17

318 68 2
                                    

***

"Yina menyebar rumor yang kurang pantas tentang Wonyoung, Wonyoung menegurnya dan mereka berkelahi," jelas guru Lee, sekali lagi, setelah mempersilahkan Sandara untuk duduk bersama mereka.

"Aku tidak-"

"Rumor apa?" Jiyong menyela, bertanya pada Guru Lee, sembari menyentuh punggung tangan Yina, memintanya untuk diam sebentar.

"Rumor kalau Wonyoung tidur dengan... seorang pria? Sampai rumor itu masuk berita dan jadi skandal," sang guru menghindari kontak mata dengan Jiyong, juga dengan Sandara Park—manager Wonyoung. Ia sedikit canggung untuk membicarakan masalah itu, sebab dirinya tahu kalau pria yang ada dalam rumor itu berada di sana. Sang guru mengenalinya, lewat tato di belakang leher yang tidak tertutup kerah blazer.

"Aku tidak bilang begitu!" suara Yina meninggi, sedang Wonyoung menyerangnya dengan sebuah tuduhan tanpa dasar.

"Guru Lee, aku berani bersumpah kalau aku tidak pernah tidur dengan pria manapun. Yina yang menyebarkan rumor menjijikan itu," Wonyoung memohon. Ia yang duduk tepat di sisi kiri Guru Lee, berhadapan langsung dengan Jiyong bergegas mengulurkan tangannya. Ia raih tangan gurunya, menggenggamnya lalu menggelengkan kepalanya. "Aku sungguh tidak pernah tidur dengan pria mana pun, Guru Lee... Yina memfitnahku, dia mempermalukanku, dia- dia- dia membuatku sangat tersiksa... Sekarang semua orang memusuhiku, semuanya membenciku, semua itu karena rumor yang Yina sebarkan. Produser Kwon, aku sungguh tidak pernah menyebarkan rumor itu. Aku sudah memberitahumu waktu itu, aku tidak tahu apapun tentang rumor itu. Aku-"

"Wah... Aku tidak tahan lagi," Yina berkomentar. "Jangan berakting, aktingmu jelek sekali," katanya menghina. "Untuk apa aku menyebar rumor kau tidur dengan calon ayahku? Kau benar-benar tidak tahu malu," Yina menunjuk-nunjuk kakak kelasnya itu. Tidak ada sedikit pun rasa hormat dalam setiap kata yang ia lontarkan.

"Bagaimana aku tahu? Mungkin karena kau tidak suka dia akan jadi ayahmu? Kau benar-benar jahat, Yina. Semua orang di sekolah ini tahu betapa jahatnya dirimu," debat Wonyoung, tetap tidak mau kalah meski guru konseling mereka sudah meminta keduanya untuk diam.

Jiyong yang ada di sana mendadak lelah. Ia menghela nafasnya lantas bersandar ke sofa. Kepalanya berdenyut karena menahan marah. Sedang Guru Lee memelototi dua muridnya, menyuruh keduanya untuk menutup mulut mereka rapat-rapat. Setelah semuanya diam, Jiyong kembali menegakkan posisi duduknya, lantas menoleh menatap guru konseling di sebelahnya.

"Yina tidak mungkin menyebarkan rumor seperti itu," katanya, jelas membela orang yang menyeretnya masuk dalam situasi itu.

"Oppa- maksudku Produser Kwon... Kita sudah lama saling kenal, kau pasti tahu aku tidak mungkin menyebarkan rumor seperti itu. Aku tidak mungkin membahayakan karirku sendiri," Wonyoung menyela, membuat gurunya tidak sempat mengatakan apapun.

Sedang Jiyong mengabaikannya, menganggap suara Wonyoung hanya dengung mengganggu yang tidak perlu ia pedulikan. Ia menoleh pada Yina, kemudian menepuk punggung tangan gadis itu. "Yina-ya, maaf karena aku tidak mengurus masalah ini lebih awal. Aku pikir semuanya akan selesai hanya dengan menghapus beritanya," katanya, lantas beralih menatap Sandara Park—seorang yang paling pucat dalam ruangan itu.

Jelas Sandara pucat, juga menatap sesal pada Jiyong dan gadis berseragam di sebelahnya. Beberapa minggu lalu, ketika berita Wonyoung mengencani produsernya keluar, juga ketika Jiyong mengatakan padanya tentang cerita karangan Wonyoung atas hubungan mereka, Sandara menenangkan Jiyong dengan janji-janjinya. "Tolong maafkan dia kali ini saja. Aku tahu dia berlebihan, tapi dia hanya anak-anak. Aku berjanji akan membuatnya berhenti. Aku akan bicara padanya, dan memintanya berhenti membuat cerita-cerita konyol itu. Aku akan menegurnya, kali ini dengan sangat keras. Aku akan mengurus segalanya, jadi tolong, maafkan dia. Aku juga bisa memberimu kompensasi atas kerugianmu," bujuk Sandara ketika itu, yang sialnya kini jadi sia-sia. Usahanya untuk menenangkan Jiyong, berubah sia-sia karena kelakuan artisnya sendiri.

Sandara tidak tahu, dimana awal kesalahannya. Apa saat ia menolak untuk jadi manager Wonyoung? Atau saat ia terpaksa menerima pekerjaan itu sebab tidak punya pilihan lain? Atau ketika ia mulai tidak punya waktu untuk memperhatikan Wonyoung dan kebiasaan-kebiasaan buruknya? Mungkin semuanya dimulai ketika karirnya sebagai manager melonjak? Kini sepertinya ia harus merasakan jatuh, setelah sebelumnya ia terus memanjat naik.

"Nona Lee-"

"Guru Lee," Yina berbisik, sangat pelan untuk meralat pilihan kata pria di sebelahnya itu.

"Guru Lee," Jiyong mengoreksi panggilannya. "Aku minta maaf karena masalah ini jadi semakin besar dan mengganggu aktivitas di sekolah. Tapi Yina tidak pernah menyebarkan rumor itu. Manager Park tahu siapa yang sebenarnya menyebarkan rumor itu-"

Jiyong akan meluruskan masalah di sana. Ia akan membuat Sandara bertanggung jawab atas janji yang dibuatnya tempo hari, namun sebelum keadaan membaik, Wonyoung sudah lebih dulu bereaksi. Gadis itu berteriak marah bak kerasukan. Bangkit dari duduknya kemudian menangis, menunjuk-nunjuk Jiyong, mengatainya penjahat. Jiyong yang tidak mempercayainya, ia jadikan penjahat. Sandara yang seharusnya meluruskan situasi di sana, terpaksa ikut bangkit untuk menenangkan artisnya.

Yina bergerak mundur, menempel rapat pada sandaran sofa. Berusaha untuk masuk ke dalam sofa itu, demi menghindari amukan Wonyoung. Jiyong pun sama, berusaha menekan punggungnya sedalam mungkin, sejauh mungkin dari jangkauan Jang Wonyoung. Sedang Lee Hani, serta Sandara Park berusaha menenangkan gadis itu. Selanjutnya, Wonyoung dibawa pergi, keluar meninggalkan ruang bimbingan konseling itu. Sandara membawanya pergi, sedang Guru Lee kembali dan meminta maaf pada Jiyong—maaf atas keributan yang baru saja terjadi, maaf atas emosi Wonyoung yang tiba-tiba saja meledak.

Wanita itu kembali duduk, kembali melanjutkan pembicaraan mereka tadi. Ia mengatakan, kalau dirinya merasa sudah mendengar banyak hal tentang masalah itu. Ia sudah mendengar semua penjelasannya dan akan memutuskan hukuman untuk Yina juga Wonyoung besok. Ia memberi izin pada Yina juga walinya untuk pergi, namun setelah mengirim Yina keluar, Jiyong tetap berada di dalam ruangan itu.

"Kenapa Yina tetap dihukum?" Jiyong bertanya, setelah ia minta Yina untuk pergi keluar lebih dulu.

"Ya?" Lee Hani kelihatan bingung. Ia bahkan belum memutuskan apapun. Satu-satunya yang ia ingat, hanya amukan Wonyoung yang penuh tangis dan jeritan. "Meski situasinya masih perlu diselidiki, tapi Yina dan Wonyoung tetap saja berkelahi di sekolah, mereka perlu dihukum karena berkelahi," jawab Hani, mencoba menjelaskan serinci mungkin bagaimana peraturannya.

"Boleh aku melihat rekam cctv-nya? Karena dalam pengelihatanku, Yina yang lebih banyak terluka. Aku jadi ragu, benarkah mereka berkelahi atau Yina yang di serang," jawab Jiyong.

"Kami akan menunjukkan rekaman itu pada ibunya Yina, besok saat beliau datang. Kami tidak bisa menunjukan rekaman cctv pada orang asing-"

"Wah... Berarti pertemuan ini sia-sia? Kalau pada akhirnya anda tetap ingin bertemu dengan ibunya, lalu kenapa aku perlu duduk di sini? Anda bisa menyuruh kami pergi sedari awal, karena aku dan nona Park tadi bukan wali sah anak-anak tadi," tanya Jiyong, meski tahu kalau Lee Hani tidak bermaksud begitu.

Jiyong sudah menyadarinya sedari tadi, ketika Sandara datang. Raut Guru Lee berubah saat menyadari kalau bukan orangtua kandung dari murid-muridnya yang datang. Bukan ibunya Yina, bukan juga orangtua Wonyoung yang tadi datang. Mungkin guru itu merasa buruk, sebab dua muridnya terlihat tidak seberapa diperhatikan orangtuanya. Mungkin ia pun tidak percaya, kalau Jiyong benar-benar calon ayah muridnya itu. Jiyong bisa memahami posisi Guru Lee dengan sedikit logikanya, namun pria itu tetap kesal, sebab sedari awal pertemuan mereka, Guru Lee terlihat memihak pada Wonyoung.

"Tuan Kwon, tolong sampaikan pada ibunya Yina untuk datang dan menyelesaikan masalah ini," Lee Hani tidak bisa memilih kata lainnya lagi. Berlaga seolah ia tidak mendengar keluhan Jiyong lalu mengakhiri pertemuan itu begitu saja.

***

Introducing Me (New Version)Where stories live. Discover now