16. Menunggu.

69.5K 4.8K 335
                                    

Kini Pria bernama lengkap Egllar Lucaius De Vaddka itu tengah berada di sebuah ruangan yang bernuansa warna hitam. Pria itu tengah duduk bersandar dengan jari telunjuk yang ia ketukan di paha. Pikirannya terus menerus kalut. Adegan tadi terus menerus melintas di benaknya, tentu itu semua membuat pria itu kesal hingga sampai sekarang. "Zac!" panggilnya.

Zac berjalan mendekat. "Ya, Presdir?"

"Kau juga melihatnya, bukan?" Zac yang mengerti itu langsung mengangguk. "Menurutmu, apakah Istriku mempunyai hubungan khusus dengannya?" Zac menggeleng tidak setuju.

"Menurut saya, Nyonya Zeanna dan pria itu tidak mempunyai hubungan khusus seperti yang presdir maksud." jelas Zac. Yah, berdasarkan apa yang ia lihat. Nyonya Zeanna itu terkesan dingin tak tersentuh. Tidak beda jauh dengan Presdirnya, itu.

Egllar menganggukkan kepala setuju. Ia mengerti dengan itu, tentu pria itu juga yakin bahwa Istrinya tidak akan mempunyai suatu hubungan khusus dengan pria lain. Tetapi entah mengapa, rasa kesal masih hinggap di hatinya.

"Tentu pengecualian bila pria itu spesial." lanjut Zac yang membuat pikiran negatif mulai bermunculan lagi di benak Egllar.

•••

"Berhentilah menggangguku! Apa kau tidak mempunyai kerja'an? Bukankah kau sendiri yang berkata bahwa kau pergi kemari karena ditugaskan. Aku baru tahu bahwa ada seorang Dokter yang sesenggang dirimu." sindir Zeanna. Yah itulah, Gerald adalah seorang Dokter. Pria itu jugalah yang membawa Zeanna kerumah sakit tatkala Wanita itu hendak melahirkan Twins. Bisa dibilang, Gerald adalah penyelamatnya.

Pria yang lebih muda beberapa tahun itu terkekeh. "Apakah kau sangat terganggu? Bukan hari ini. Aku akan mulai bekerja beberapa hari lagi. Maka dari itu aku ingin bersantai, lagian, sudah sangat lama sejak aku pergi ke negara Y." jawab Pria itu.

Zeanna menyernyitkan alis. "Kau pernah tinggal di negara A?"

"Oh, apakah aku tidak pernah bercerita kepadamu? Keluargaku tinggal di negara ini, lebih tepatnya. Ini adalah negara tempatku di lahirkan." jelasnya.

"Baiklah, sekarang aku sudah tahu. Jadi, kapan kau akan pergi?"

"Kau mengusirku?" tanyanya tidak percaya.

"Anggaplah seperti itu, kau sungguh mengganggu pekerjaanku."

Gerald menghela nafas pasrah. "Zeanna, Kau tidak pernah berubah. Setidaknya buang lah sedikit sifat dinginmu itu." ucapnya yang mendapatkan tatapan tajam dari wanita itu.

"Bukan salahku, kau yang datang secara tiba-tiba. Kau pikir, aku sesenggang dirimu?!"

"Baiklah, Baiklah. Aku akan selalu kalah darimu." Pasrah pria itu. Pria itu mendekat dan memberikan satu kecupan di pucuk kepala Zeanna

"Aku pergi, jangan merindukanku!" seru pria itu seraya melambaikan tangan dan langsung pergi menuju mobil. Zeanna menggeleng melihat itu.

"Mommy, Mommy!" panggil Al. Bocah kecil itu mendekat kearah Zeanna yang tengah duduk. Menggeserkan kursi, bocah itupun berdiri dari kursi itu. Dengan tiba-tiba Al menepuk pucuk kepala Zeanna pelan dengan kedua telapak tangan mungilnya, membersihkan jejak dari Gerald. Tentu itu semua membuat Zeanna tertegun.

Wanita itu langsung memeluk pinggang bocah itu. Ah, anaknya ini sangat menggemaskan!

"Mommy, Ars sudah mengantuk." ucap Ars seraya mengucek kedua kelopak mata. Zeanna menatap jam. Ah, ini memang waktunya Ars dan Al untuk tidur siang.

Zeanna melipat laptop, kemudian mengambil kunci mobil yang berada di tas. "Baiklah, kita pulang sekarang." Kedua bocah itu mengangguk setuju.

Ketiganya pun berjalan menuju mobil. Di perjalanan pulang, Zeanna sesekali melihat kaca. Takut bahwa Ars akn tertidur dengan tidak nyaman. Dan benar saja, sepertinya bocah itu sangat mengantuk. Lihatlah, kepalanya sudah di sandarkan ke pundak Al.

"Mommy tidak usah khawatir, Al akan menjaga Ars." ucap bocah itu agar Zeanna fokus menyetir. Wanita itu mengangguk kan kepala mengerti.

