BAB 10

6 6 1
                                    

"Selalu ingin aku genggam tangan itu sampai pelaminan. Akan ku ucap cinta di hari akad. Namun, apakah aku pantas mendapatkan seseorang yang kastanya lebih tinggi dariku? Kata orang cinta datang dari mana saja, tetapi orang sepertiku terlalu melunjak jika mendapat cinta oleh putri dari istana."

Ankala Ganendra ( si anak senja)

















"Ibu pikir kamu bisa mengikuti lomba puisi antara sekolah, ibu akan mendaftarkan kamu ya, Ankala?"

Tawaran yang menarik, bahkan Ankala pun terkekeh pelan mendengar ucapan ibu guru cantik itu. Dia mengangguk dan tersenyum hangat sebagai jawaban, kemudian dia membungkukan tubuhnya dan keluar dari ruang guru itu.

"Untuk dia yang terlahir ke dunia, bertemu dengan aku di bumi. Ayo! Aku akan beritahu dirimu seindah apa ukiran namamu dihatiku ini," kata Ankala diam-diam tersenyum manis menatap Anesa yang berada di kejauhan sana.

"Serius banget, lagi liatin apaan sih?"

Anesa terkesiap, buku di tangannya pun hampir jatuh. Dia menatap siapa orang yang membuat jantungnya hampir loncat, dia menatap Ankala yang cengengesan.

"Mereka pada mau ke mana?" tanya Anesa kembali melihat murid-murid yang satu persatu masuk ke bis.

"Katanya mau study tour ke Bandung, kamu gak ikut?"

Anesa menggeleng pelan, tetapi dalam lubuk hatinya jelas-jelas ingin bertanya kenapa Rajaziel pergi dengan cewek lain? Ya, meskipun ini kegiatan sekolah seharusnya Rajaziel bisa biasa saja kan dengan cewek itu.

Anesa berdecih, sejak kapan dia peduli tentang cowok rusuh itu. Baguskan pembawa sial seperti Rajaziel mulai pergi dari hari-harinya.

"Kamu lagi cemburu sama seseorang?" Pertanyaan bodoh apalagi itu. Anesa mendelik ke arah Ankala yang kebingungan.

"Sejak kapan lo jadi kepo gini?! Gak sopan!" sarkas Anesa.

Ankala meringgis dari kemarin dia selalu kena amukan Anesa. Padahal dia hanya menanyakan hal yang biasa saja. Mungkin Anesa sedang pms.

"Anesa? Mau ikut jalan sama aku gak? Aku punya banyak hal yang bisa buat kamu seneng, mau, ya?"

Anesa menimang-nimang tawaran dari Ankala. Dia pun tersenyum kecil dan mengangguk, dia pergi dari sana meninggalkan Ankala yang sangat terlalu bahagia.

Rajaziel dari kejauhan melihat interaksi antara Anesa dan Ankala, ada rasa sesak yang timbul dalam lubuk hatinya. Sementara tangannya sibuk mengelus kepala Inkeana yang kini tertidur di bahunya.

"Mungkin lo lebih berarti dari nyawa gue, tapi apa lo bisa terima kenyataan bahwa kisah cinta tak selamanya berakhir bahagia? Lo terima gak seandainya gue tinggalin lo ketika lo udah sayang sama gue?"

Inkeana sedikit terganggu dalam tidurnya, dia berdeham saat mendengar perkataan Rajaziel yang samar-samar di telinga.

"Inke sayang Raja," gumam Inkeana.

Rajaziel mengembuskan napas panjang dia menatap ke depan dengan penuh pengharapan. Jika Anesa benar-benar menyukainya tolong buat Anesa bergerak ikut bersamanya walau harus menerjang badai. Namun, justru kali ini dia malah disuguhi pemandangan Anesa yang kian dekat dengan Ankala.

Sesuai janji Anesa dengan malas-malasan berjalan ke luar, dia menatap Ankala yang tersenyum dibalik pagar rumahnya. Anesa pikir cowok itu hanya bermain-main saja mengajaknya, ternyata di luar dugaan.

PlayBoy vs BadGirlTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon