76

320 66 2
                                    

***

Di hari Senin, Lisa mengantar putrinya ke sekolah. Apartemen baru mereka tidak seberapa jauh. Yina tetap bisa pergi ke sekolah di jam yang sama, meski harus naik bus dengan nomor yang berbeda. Dengan sepeda motornya, Lisa mengantar putrinya ke sekolah hari ini, lantas begitu tiba di depan sekolah, ia tahan Yina dengan menggenggam pergelangan tangannya.

"Hari ini aku akan datang ke persidangan," kata Lisa, setelah Yina bertanya alasannya ditahan di depan sekolah.

"Persidangan apa?" tanya santai gadis itu. "Eomma gugup?" susulnya kemudian.

"Sidang cerai ibu kandungmu," kata Lisa, pelan tanpa berani menatap putrinya. "Keluarga suaminya marah karena dia membohongi mereka, jadi mereka akan bercerai. Dan aku diminta untuk datang, untuk membuktikan kalau dia berbohong soal keluarganya," jelasnya.

"Lalu, apa yang terjadi setelah sidangnya?" tanya Yina kemudian.

"Mereka berpisah."

"Setelah itu?" tanya Yina.

"Aku pun tidak tahu-"

"Paman pasti tahu, dia tidak mengatakan apapun? Coba telepon Paman, tanyakan apa yang akan terjadi setelah sidangnya," pinta Yina.

"Kau mengkhawatirkannya?"

"Tidak, aku mengkhawatirkanmu," geleng Yina. "Kalau mereka sudah bercerai, apa dia akan kembali pulang? Tinggal bersama kita? Orang sepertinya pasti akan merepotkanmu dan Paman. Kalau dia ingin tinggal bersama kita setelah bercerai, aku tidak setuju. Aku tidak mau dia tinggal bersama kita, apapun alasannya. Dia yang melahirkanku, tapi dia juga yang meninggalkanku, aku tidak mau menerimanya lagi," tegasnya kemudian.

Sebentar Lisa terdiam. Lantas mengangguk, berjanji kalau ia tidak akan menerima Irene di rumahnya. "Maaf karena tidak memberitahumu lebih awal, eomma... Gugup," kata Lisa kemudian. "Setelah sidang hari ini, orang-orang mungkin akan tahu tentangmu. Dan karena nama Hwang Inyeop yang pernah jadi calon walikota itu, orang-orang mungkin akan mencarimu. Mungkin orang-orang akan penasaran padamu. Kau akan dikasihani, diganggu, ditanyai sesuatu yang tidak ingin kau bicarakan. Yina-ya, eomma minta maaf, karena kau harus lahir dari keluarga seperti ini. Aku ingin memberimu keluarga yang lebih baik, kau berhak punya keluarga yang lebih baik dari ini, tapi... Aku minta maaf, hanya keluarga seperti ini yang bisa aku berikan padamu. Maaf, karena kau harus lahir dari penyihir jahat seperti kakakku," kata Lisa, sembari mengusap-usap punggung tangan putrinya.

"Eomma, jangan membuatku menangis di sini," bujuk Yina. "Aku akan diejek kalau ketahuan menangis di depan sekolah," keluhnya. "Lagi pula yang harusnya minta maaf bukan eomma, penyihir jahat itu yang harusnya minta maaf. Meski dia minta maaf pun, aku tidak bisa memaafkannya. Lagi pula, kita hanya hidup berdua selama ini, aku menyukainya. Aku menyukaimu. Aku menyayangimu. Bahkan setelah Paman datang, aku tetap menyukaimu, aku juga suka melihatmu bahagia bersama paman. Karena itu jangan merasa bersalah, selain hidup bersamamu, aku tidak ingin yang lainnya. Bagiku, Bibi itu ibuku dan ibu kandungku penjahatnya. Jangan menghakimiku, bukan salahku kalau aku membencinya, dia yang membuatku membencinya," kata Yina.

Lisa mengulurkan tangannya. Memeluk putrinya, berkata kalau ia sama sepertinya. Lisa pun membenci kakaknya. Meski ia punya hubungan darah dengan Irene, kebencian jadi semakin pekat dalam hubungan darah itu. Kekecewaan justru jadi semakin besar karena hubungan keluarga itu. Setelah beberapa menit, pelukannya di lepaskan. Trotoar mulai ramai dengan pejalan kaki, siswa-siswi sekolah itu yang baru keluar dari mobil-mobil mereka. Beberapa teman menyapa Yina, dan gadis itu balas menyapa dengan senyumannya, begitupun ibunya.

"Sampai situasinya terkendali, aku dan Jiyong oppa akan bergantian mengantarmu ke sekolah, kami akan menjemputmu juga," kata Lisa. "Mungkin binatu akan ramai, jadi kau tidak perlu datang ke binatu. Apapun barangmu yang tertinggal, aku akan mengambilkannya," susulnya.

Introducing Me (New Version)Where stories live. Discover now