Sesi 10

2 0 0
                                    

Suara gemerasak daun-daun pepohonan terdengar saat angin sore hari menerpa dedaunan itu. Warnanya yang hijau segar tampak indah meski daun-daun itu sudah terjatuh dan mendarat di trotoar. Di sekitar permukaan jalan tempat daun-daun itu berserakan, semua orang maupun hewan-hewan yang tinggal di daerah itu melakukan aktivitas seperti biasa. Tampak seperti pemandangan indah di hari biasa, namun semburat oranye kemerahan di langit memberikan perasaan tidak nyaman bagi Layfon.

Bisa saja itu karena ancaman yang diberikan bosnya kemarin. Atau memang ada sesuatu hal yang benar-benar akan terjadi. Tapi apapun itu, firasat itu tak kunjung hilang dan Layfon memilih untuk menyimpannya seorang diri.

Selagi dia berpikir, kakinya membawanya menuju tempat tujuannya. Sebuah mansion milik orang penting yang dijaga oleh orang-orang yang sangat tidak masuk akal. Secara umum, Layfon memang tahu kalau orang-orang dari Utara pada umumnya tidak terlalu memikirkan opini orang lain dan orang sekitarnya pun tak banyak membicarakan soal pilihan mereka masing-masing. Namun jarang sekali dia mendapatkan informasi bahwa pejabat publik yang berpangkat tinggi mau memperkerjakan berandalan sebagai penjaga rumah mereka.

Kapan terakhir aku mendengar kabar seperti itu? Di Vatikan tentu saja tidak mungkin. Roma? Entah, aku tidak ingat. Atau jangan-jangan di Sisilia? Layfon mencoba mengorek-ngorek ingatannya. Jika memang benar dia pernah melihat kejadian yang sama di Sisilia, bukan tidak mungkin pejabat Norwegia yang satu ini mungkin punya latar belakang yang sama dengan para mafia itu. Meski kalau diingat lagi, walau senyeleneh apapun Menteri Keuangan ini, dia bukan tipe orang yang akan mau bekerja sama dengan para mafia.

Toh, ketika semua fakta belum diketahui, apapun bisa terjadi.

Tepat sebelum dia berada persis di dekat mansion itu, langkah Layfon terhenti. Pagar tinggi dengan teralis besi itu mengelilingi mansion itu sebagai pembatas. Bangunan tingkat dua yang besar dan didominasi warna putih beserta emas di beberapa titik menjulang tinggi. Halaman depan yang cukup luas itu menjadi sebuah taman dengan berbagai bunga dan sejumlah pohon yang rindang. Agak jauh dari tempatnya mengamati, ada pula sebuah kolam kecil yang dikelilingi bebatuan. Kolam itu memantulkan semburat merah dari langit sore itu.

Di bawah sebuah pohon, Layfon mengamati mansion itu. Tidak ada tanda-tanda yang aneh dari rumah besar itu. Penjaga gerbang masih berdiri di posnya tanpa ekspresi. Hanya ada satu-dua orang pelayan yang sedang merapikan taman tersebut.

Sedetik kemudian, pundaknya terasa hangat seperti disentuh sesuatu. Layfon menoleh ke arah itu dan melihat tangan seseorang sedang mencengkeramnya dengan kuat.

"Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?"

Layfon menoleh ke arah orang itu. Dan di situ, di belakangnya, ada lima orang dengan pakaian lengan pendek berwarna gelap dan penuh debu menyeringai kepadanya. Salah satu menggertakkan kepalan tangannya, yang lain memegangi tongkat besi atau kayu. Yang masih mencengkeramnya tidak menunjukkan senjata apapun, namun anak muda itu yakin kalau orang itu pasti menyimpan satu-dua senjata di sakunya dalam artian sebenarnya.

Sang agen rahasia itu berdehem. "Aku hanya sedang mengamati langit sore yang indah. Tidak masalah bukan, tuan-tuan?" balasnya.

"Yang jadi masalah adalah kamu memilih tempat ini untuk mengagumi langit itu. Ada taman dan alun-alun yang bisa kamu pilih. Punya alibi untuk itu, hmm?" preman tersebut menantang.

Layfon mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman orang itu. Ternyata cukup sulit, namun dia berhasil. Orang itu tidak senang dan kawan-kawannya yang lain pun langsung siaga dengan senjata mereka. Layfon memegangi bahunya. Sakit juga pegangannya itu, pikirnya.

Para preman itu tak bergeming meski agen muda itu mencoba untuk melangkah pergi dari mereka. Aneh. Agen-agen sebelumnya diserang sampai kondisi mereka cukup parah. Namun entah kenapa mereka tidak menyerangnya dan hanya memegangi senjata mereka dengan bersungut-sungut. Ada apa? Firasat Layfon kembali bergaung dengan segala macam tanda bahaya muncul di kepalanya.

Penyatuan - AmalgamationOnde histórias criam vida. Descubra agora