BAB 09

10 12 12
                                    

"Fase datang dan perginya seseorang itu pasti. Tapi apa kau siap kehilangan lagi? Atau tetap menunggunya dengan alasan dia akan kembali suatu hari nanti? Jangan buka luka yang belum mengering untuk luka yang akan datang dari orang yang sama, itu membosankan tapi naifnya juga menyakitkan."

-Siti Miroh-












Sekolah terasa dingin karena masih pagi, di hari ini Siti Miroh dengan berani memasuki kelas Anesa dia melirik ke sana ke mari untuk memastikan agar tidak satu pun orang melihatnya. Dia tersenyum miris menatapi satu batang cokelat yang dibaluti secarik kertas diisi dengan suara hatinya selama ini.

"Semoga lo ngerti ya, Ca? Gue udah capek soalnya mau pamit ke Amerika gue mau pertukaran pelajar ke sana."

Salah dari dugaan Siti Miroh, Sagara berada dihadapannya sekarang dengan wajah tampak menakutkan di mata Siti Miroh.

"Kita pernah pacaran kan Si? Mau balikan lagi enggak?"

"Enggak sudi gue ngakuinnya! Lagian perjanjian orang tua kita udah selesai Sa! Pokoknya kalau lo macem-macem sama Eca, gue tebas leher lo itu!"

Siti Miroh menatap nyalang Sagara yang mengembuskan napas berat. Dia pun mengeser tubuhnya agar Siti Miroh bisa lewat. Namun, ada yang lebih membuat Siti Miroh terkesiap saat Anesa menatapnya datar.

"Enggak usah sok baik Si, gue tau keburukan lo, apa lo tuli terus enggak denger ucapan gue kemarin?" Anesa tersenyum miring dan Siti Miroh hanya bisa merunduk sembari meremas roknya dengan kuat.

"Maaf Ca, tapi ini mungkin klise buat lo, gue harap lo bisa maafin gue," gumam Siti Miroh pelan.

Anesa terdiam dia termenung saat Siti Miroh melenggang pergi dari kelas. Sagara menghampiri Anesa dan menepuk pelan bahu sang empu yang merasa kaget.

"Kenapa? Brengsek banget kan gue, Ca? Lo pasti kaget liat gue melebihi dari El, bedanya gue enggak munafik."

Anesa berdecih, "Oh, bacot."

"Gue kasian sama lo Ca, cinta yang dikhianati, cinta dalam diam sama cowok yang udah nikah, terus sekarang? El? Liat aja lo bakal lebih sakit dari yang awal."

"Siapa sih lo?! Sok tau banget brengsek! Urat malu lo udah putus?! Lo mau apa hah?! Jijik banget gue mual liat tampang wajah lo yang sok enggak munafik itu!" sarkas Anesa dengan napas yang naik turun dan tatapan nyalangnya.

Sagara terkekeh pelan, "Oke, dadah mantan pacar."

Anesa menendang salah satu kursi yang berada di dekat Sagara dan cowok itu pun berlari menjauh ke luar dari kelas sebelum Anesa membunuhnya.

Setelah beberapa saat bel berbunyi begitu nyaring di segala penjuru sekolah. Anesa bergegas ke luar kelas menuju lapang untuk melaksanakan upacara yang diwajibkan pada hari Senin.

"Atribut gue enggak lengkap lagi," gumam Anesa khawatir saat guru mulai menghampiri barisannya untuk mengecek kerapihan sebelum upacara dimulai.

"Pake dasi aku aja," tawar seorang cowok di belakang Anesa.

Anesa menoleh ke arah cowok yang menyodorkan dasi untuknya. Anesa sempat bingung beberapa saat, tetapi cowok itu hanya tersenyum simpul bahkan tampak hangat yang pernah Anesa lihat.

PlayBoy vs BadGirlWhere stories live. Discover now