Eps. 3

2K 112 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Kebetulan itu hanya asumsi, sebab pada nyatanya itu terjadi karena kehendak Sang Ilahi."

—🖤—

SEPERTINYA definisi dari dunia itu sempit memang benar adanya, sebab kini Zayyan kembali dipertemukan dengan Nayya. Rasa hati ingin memaki dan memarahi, tapi apa daya semua itu hanya sampai di kerongkongan saja.

"Papa gak bisa sembarangan rekrut pegawai, apalagi untuk posisi sebagai juru masak. Bisa apa dia? Di rumah sakit aja dipecat!"

"Perlu Papa perjelas kalau dalang dari pemecatan Chef Zayyan adalah kamu, Nay!" sahut Hartawan tegas.

Nayya memutar bola mata malas, bahkan ia menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Jelas-jelas karena dianya aja yang gak bisa masak."

"Maafkan putri saya, Chef," tutur Hartawan tak enak hati. Ia lebih memilih untuk mengabaikan Nayya yang masih sibuk berkoar-koar.

Zayyan hanya mengangguk sebagai respons. Ia merasa serba salah, jika melampiaskan emosi bisa-bisa dirinya tak jadi mendapat pekerjaan. Namun, jika terus memendam rasa kesal, tak baik juga untuk kesehatan hatinya. Ia tak ingin menyimpan rasa dendam, tapi wanita di hadapannya ini benar-benar menguji kesabaran.

"Mari saya antar ke dapur sekaligus melihat-lihat resort," ujar Hartawan begitu ramah dan antusias.

Sebuah senyum dengan dibarengi anggukan Zayyan berikan.

"Papa gak bisa gitu dong. Pokoknya aku gak mau dia kerja di sini!" putus Nayya sengaja menjegal jalan sang ayah.

Hartawan menghela napas berat, ia pun geleng-geleng melihat tingkah sang putri yang sangat kekanak-kanakan. "Resort sedang membutuhkan chef khusus untuk memasak makanan sehat, dan Papa sangat cocok dengan hidangan Chef Zayyan. Kamu paham, Sayang?"

Nayya menggeleng keras. "Masih banyak Chef di luaran sana. