BAB 08

10 14 0
                                    

"Aku takut jika rasa itu muncul hanya untuk menyakiti kita."

Baby Anesamerta Nararya—



















Setelah seminggu itu berlalu ada rasa aneh yang melintas di hati Anesa, entahlah di dalam otaknya selalu mempertanyakan perihal apakah Rajaziel benar-benar serius dalam mendapatkannya? Atau hanya permainan seperti yang Rajaziel sering lakukan kepada wanita lain diluaran sana.

"Woy! Ngelamun mulu mikirin apa sih?"

Anesa menatap datar Siti Miroh yang duduk di sampingnya dengan cengiran tengilnya.

"Cowok seperti apa yang harus kita hindari?"

Siti Miroh terkekeh pelan, "Yang memberi banyak perhatian lalu pulang tanpa pamitan."

"Anjir! Lo mah kebanyakan diphp in," ketus Anesa sembari menyuapkan siomai ke mulutnya.

"Tapi bener loh Ca! Orang mana yang enggak sakit hati kalau udah percaya sama satu-satunya orang terus ditinggalin tanpa sebab gitu aja, emang lo mau?" balas Siti Miroh lebih sarkas.

"Sayangnya banyak yang bertahan walau dia benar-benar sudah tidak ada kabar."

Siti Miroh tersenyum kecut mendengar penuturan kata Anesa, gagal sudah dia melupakan masa lalunya. Yang kini harus perlahan terbuka lagi sedikit demi sedikit, walau memang menurutnya sudah jadi sampah tetap saja kenangannya tidak seburuk itu.

"Lihat deh siapa yang masih bisa hidup walau hari-harinya berantakan?"

"Gue?" tanya Anesa.

"Lo jalan mandiri bawa luka itu sampai sembuh dengan sendirinya, jadi kenapa lo masih cari cara buat lo sakit? Lo boleh jatuh cinta sama siapa pun, tapi apa lo pernah mikir orang yang lo cintai itu mampu mengulurkan tangan saat lo udah jatuh sedalam itu?"

Anesa terpaku dia bergeming cukup lama mencerna apa yang ke luar dari mulut sahabatnya itu.

"Lo bestie gue Ca, gue ngerti apa yang lo rasa, gue enggak mungkin lupa kalau lo satu-satunya orang yang buat gue sering kehilangan kewarasan gue."

Anesa mengalihkan atensinya ke arah lain agar tidak berkontak mata dengan Siti Miroh yang mulai menahan tangisnya.

"Kita bisa kayak dulu lagi enggak?"

"Andai lo dulu enggak selancang itu, sahabat mana coba yang tega selingkuh sama pacar sahabatnya? Bacot lo itu cuman omong kosong bagi gue, lo mau kita deket lagi tapi musuhan atau menjauh dan enggak saling kenal?!" papar Anesa yang beranjak dari duduknya dan mencari meja yang kosong.

"Akhirnya benalu dari hidup Eca lepas juga. Gimana rasanya enggak dianggap lagi?" tanya Larastari Nindya musuh bebuyutan Siti Miroh.

"Heran deh temen sih temen tapi pacar temen juga enggak diembat jugalah," cetus Meyla Lubian.

"Bacot lo semua," sarkas Siti Miroh dia benar-benar malu karena Meyla juga Laras yang dahulu adalah musuhnya dan Anesa, tetapi sekarang terbalik justru dia yang dibenci Anesa.

"Ecaaa, nanti kita ke mall yukk?!" ajak Laras saat tepat mendaratkan bokongnya ke kursi tempat Anesa duduk.

"Maaf, gue sibuk," tolak Anesa mengabaikan mereka berdua.

PlayBoy vs BadGirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang