BAB 07

10 13 0
                                    

"Aku tidak akan pernah menaruh perasaan kepada anak dari keluarga yang menghancurkan keluargaku sendiri. Tapi apa itu bisa jika dia yang aku sukai."

—Rajaziel Jayendra
















Matanya terus meneliti setiap sudut di ruang yang pengap ini. Hanya putih dan abu-abu yang menjadi dominan di ruang ini, membuat Rajaziel sedikit kurang nyaman.

"Sudah satu minggu, saya tagih janji kamu apakah dia benar-benar menyukaimu?"

Rajaziel merunduk dia sedang mencari alasan apalagi agar pria paruh baya di hadapannya ini bisa percaya.

"Dia keras kepala, tolong beri kesempatan sekali lagi untuk El," ungkap Rajaziel.

Pria itu terkekeh, "Dia sering menolakmu, apakah lelaki yang punya wajah setampan kamu sama sekali tidak menarik di mata putriku?" Terkesan sangat meremehkan, tekad Rajaziel pun seketika terkurung begitu saja.

"Papah! El itu putra papah, kenapa anak dari jalang itu yang papah selalu bela?! Papah aku juga ingin seperti temanku yang lainnya," kata Rajaziel dengan nada suara yang gemetar.

Dean menatap nyalang Rajaziel. "Tidak tahu diri! Kamu sama saja seperti bundamu yang kurang ajar itu! Apakah kalian tidak dididik dengan baik oleh keluarga kalian?!"

"Papah! Bunda kayak gitu karena papah yang ninggalin bunda tanpa alasan," seru Rajaziel.

"Diam! Jangan temui saya jika kamu belum mendapatkan hati putri saya! Ini hanya permainan santai saja," kata Dean dan pergi meninggalkan Rajaziel yang menahan emosinya.

"Sial! Kenapa gue selalu ada di posisi yang harusnya gak gue tempati!"

Tubuh Rajaziel perlahan tumbang ke lantai, dia menatap kosong ke dinding dan tidak sengaja menatap foto keluarga yang di sana ada Dean, istri barunya dan Anesa dengan wajah datar.

"Kenapa lo lahir di rahim wanita jalang itu?"

"Bundaa ... maafin El, El sayang Anesa," lirih Rajaziel penuh penyesalan.

Rajaziel bangkit, dia menatap lamat-lamat wajah Anesa yang tersenyum lebar dengan keluarga kecilnya. Andaikan dia tahu, apa mungkin dia akan percaya? Lalu apakah Rajaziel terus mempertahankan perjuangannya?

"Tapi maaf lo juga harus rasain apa yang bunda gue rasain," tukas Rajaziel kemudian pergi meninggalkan ruang kerja ayahnya.

Rajaziel terkesiap saat mendapati Sagara berada di balik pintu.

"El, jangan sakitin Anesa," ucap Sagara pelan.

Rajaziel mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia muak jika Sagara tetap memiliki hati yang tulus untuk Anesa. Ada rasa panas yang menjalar dalam tubuhnya saat Sagara memohon untuk Anesa.

"Gak usah ikut campur urusan gue!" tukas Rajaziel.

Sagara menahan Rajaziel, dia menatap ke arah Rajaziel dengan raut wajah yang benar-benar penuh pengharapan.

"Gue enggak pernah buat dia bahagia, tapi gue mohon lo jangan sakitin dia."

Rajaziel menepis tangan Sagara dari bahunya, menatapnya nyalang penuh kebencian.

PlayBoy vs BadGirlWhere stories live. Discover now