Sesi 3

6 1 0
                                    

Nama: Skadi of Jotunheimen

Usia: 22 tahun.

Tanggal lahir: 15 September 16XX

Tinggi badan/berat badan: 162 cm/50 kg.

Fakultas: Ilmu Fisika.

Tahun lulus: 16XX (1 tahun yang lalu)

Pria 30 tahun itu baru menyadari kesalahan identifikasinya setelah membaca informasi tentang wanita muda yang dia temui beberapa hari lalu. Wanita itu, yang bernama Skadi, tampak cukup muda dengan usianya yang menginjak dewasa. Apakah memang bawaan genetik orang tuanya? Alaude tidak tahu. Meski bukan orang yang dia kenali, dia ingin menyimpan file tersebut di tempat yang aman agar dia bisa mengingat profil wanita itu. Setelah dilipat dengan rapi dan diselipkannya ke salah satu buku di rak bukunya, Alaude segera mengambil pistol, cincin Vongola, beserta borgol miliknya.

"Walaupun ada di negeri yang tenang, sifat mereka yang suka cari ribut sepertinya tidak hilang juga ya," ujar Alaude pada dirinya sendiri. Sejak dia menunggu berkas informasi pribadi Skadi, sang penjaga awan itu sudah merasakan kehadiran orang lain di luar apartemennya. Dua orang di bawah apartemen, satu yang merayap ke dekat jendela kamarnya, dan tiga orang lainnya yang berjaga di lorong. Mungkin satu penembak jitu juga ada, mengingat reputasi Alaude yang lumayan itu.

Hal lain yang membuatnya yakin bahwa mereka adalah mafia yaitu tidak adanya jawaban dari agen yang baru saja ia suruh kirimkan file yang dia minta. Setidaknya Alaude sudah mengirim telegram ke agen tersebut sebanyak 3 kali dengan jeda waktu yang berbeda. Jika apa yang dipikirkannya benar, kemungkinan besar agen tersebut sudah tewas di tangan para anggota mafia itu.

Bagus. Setidaknya aku bisa meregangkan tubuhku dengan menghajar mereka.

Alaude mengangkat pistolnya dan menyibakkan gorden di jendela terdekatnya. Tanpa babibu, dia langsung menembakkan peluru ke arah bawah. Sontak suara tembakan dan pekikan terdengar bersamaan, diikuti dengan suara tubuh yang jatuh berdebum di semen trotoar yang keras. Keributan di luar terdengar setelahnya. Suasana yang awalnya tenang kini menjadi cukup gaduh namun tetap terkontrol mengingat sifat asli mereka sebagai anggota mafia. Sebuah seringai muncul di wajah Alaude. "Hmm, datanglah kemari wahai tikus-tikus got pengganggu," gumamnya bersemangat.

Dengan itu, Alaude melangkah dengan tenang untuk membuka pintu apartemennya. Di hadapannya, dilihatnya satu sosok mafioso yang baru tiba di lokasinya. Sorot mata seseorang yang ketakutan tampak jelas di muka pria itu. Alaude mencekik lehernya dan membanting kepalanya hingga darah si mafioso bersimbah deras. Sebelum musuhnya menjerit agar kawan-kawannya mendekat, kepalanya sudah tertembus timah panas yang ditembakkan agen CEDEF itu.

Dua mafioso yang berada di lorong itu berlari menuju sumber suara tembakan itu. Alaude yang menjadi sasaran mereka kini terlihat dengan jelas, mengenakan pakaian hitam berkerah tinggi dan celana bahan berwarna abu-abu gelap yang baru sedikit terciprat darah. Sorot mata pria berambut pirang itu mengkilat tajam. Tangan kirinya meraih pundak lawan barunya, namun gagal dia pegang karena orang itu menghindar dengan cepat. Selagi mafioso itu mengalihkan perhatiannya, rekannya menendangkan kakinya mencoba untuk menginjak perut Alaude. Sayangnya kakinya terhenti di pundak Alaude saat dia membungkuk untuk melindungi bagian perutnya.

"Hmm, lumayan juga orang dari Vongola ini," ujar si penendang dengan sinis. Nada suaranya jelas tidak menyiratkan bahwa dia sedang memuji Sang Penjaga Awan. Rekannya yang lolos dari maut masih fokus dengan Alaude, jaga-jaga agar dia tidak diserang tiba-tiba. Diacungkannya sebuah belati di hadapan Alaude. "Menyerahlah Vongola. Kau tidak akan pernah aman di sini," tegasnya memperingatkan si pirang itu.

Wajah datar Alaude kembali muncul, menggantikan seringai yang sebelumnya ia tampilkan. Matanya menyipit. "Kau pikir aku akan mempedulikan kata-katamu?" cetusnya.

Penyatuan - AmalgamationWhere stories live. Discover now