak membuat Shankara ketakutan sama sekali.

"Apa? Apa?" Tantang Shankara berniat menjahili Raegis, dokter yang sudah ia anggap sebagai abang nya  sendiri.

Raegis mengelus dada bidangnya, dengan sabar Dirinya menanggapi segala sikap oleh adik nya yang kelewat waras. "Dokter... Pasien selanjutnya sudah menunggu" seorang perawat masuk dengan berkas - berkas yang ada dikedua tangannya. Ucapan dari perawat tersebut hanya dibalas deheman oleh seorang Raegis Mahesa Atmaja.

Dengan sopan perawat itu kembali pergi. "Lo sini aja, jangan kemana mana" Mata Raegis melirik tajam Shankara. Yang dilakukan remaja itu? Watados milik Shankara malah membuat Raegis semakin kesal. Dirinya hendak melempar bantal sofa sebagai poin imbang pertengkaran antara dirinya dan Shankara namun malah tertunda.

Ceklek

Pintu kayu itu terbuka menampilkan seorang Gadis dengan Sweater Rajut dan rambut yang dikepang Satu. Dan jangan lupa dengan cowok yang berada di samping gadis itu. "Anjir, Jadi itu suara lo Kara?!" ya, siapa lagi kalau bukan Alia dan adiknya Daren. Gadis itu sedari tadi mendengar suara kedua insan tersebut dari luar. Karena rasa penasarannya itu dirinya nyelonong masuk kedalam ruangan milik Raegis.

"Ah anda pasien selanjutnya ya?.." Ucap Raegis sembari membenarkan Jas dokternya dan kaca matanya. Alia mengangguk kecil. Shankara hanya diam, ekspresi cowok itu berubah drastis. Yang tadinya ceria dan secerah matahari, menjadi datar dan segelap malam tanpa bintang dan bulan.

"Jadi... Kalian saling kenal?" Tanya Raegis, Daren yang berada disamping Alia menatap intens Raegis. "Emm saya temen sekelasnya" Ucap Alia lebih sopan dari pada sebelumnya. Raegis mengangguk setelah mendapat jawaban itu "Kalian sama ya ternyata" ucap Raegis sambil membolak balikan berkas. "Maaf?" tanya Alia yang tidak mengerti dengan ucapan Raegis.

"Ah Kara... Keluar dulu. Ada pasien yang harus abang urus" Shankara menyembunyikan senyumnya, bahasa yang digunakan oleh Raegis sangat berbeda dari sebelumnya.

Cowok itu mengambil kasar tas selempangnya. Dirinya menatap Alia Sebentar, lalu berjalan keluar. "Bajingan" umpat Alia dalam hati yang hanya mendapat respon biasa saja dari Shankara. "Jadi... Nona Alia... Apakah kamu masih kekeuh dengan keputusan mu yang tidak mau melakukan terapi?"

Satu kalimat itu lolos dari pendengaran Shankara, Cowok itu menautkan alisnya. Matanya menyipit memikirkan apa yang dikatakan oleh Raegis.

"Terapi?"

Mungkin kini, pertanyaan itu akan selalu terngiang ngiang di kepala Shankara.

_SHERENDIPITY 🦋_


See you guys 💖💖

19, February 2023.

Serendipity || NCT DREAM (Slow Update)Where stories live. Discover now