Sesi 9

1 0 0
                                    

Matahari telah terbit setelah semua jejak operasi semalam disingkirkan atau diamankan jika berkaitan dengan para agen yang menjadi korban. Jalanan sudah bersih, lokasi ledakan telah ditutup dari warga sekitar yang penasaran. Bagi mereka yang masih bugar dan sadar, ini adalah waktu untuk mengevaluasi kinerja mereka semalam.

Dan inilah alasan Layfon berhadapan dengan Alaude di apartemen sang pemimpin CEDEF.

Tidak seperti cuaca cerah dan cicipan burung-burung kecil di luar, suasana di dalam rumah itu begitu kelam. Alaude duduk di meja kerjanya, matanya tak sedetik pun berkedip atau beralih dari Layfon. Sedangkan yang ditatap sempat bertemu mata dengannya, namun tidak lama karena dia langsung menunduk. Rasa bersalah mencengkeram hatinya, membuatnya tidak berani untuk mengatakan apapun pada bosnya.

Situasi itu sebetulnya hanya berlangsung selama 5 menit, namun bagi keduanya itu terasa seperti satu jam. Alaude menyadari bahwa Layfon tidak akan memulai pembicaraan apapun sampai dia menyuruhnya. Meski dia masih kesal, dia mendengus dan melempar pandangannya ke jendela apartemennya. "Apakah ada yang ingin kamu sampaikan setelah operasi malam ini?" sang Penjaga Awan Vongola bertanya.

Napas Layfon tercekat, namun dia mengangguk. "Ya, saya mengaku sudah melakukan banyak hal yang tidak sesuai prosedur ataupun cukup efisien, yang mengakibatkan kegagalan dari operasi ini. Saya juga tidak bertindak tegas saat ada penyanderaan barusan." Dia berhenti sejenak. "Saya akan coba untuk menebusnya dengan tidak melakukan kesalahan yang sama dan mengeksekusi semua misi dengan lebih baik lagi ke depannya."

Alaude kembali menoleh ke anak buahnya itu. Dia mencoba menanggapi dengan sedikit rasa penasaran. "Lalu apa langkah-langkah yang akan kamu ambil untuk memperbaiki kesalahanmu itu?"

"Saya akan berlatih melakukan penyerangan yang efisien dan tepat sasaran seperti yang dilakukan Frejr, dan saya akan berusaha membebaskan sandera apabila lain kali hal tersebut terjadi lagi," jawab Layfon.

"Itu pun kalau ada lain kali."

Alaude bangkit dari tempat duduknya. Dia melangkah pelan mendekati Layfon, lalu berjalan mengitarinya. Mata elangnya terus menatap lekat-lekat anak buahnya. Rasa takut di dalam diri Layfon masih ada, namun mulai berkurang. Kepalanya yang sejak tadi menunduk kini terangkat dan terus menatap ke depan. Tapi napasnya masih memburu. Alaude tersenyum simpul melihat perubahan itu.

"Kamu sudah tahu kelebihan dan kekurangan yang kamu miliki. Kamu juga sudah menyadari kesalahan yang kamu lakukan saat operasi tadi. Itu sudah cukup bagus. Tapi kalau berikutnya kamu melakukan kesalahan yang sama," tatapan dinginnya telah kembali ke mata Layfon. "kamu tau apa yang akan terjadi padamu."

Barulah kini anak muda itu meneguk ludah dan berkeringat dingin. "Dimengerti, Tuan," balasnya tegas.

Suara ketukan pintu terdengar tepat setelah Layfon berbicara. Alaude segera berjalan mendekati pintunya dan melihat orang di balik pintunya melalui kaca lubang pintu. Dia membuka pintu itu tak lama kemudian. Dari luar, siluet Frejr muncul.

Frejr mengangguk sejenak sebelum mengucapkan salam. Dari tatapan yang Alaude berikan padanya, dia tahu atasannya pasti bertanya-tanya akan waktu kedatangannya yang tidak cukup cepat. Dia pun memberi laporannya kepada Alaude. "Mohon izin melapor, pimpinan. Gadis yang menjadi sandera tadi sudah diantarkan dengan selamat ke rumahnya. Dia tinggal di pinggir kota, agak jauh dari lokasi kita menemukannya," ucap Frejr tenang.

Agen Ark mengangguk. "Lalu kenapa kamu baru tiba saat ini, Frejr?" tanyanya kemudian.

"Saat tiba di kediamannya, kebetulan salah satu anggota keluarga gadis tersebut sedang sakit. Saya membantu sejenak untuk meringankan gejala penyakitnya dan memberi sedikit simpanan obat demam yang kita miliki untuk beliau. Baru setelah itu saya kembali kemari melalui jalur-jalur yang tersembunyi."

Penyatuan - AmalgamationWhere stories live. Discover now