Sesi 5

6 1 0
                                    

"Skadi?"

Satu kata itu mengejutkan penghuni ruangan tersebut. Alaude terkejut karena tiba-tiba saja dia langsung menyebut nama wanita itu tanpa berpikir. Charlemagne, si pria ramah, sama-sama kaget. Mordred, sebetulnya tidak peduli namun alisnya langsung terangkat melihat kejadian itu. Sedangkan orang yang dipanggil sendiri?

"I-iya, betul pak. Itu nama saya. Apakah saya terlambat?" tanyanya.

Alaude berdehem. Dibetulkannya sikap tubuhnya agar lebih tegap. "Tidak, nona. Kau bisa ikut rapat ini," jawab pria itu. Dengan itu, Skadi mengambil tempat duduk di depan papan tulis. Mordred yang duduk di bangku sebelahnya berbisik, "Kalian sudah saling kenal?" "Eh, aku bahkan belum tau nama beliau," ujar Skadi. Pria muda bermata hijau itu mengangguk pelan sembari menggumamkan sesuatu tentang dosennya yang pura-pura tidak tahu. Wanita berambut ungu itu tak meresponnya.

Setelah situasi kembali kondusif, Alaude mulai memperkenalkan dirinya sebagai Profesor Zen, yang mana para asisten tersebut akan membantunya dalam kegiatan praktikum. Kelas yang akan mereka asisteni hanya satu, namun setidaknya mereka harus membantu di 3 praktikum dari mata kuliah yang berbeda. Cukup berat memang, tapi setidaknya kelas yang diajar Profesor Zen tidak banyak. "Setelah itu, kalian akan memperkenalkan jenis-jenis praktikum apa saja yang harus mereka lakukan selama 8 pertemuan itu maupun poin-poin penting dalam penyusunan laporan praktikum. Bagian pembahasan memiliki poin paling besar. Oleh karena itu, bagian ini menjadi bagian yang paling penting," jelas sang profesor.

Ketiga asisten tersebut mengangguk paham. Baik Skadi dan Charlie – nama pendek si ramah - itu mencatat di notebook kecil mereka, sedangkan si asisten pirang hanya fokus mendengarkan.

"Untuk praktikum kali ini akan diadakan di 3 hari yang berbeda, yaitu Selasa, Kamis, dan Jum'at. Praktikum di hari Selasa akan dilakukan mulai pukul 09.00, sedangkan di dua hari lainnya dilakukan pada pukul 13.00. Apakah ada pertanyaan?" tanya Alaude.

Mordred mengangkat tangannya. "Ya, Mordred?"

"Kalau seandainya ada mahasiswa yang mengajukan perubahan jadwal atau waktu praktikum, misal karena bertabrakan dengan kuliahnya yang lain atau semacamnya, apakah masih boleh dilakukan perubahan?" Mordred mengajukan pertanyaan.

"Tentu, asalkan alasan itu memang logis dan berdasar," jawab si profesor.

"Kalau untuk laporannya sendiri bagaimana, Pak? Apakah batas waktu pengumpulannya sampai di praktikum yang berikutnya, seperti paktikum di Fakultas Biologi?" sahut Charlie.

"Sebaiknya laporan dikumpulkan pada satu hari sebelum praktikum berikutnya dimulai, Charlemagne. Karena meskipun menyusun laporan memang penting, asisten juga harus memiliki cukup waktu untuk mengoreksi laporan tersebut. Dan jika ada hal yang perlu diperbaiki, mahasiswa masih punya waktu sebelum menulis laporan praktikum lainnya."

Charlemagne mengangguk. "Baik pak, terima kasih atas jawabannya."

Mereka meneruskan diskusi tersebut sampai setidaknya 40 menit kemudian pertemuan tersebut baru selesai. Profesor "Zen" menutup kegiatan hari itu dan berpamitan kepada mereka semua. "Mohon kerja samanya. Semoga praktikum nanti bisa kita lakukan dengan baik," senyumnya. Kebetulan dia menghadap ke Skadi saat tersenyum. "Aku harap juga begitu, Pak," ujar Charlie setuju. "Kalau ada yang perlu dibantu, katakan saja kepada kami profesor!" sahut Mordred.

Skadi hanya tersenyum sembari menengadah dari mejanya. Kedua mata merahnya bertemu lagi dengan mata biru Alaudi. Tak lama kemudian, si profesor mohon diri. Charlemagne tersenyum simpul. "Sepertinya beliau orang yang baik, ya?" ujarnya. "Baik atau tidak itu bukan masalah. Yang penting sekarang aku bisa bekerja sebagai asisten," tanggap Mordred.

"Kau semangat sekali, Mordred. Ada apa gerangan?" tanya Skadi.

"Hehe, tentu saja, Nona Muda. Boleh saja orang lain ragu padaku, tapi di bidang kimia ini, aku tidak terkalahkan!"

Penyatuan - AmalgamationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang