Sesi 12

1 0 0
                                    

Pukul 11.30 a.m.

Dikarenakan mereka tidak memiliki banyak kegiatan di hari ini, Charlemagne, Mordred, dan Skadi memutuskan untuk makan bersama di kantin. Masing-masing dari mereka punya rencana sendiri setelah ini; Charlie menemui teman-temannya, Mordred hendak berkeliling di kota, dan Skadi ingin melihat kebun bunga kampus. Namun sebelumnya, mereka perlu mengisi tenaga terlebih dahulu.

Makanan yang disajikan di kantin cukup banyak, kebanyakan di antaranya adalah sayuran, buah, dan ikan yang menjadi makanan utama di Norwegia. Mordred tidak tertarik, namun dia tetap memakannya juga. Mereka sekarang duduk di sebuah bangku, Mordred dan Skadi bersebelahan sedangkan Charlie ada di hadapan mereka.

Selagi kedua rekannya menikmati makanan, Skadi mulai menggunakan pisau dan garpunya untuk memakan salad ikan. Ikan salmon itu dia potong hati-hati, lalu dia ambil dengan garpu. Potongan ikan itu sampai ke mulutnya tanpa menodai bibir lembab Skadi. Di kali kelima wanita itu melakukan hal tersebut, dia mendengar celetukan dari Mordred. "Lihat siapa yang sedang bersenang hati."

"Siapa, Mo?" tanya Charlie polos.

"Jangan panggil aku Mo!" protes si baju merah. "Omong-omong, aku sedang membicarakan tuan putri kita ini," tambah Mordred sembari melirik Skadi.

Senyuman kikuk Skadi muncul mendengarnya. Baru kali ini seseorang memanggilnya seperti itu. "Tuan putri?" tanyanya.

"Tentu saja! Aku tahu meskipun pakaianmu terlihat biasa, dari bahan dan warnanya sudah terlihat kalau kamu itu orang kaya! Aku benar, 'kan?" tebak Mordred.

"Aku tidak yakin menjadi kaya saja bisa dianggap sebagai seorang putri. Bukannya kita perlu menjadi anggota keluarga kerajaan untuk bisa menjadi seorang pangeran atau putri?"

"Duh, tentu saja itu benar. Tapi kau polos sekali! Aku bermaksud untuk mengatakan kalau kau itu punya privilege, tahu!"

Skadi mengikik melihat reaksi rekannya. Lucu juga Mordred kalau dia sedang kesal, pikirnya. "Tentu saja aku tahu. Aku hanya sedang bercanda. Bicara soal privilese, ada kaitan apa dengan aku yang kau panggil tuan putri?" tanggap Skadi enteng.

Di luar dugaan keduanya dan para pengunjung kantin yang lain, Mordred menggebrak meja. Yang bersangkutan juga berdiri dari kursinya. Kedua matanya menatap Skadi tajam. "Kau lulusan dari Fakultas Fisika, 'kan? Dan kau juga pernah menjadi asisten lab di sana meski tidak lama?" ujar asisten berambut pirang itu.

Skadi bergeming. "Itu benar," jawabnya.

"Lalu apa yang membuatmu berpikir aku tidak tahu bahwa alasan kamu bisa masuk ke fakultas kimia adalah karena 'tangan-tangan' lain yang membantumu datang ke sini?" tuduh Mordred.

"Kamu bermaksud mengatakan padaku bahwa aku menggunakan nepotisme di sini?" Skadi memicingkan matanya.

"Hah! Kamu pikir aku naif? Kau pasti tidak tahu soal jenis-jenis alkohol, 'kan?"

"Tentu, ada 3 jenis alkohol yang sudah diketahui, yaitu alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Untuk contohnya sendiri ada etanol untuk jenis alkohol primer, isopropil alkohol untuk alkohol sekunder, dan alkohol tersier yaitu 2-metil-2-propanol," jelas Skadi singkat.

Mordred terkejut dengan jawaban itu, tapi dia belum menyerah. "Kamu pasti mempelajarinya dari buku-buku! Kalau masalah adaptasi sains baru dalam bidang pertanian bagaimana?" tantangnya lagi.

"Petani lebih memilih metode yang memberikan hasil pasti karena merekalah yang menanam tanaman pertanian sendiri dengan support yang sedikit dari pemerintah. Itu yang membuat inovasi apapun yang muncul belum tentu diterima sepenuhnya, apalagi dengan kondisi lingkungan dan jenis tanaman yang berbeda. Tapi apakah pertanyaanmu tidak keluar topik, Mordred?" Meski Skadi menjawab dengan enteng, dia merasa pertanyaan rekan kerjanya itu aneh.

Penyatuan - AmalgamationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang