BAB 04

17 15 2
                                    

"Dunia ini sementara bukan? Jangan takut menangis, aku harap sebelum menutup mata kamu menemukan pelangi diakhir cerita."

—Chen Ardhanzero—
















Toko buku ini membuat Rain menemukan kembali senyuman dan tawa yang dia rindukan. Mungkin jika seseorang dihadapannya ini tahu, Rain ingin sekali memeluknya erat agar dia tidak pergi jauh lagi darinya.

"Chen, kamu kangen seseorang?" tanya Rain dengan senyuman hangat yang terus terpancar diwajahnya.

"Karena menjagamu adalah tugas Sagara, lalu bagaimana jika aku merindukanmu? Apakah itu tidak masalah?"

Chen masih tidak bisa mengalihkan atensinya dari bukunya, dia setia menuliskan sesuatu di sana. Sementara Rain berusaha semaksimal mungkin menertralkan wajahnya yang sudah tidak tertolong tersipu malu.

"Chen, kamu mah kebiasaan!"

"Aku mau tinggal di Indonesia," ungkap Chen, lantas Rain terkesiap karena ucapannya itu.

"Di Cina emang kenapa Chen? Bukannya pendidikan kamu belum selesai di sana? Kok kamu mau tinggal di Indonesia? Katanya gak suka karena gak sesuai struktur dihidup kamu."

"Karena sejauh manapun aku pergi untuk berjalan ke negara orang lain, pada kenyataannya tujuanku ada di hadapanku sekarang."

"Serius? Bohong ah Chen mah suka ngomong doang!" Rain memutar bola matanya malas, mana mau dia percaya kepada seorang Chen yang notabene pembicara andal.

"Jika aku menunjukkan rasa itu, kamu akan terus meragukanku?"

"Bodo amat! Rain mau pulang ah!"

Lantas Chen menatap Rain dan menutup bukunya, dia tidak mengerti kenapa Rain bertingkah menjadi lebih aneh. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat Rain mengungkapkan rasa pada waktu SMP, Chen kira itu hanya gurauan seorang sahabat dan sampai sekarang pun.

"Titip salam buat Anesa, maaf aku belum sempet beli mochi buat dia. Kamu hati-hati dijalan kalau mau pulang, aku juga ada urusan mendadak, terimakasih atas waktunya tuan putri Sagara."

Rain hanya bisa tersenyum kecil dan tidak punya hak apa pun untuk mencegah Chen pergi. Mungkin semuanya telah terlambat untuk diungkapkan, Rain tidak bisa mengatakan apa yang dia rasakan.

"Chen, kamu masih suka aku, kan? Kita bisa sama-sama lagi gak?"

Rain memejamkan matanya sebentar, menghirup aroma khas buku-buku di toko ini. Sebelum dia kembali pulang dia ingin merasakan waktu yang berjalan lebih lama untuk momennya bersama Chen di sini.

Tangannya mengusap sampul salah satu buku yang tadi Chen baca hingga tidak fokus kepadanya. "Apakah rasa itu masih ada?" Judul buku itu membuat Rain tersenyum miris.

"Aku akan nunggu kamu sadar bahwa kita saling cinta," kata Rain.

Di luar hujan lebat, tetapi Rain tetap memaksakan dirinya untuk pulang jalan kaki dengan payung yang jadi perlindungannya.

"Raini!"

Rain menoleh ke arah suara itu, dan dia melihat Anesa yang tengah berlari kecil kearahnya. Dengan senyuman hangat Anesa dan Rain tertawa kecil, entah apa yang lucu tetapi bertemu setelah sekian lama membuat keduanya bahagia.

PlayBoy vs BadGirlWhere stories live. Discover now