𝐑𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐫𝐭𝐚

4.4K 363 12
                                    

"sepuluh,dua puluh,tiga puluh,lima puluh! yey! banyak.. bisa benerin toto.." dengan girang bocah mungil itu kemudian berjalan ke sisi jalan.. di sana telah ada seseorang yang menunggunya...

Bang jali. Ia adalah pemilik koran dan bunga yang Rama jual, Rama akan memberikan uang yang ia dapat kepada bang jali lalu sisanya di berikan kepadanya..

"Laku berapa ram?" Tanya bang jali dengan wajah datarnya membuat Rama menunduk takut..

"Li-lima bang .. bu-bunganya dua ko-korannya tiga b-bang.." jawabannya gugup

"Terus uangnya dapet berapa?"

"L-lima puluh" Rama menyerahkan nya dengan gemetar..

Bang jali dengan kasar menarik uang yang di berikan kepadanya. Ia merengut marah saat uang yang Rama berikan kurang..

"APAAN LIMA PULUH?! INI CUMA EMPAT PULUH RIBU! KURANG!" Sentak bang jali. Ia kemudian menampar pipi Rama..

Plak
"GOBLOK!RUGI GUE KALO GINI! GA MAU TAU LO GAK DAPET JATAH!" Bang jali kemudian mengambil dagangannya lalu pergi untuk menghampiri anak anak yang lain..

"hiks bang jangan.. ra-rama nanti ga-gabisa hiks bayar buku.. bang jali! BANG JALI! hiks.. " Rama jatuh terduduk di trotoar. Tak ada yang membantunya para pejalan kaki hanya melihat anak mungil itu menangis sesenggukan..

Setelah agak tenang ia bangkit kemudian berjalan menuju bengkel bang oyong..

.

.

.

"Hiks Rama bayar pake apa?hiks b-bang oyong marah hiks.." dengan takut takut ia masuk ke dalam bengkel. Tangan mungilnya menghapus air mata yang keluar dari matanya...

"hiks emm ba-bang oyong.." yang di panggil pun keluar. Oyong kaget saat melihat pipi mulus si bocah tercetak jelas tangan yang berbekas merah..

"Rama! kenapa? sape yang mukul elo ha?!" Bang oyong menggendong tubuh mungil Rama kemudian ia dudukan di kursi. Ia senadakan tingginya dengan si bocah..

"Rama.. kenapa hm? siape yang mukul elu?" Dengan lembut oyong mengelus rambut Rama...

"Ga-gapapa ko bang.. hehe" Rama tersenyum manis kepada oyong..

Oyong menghela nafas ia kemudian tersenyum. Setelah itu mereka makan dengan Rama yang di paksa. Tanpa sadar hari mulai sore..

"Bang ra-rama mau pulang.. " ujar Rama setelah menyapu halaman..

"Ho'oh udah sore juga. Ni sepedanya.." rama menatap sepedanya dengan pandangan yang sulit di artikan..

"bang oyong.. maaf Rama, belum punya uang.. be-besok aja ya sepedanya.. Rama jalan aja.." kata Rama sembari memilin baju lusuhnya. Ia takut jika bang oyong marah..

"Halah ga papa. Ni sepedanya free buat Rama, Rama kan udah kaya adek abang sendiri.. "ucap bang oyong sembari mengelus rambut Rama lembut..

Rama terdiam saat merasakan tangan hangat bang oyong mengelus lembut surainya. Ia tak pernah mendapatkan perilaku ini dari papa ataupun saudara nya yang lain..

"Te-terimakasih bang.." Oyong tersenyum ia kemudian memeluk tubuh mungil nan ringkih itu berharap bisa memberi kehangatan...

.

.

.

Sekarang sudah pukul tujuh malam,karna ia asik berbincang dengan bang Oyong hingga tak sadar hujan mulai turun dengan deras. Mengakibatkan Rama dengan terpaksa menunggu hujan reda,karna tak kunjung reda dirinya terpaksa menerobos hujan dengan sepedanya..

Jadi hujan yang di berikan bang Oyong cukup untuk melindungi tubuhnya.. walau masih terkena basah..

"Hah.. hah.. capek.. di-dingin" Rama dengan pelan menaruh sepedanya di dekat dapur. Ia dengan takut takut masuk kedalam berharap tuan muda dan tuan besar tidak melihat dirinya..

Ceklek

Plak

Rama terpaku saat sebuah tamparan mengenai pipinya. Di depannya tuan Ardian berdiri sembari menatapnya tajam..

"BEGINI?! BEGINI CARAMU MEMBALAS BUDI HAH?! anak anak saya kelaparan gara gara kamu!" Srak Ardian Jambak rambut si mungil dengan kuat sembari menyeretnya ke tengah ruang tamu..

"hiks sakit.. ma-maaf papa maaf.." tangan mungilnya berusaha melepaskan cengkraman di kepalanya. Rasanya kulit kepalanya ingin copot..

"JANGAN PANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN PAPA! SAYA TIDAK PUNYA ANAK PEMBUNUH!"  Ardian banting tubuh mungil itu dengan cepat sang empu mengerang kesakitan.

"Sa-sakitt.. ampun hiks ampun.." Rama merasakan tubuhnya seperti di belah dua. Rasanya ini lebih sakit daripada yang biasanya..

Ardian tersenyum miring. Ia berjongkok di sisi anak itu kemudian ia Jambak lagi rambutnya..

" Jangan pernah sebut diriku papa mu. Aku tak punya anak seorang pembunuh seperti mu. Karna dirimu istri ku haru meninggal! Kenapa ia mau menukarkan nyawanya demi anak bodoh seperti mu hah?! Kenapa?! " Rama menangis hatinya sakit. Sakit sekali..

"Ma-maaf hiks maaf kan ra-rama tuan hiks ampun.." ucap Rama sembari menatap mata Ardian..

Ardian alihkan pandangannya saat melihat netra biru si anak. Netra yang sama dengan sang istri..

"BASTIAN! bawa anak sialan ini ke gudang belakang! Cepat!" - Ardian

"Baik tuan" sebelum ia pergi dirinya menendang kepala Rama dengan kuat. Mengakibatkan si mungil kehilangan ke sandaran nya..

Bastian menatap Rama dengan pandangan yang sulit di artikan. Ia gendong dengan pelan tubuh lemah itu kemudian dirinya berjalan menuju gudang sesuai yang di perintahkan oleh tuanya..

"Maaf Rama. Pama tak bisa berbuat apa-apa.. bersabar lah.." ia menaruh Rama dengan hati hati di lantai kotor dan lembab itu..

----------------------------------------_----–-----_-

Hii kak! Rama udah update lagii! Maaf ya bila tidak nyambung, ehehehe tulisannya juga masih berantakan..

Jangan lupa vote juseyooo...
Komennya juga yang banyak ya! Xixixixi wul suka baca soalnya!

O iya maaf bila wul ilang nya lama soalnya lagi TO ehehehe..

Buat Kaka yang ujian semangat yaaa Rama pasti bakal temenin juga..

Temenin Rama ya kak! hingga rama menemukan kebahagiaan!

Otee siuuuuuuu

𝐑𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐫𝐭𝐚(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang