𝐑𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐫𝐭𝐚

4.4K 340 49
                                    

Rama kini berada di dapur,ia tengah menyiapkan makanan untuk tuanya serta para pengawal...

Sesekali air matanya menetes mengingat apa yang telah di katakan oleh tuanya kepada dirinya tadi..

Salah satu pengawal membanting tubuh ringkih nya di hadapan sang tuan ..

"Shhh sa-sakit" lirihnya pelan ia dengan takutd melihat ke arah sang tuan besar yaitu Ardian.

"Sakit hm? Ini tak sebanding dengan rasa sakit ku serta anak anak ku yang harus kehilangan wanita yang paling kami cintai demi anak bodoh seperti mu Rama.." Hati Rama remuk rasanya saat Ardian mengatakan itu. Bahkan dirinya saja belum pernah melihat rupa cantik sang ibu ia juga belum pernah mendapatkan kasih sayang ibunya, namun kenapa semua orang mengatakan ia Yang salah? Dirinya bahkan juga tak minta untuk di lahir kan.

Jika bisa memilih Rama lebih baik mati daripada melihat mereka tersiksa..

"Ma-maaf tuan.." sakit rasanya saat memanggil ayah sendiri dengan sebutan itu. Ia ingin seperti kakak nya yang dengan leluasa memanggil tuan besarnya ini dengan sebutan ayah..

"Maaf mu ta akan bisa mengembalikan keadaan jadi seperti semua. Dirimu pantas di sebut apa?" Tanya Ardian dengan senyum remeh..

"A-anak sialan."

"Apa? aku tidak dengar! "

"Ra-rama anak sialan" ulang rama dengan berlinang air mata.. ia memandang sang ayah dengan sendu..

Entah mengapa hati Ardian sedikit sakit saat mendengar anak yang tak ia aku i menyebut dirinya sendiri sebagai anak sialan. Ingat hanya sedikit..

"Bodoh" banti nya..

"Bi Inah sudah pulang ke kampung halamannya karna ia sakit. Jadi yang akan menyiapkan makanan serta membersihkan rumahnya ini ialah dirimu. Mengerti?" Jelas Ardian dengan tatapan tajamnya..

Seketika itu mata Rama membulat saat mendengar bahwa Bi inah sakit,lalu siapa yang akan menjadi rumahnya? Bagaimana dengan sekolah nya?

"T-tuan tapi ba-bagaimana dengan se-sekolah saya?" Ardian terkekeh ia kemudian berjongkok di depan Rama..

"Sekolah? anak bodoh seperti mu ingin sekolah? Menerima pelajaran saja tak mampu lalu kau ingin sekolah? Aku kasian dengan otak kecil mu ini."

"Sakit" batin anak itu..

"Ra-rama mohon.. Rama a-akan be-belajar lebih giat la-lalu membahagiakan a-ayah.." ucap rama.. Ardian menatap Rama dengan datar sebelum..

PLAK

"Anak ta tau diri! Jangan sebut aku  ayah mu sialan! Aku tak punya anak bodoh seperti mu!" Ardian dengan cepat berdiri lalu menendang Rama dengan kencang..

DUGH..

DUGH..

DUGH..

DUGH..

"DENGAR INI! AKU BUKAN AYAHMU! DIRIKU TAK PERNAH MEMILIKI ANAK BODOH APALAGI PEMBUNUH SEPERTI MU! MENGERTI?!"  Rama sudah ta punya tenaga. Ia hanya bisa mendesis pelan saat rambut nya di jambak Ardian..

"Sampai makan malam tiba dirimu tak akan dapat jatah makan mengerti?" Ardian segera keluar dari gudang di ikuti beberapa pengawalnya.

Rama hanya tersenyum tipis sebelum ia terbatuk-batuk hebat..

uhuk

uhuk

"Da-dada Rama sakit.." Rama mengelus lembut dadanya berharap bahwa sakit yang ia derita segera mereda..

"Ja-jangan sa-sakit.. Rama tidak kuat."

.

.

.

Kini Rama sudah menyiapkan makan malam untuk tuan serta para pengawal. Dirinya sekarang tengah berada di kamar lusuhnya..

Ia menatap langit-langit kamarnya yang sering kali bocor saat hujan.. dirinya sendari tadi mengelus perutnya yang terus berbunyi..

"Sabar perut.. nanti makan.. bila ada sisa.." katanya lirih. Ia menangis saat mengingat bahwa Bi inah sudah tidak bekerja lagi.. lalu apakah ia akan kuat menghadapi semuanya sendiri?

Rasanya ia ingin mengakhiri semua ini. Namun cita cita nya yang ia impikan sejak kecil belum terwujud..

Rasanya susah sekali. Dirinya hanya ingin mendapatkan pelukan dari ayah serta Kakaknya.. sederhana namun penuh makna..

Dirinya tersenyum saat ia mengingat masih menyimpan biskuit. buru buru ia membuka kasur lantainya.. di sana ada sebungkus roti yang telah remuk. Namun ta apa ini bisa mengganjal rasa laparnya..

"Yah kadaluarsa.." katanya lirih. tapi jika tak makan ia bisa sakit perut seperti tempo hari lalu,ia kemudian memakan biskuit itu dengan lahap..

"Enak.ini to yang namanya coklat" selesai makan Rama kemudian meminum air keran yang sudah ia masukan ke dalam botol bekas..

"Ah.. tuan besar dan tuan muda sudah selesai belum ya?" Kaki mungil itu mulai keluar dari kamarnya ia mengintip takut dari balik tembok..

Saat di rasa ta ada orang dirinya pun mulai berani  keluar.. di lihatnya meja makan yang telah kosong. Semuanya tak tersisa seperti biasa  saking enaknya masakannya... sepertinya

Ia kemudian mulai membereskan piring piring kotor'itu.. di wastafel dapur juga sama. Sudah ada piring kotor bekas makan para pengawal..

Setelah terkumpul ia kemudian naik ke atas kursi kayu agar sampai pada wastafel yang tinggi. Dirinya kemudian mulai mencuci piring satu persatu..

Matanya berbinar saat melihat potongan setengah ayam yang berada di piring bekas. Sudah terkena sabun sedikit tapi tidak papa.. lalu ia bilang ayam itu dengan air dan menyimpan nya untuk nanti..




Tangan mungilnya mengusap keringat yang berada di wajahnya,kini sudah jam sebelas malam di lihatnya lampu kamar sudah mati menandakan sang pemilik kamar telah tertidur...

Rama kini duduk di pojok wastafel ia mengeluarkan plastik yang terdapat setengah ayam. Ia membagi ayam itu menjadi dua. Setengahnya ia masukan ke dalam plastik agar bisa di makan besok.

Sementara potongan yang kecil ia makan. "Enak banget! rasanya enak hehehe tapi ada sabunnya..." Anak itu terkekeh lucu tanpa sadar ada yang melihatnya..

"Mama maaf nyatanya aku memberikan ia terluka" batin orang itu sebelum pergi dari sana...

Brakk

Suara tendangan pintu mengagetkan Rama. Saat seorang pemuda menghampiri nya dengan jalan sempoyongan..

Srakk..

.........



Hello! Maaf ya kak wul update nya lama, soalnya lagi ujian nih.. ehehehe terima kasih telah mendukung Rama ..

"Temenin Rama ya kak? sampai Rama menemukan kebahagiaannya"

Si yuuuuu lope sekebon!
Maaf typo bertebaran...

𝐑𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐫𝐭𝐚(Tamat)Where stories live. Discover now