Beberapa jam telah berlalu, matahari sudah terbenam, malam pun kian datang. Matahari pun sudah di gantikan oleh bulan. Tetapi pria bernama Egllar itu belum kunjung pulang. Yah, pengusaha itu pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya. Padahal sedari tadi, Ars terus-menurus bertanya kapan Daddynya itu pulang.

"Mommy, apakah Daddy tidak akan pulang hari ini? Mengapa Daddy lama sekali? Ars sudah bosan."

Zeanna mengelus pucuk kepala Ars. "Daddy sedang bekerja sayang, sebentar lagi Daddy pasti akan pulang. Mengapa hari ini Ars sangat ingin bertemu dengan Daddy lebih cepat?"

"Karena Ars ingin memberi tahu Daddy, kalau Daddy Zo sudah datang. Ars Pernah berkata kepada Daddy bahwa Ars akan mengenalkan Daddy Zo kepada Daddy." jelas bocah itu dengan senyum manis di bibirnya.

"Ars, sebaiknya kau tidak mempertemukan Daddy dengan Daddy Zo." ucap Al yang membuat Ars kebingungan. "Mengapa tidak? Ars sudah berjanji dan janji seorang lelaki harus di tepati." ucap bocah itu dengan tegas.

Al memutar bola mata malas. "Terserah padamu." ucapnya tidak peduli. Al hanya mengingatkan.

Sudah beberapa jam waktu kembali berlalu, ini sudah sangat malam. Tidak mungkin Ars dan Al akan terus menunggu Ayahnya. "Sayang, tidur, ya? Bila Ars ingin berbicara dengan Daddy, itu bisa di bicarakan besok. Ini sudah larut malam, Ars dan Al harus tidur."

"T-tetapi Mommy..."

"Syuttt! Yang patuh ya sayang? Ars sendiri yang pernah berkata, bahwa Ars sudah besar, kan?" Ars mengangguk lesu.

Zeanna menuntun kedua anaknya menuju kamar keduanya. Setelah sampai, wanita itu menyelimuti tubuh kedua anaknya. Kecupan pun ia beri di dahi Twins. "Selamat malam, Twins." ucapnya. Lalu pergi dari ruangan itu dan menutup pintu dengan hati-hati.

Zeanna pergi menuju kamar utama. Setelah sampai, wanita itu langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang. Ah, mungkin pria itu tidak akan pulang? Tebaknya. Zeanna pun mencari posisi ternyaman dan mecoba menutup kedua kelopak matanya. Namun ini terasa sangat aneh, terasa ada yang hilang. Berapa kali pun wanita itu menutup kelopak mata, tetap saja. Ia tidak bisa tertidur.

Tebakan Zeanna sepertinya salah! Karena beberapa menit kemudian, suara langkah kaki pun terdengar. Pintu kamar terbuka, Siluet seorang pria pun perlahan terlihat dan benar saja, itu adalah Suaminya yang tidak lain adalah Egllar.

Pria itu langsung membuka, sepatu, baju, dasi dan hanya menyisakan celana dasarnya. Zeanna pun berbalik membelakangi Egllar. "Ini sudah larut, mengapa kau belum tidur?" tanya pria itu.

"Anak-anak menunggumu dan aku tentu menemani mereka." jelas Zeanna.

Egllar merebahkan diri di samping Zeanna seraya membalikan tubuh wanita itu agar menghadap kearahnya. "Kau menungguku?"

Zeanna menatap wajah Egllar dengan berani, "Aku berkata, aku menemani Ars dan Al. Bukan menunggumu!" jawab Wanita itu yang tidak mau kalah.

"Kau pasti menungguku." Ucap Egllar ngeyel.

"Aku bilang tidak!" jawab Zeanna yang tidak mau mengaku.

Egllar terkekeh. "Baiklah, kau tidak menungguku. Sekarang tidurlah. Ini sudah larut." ucap Egllar mengalah.

Pria itu membawa Zeanna ke dalam dekapannya. Zeanna juga tidak mengerti, entah sejak kapan ia sudah nyaman dengan posisi ini. Egllar mengecup dahi Zeanna lama, padahal banyak hal yang ingin ia pertanyakan dan banyak hal juga yang ingin pria itu lakukan. Tetapi Egllar mengurungkan niatnya, ini sudah larut dan ia juga sudah lelah.

Egllar tersenyum tipis tatkala melihat istrinya yang sudah tertidur pulas. "Ternyata kau benar-benar menungguku. Good night my wife." ucapnya lalu ikut menutup kedua kelopak mata.


















































21-03-2023

Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa?!

Kalau kalian gak mau Vote. Setidaknya, komen lah. Jujur, Author Wi sangat mengapresiasi itu 🤓

EGLLAR MY PERFECT HUSBAND [END]Where stories live. Discover now