Sesi 2

10 2 0
                                    

Alaude mulai bekerja di departemen kimia. Mengingat pekerjaannya sebagai agen rahasia, dirinya yang semula hanya kanvas polos (bahkan terlalu polos karena dia jarang berekspresi) kini tertutupi dengan sempurna menggunakan topeng ramah-tamah dan baik hati yang 180 derajat berbeda dengan diri aslinya. Begitulah cara kerja mereka; jika ingin menyamar, jadilah seseorang yang bukan dirimu sendiri. Pria berusia 30 tahun itu sudah terbiasa, dia sudah tak lagi merasa jijik dengan semua topeng yang ia gunakan. Mungkin jika ada hal yang membuatnya masih bertahan di dunia ini, salah satunya adalah waktu senggang yang dia punya di apartemen sewaannya sendiri tanpa ada siapa pun di dekatnya.

Lamunan Alaude buyar begitu ada salah satu mahasiswa yang mengangkat tangannya dan bertanya. "Profesor, tidakkah menurut Anda menambah asam kuat dan basa kuat di satu wadah yang sama mungkin akan merusak wadah itu sendiri? Seperti ketika kita mencampurkan sabun cair dengan asam sitrat?" tanya mahasiswa berambut cokelat itu.

Dengan tenang, Alaude menjawab, "Asalkan kita tidak mencampurnya dalam volume yang berlebihan, maka itu tidak apa-apa. Tentunya kita perlu mempertimbangkan kapasitas tampung wadah tersebut 'kan?"

"Oh baik profesor, terima kasih atas jawabannya," tanggap sang mahasiswa.

Dengan suara lirih, salah satu teman mahasiswa itu menyikutnya. "Hei, memangnya apa yang mau kau lakukan dengan sabun dan asam sitrat? Apa kau mau membuat racun?" tanyanya dengan iseng. Orang-orang di sekelilingnya terkikik, sedangkan mahasiswa yang tadi hanya membalas, "Aku kan cuma penasaran, Roland."

Merasa tidak ada permusuhan dalam percakapan itu, Alaude menyunggingkan senyuman. Sekalipun sebenarnya dia ingin mendengus dan lanjut memaparkan materi. Beberapa mahasiswi yang ada di kelas itu terkesima melihat senyumannya, membuat mereka memekik kegirangan. Agen CEDEF itu tidak mengacuhkan perilaku para mahasiswi itu sekalipun dia merasa ingin memutar matanya.

Masih dua jam lagi sebelum pertemuanku dengan informan itu, pikir Alaude dengan sabar.

Seperti yang dipikirkannya, setelah satu setengah jam mengajar dan istirahat 30 menit yang cukup lama, jadwal mengajarnya sudah tuntas dan kini dia hanya perlu bertemu dengan agen lain yang sudah lebih dahulu menyusup ke kampus. Tempat pertemuan mereka berada di dekat perpustakaan. Tidak terlalu ramai, tetapi juga tidak bising. Cocok untuk menyamarkan misi mereka di sana.

Saat dia melewati laboratorium biologi, seseorang berjalan cepat dari depan Alaude dan tanpa sadar dia terpeleset dan buku-bukunya berjatuhan. Alaude segera mendekati orang itu dan membantunya mengambilkan buku-buku orang tersebut. Dari jas putihnya, tampak bahwa dia sedang melakukan praktikum di laboratorium tersebut. Belum sempat dia membantu wanita itu berdiri, orang yang ditolongnya langsung menyambar bukunya dan buru-buru mengucapkan "Maaf, terima kasih."

"I-iya, tidak apa-apa," jawab Alaude. Kalau ini bukan saatnya dia mengenakan 'topeng'-nya, mungkin dia sudah menceramahi wanita itu karena perilakunya yang tidak sopan. Namun saat dia menyadari ada butiran-butiran air mengalir di pipi sang wanita, dia segera menjauh dan membiarkannya langsung pergi. Apakah ada hal buruk yang terjadi? Pikirnya.

Sontak dia merasa kaget karena wanita yang ditemuinya barusan juga belum lama ini sudah menyapanya di hari pengenalan mahasiswa baru. Tak banyak wanita yang memiliki rambut panjang berwarna ungu dan mata merah yang mengkilat bagai batu mirah. Ini juga kedua kalinya Alaude melihatnya terjatuh di hadapannya. Apakah ada sesuatu yang dimiliki wanita itu? Agen rahasia yang lainkah? Atau malah dari mafia?

Setelah menyimpan segala praduganya di dalam kepalanya sendiri, pemegang Cincin Penjaga Awan itu segera kembali berjalan ke arah yang dia tuju.


Catatan:

Aku perlu ingetin diri sendiri bahwa itu Alaude bekerja melakukan misi rahasia, dan dia juga butuh nama samaran & beberapa perubahan penampilan biar identitasnya ngga diketahui. Nanti aku coba cek bab berikutnya buat ngedit beberapa hal. Takutnya ada plot hole gitu.

Penyatuan - AmalgamationWhere stories live. Discover now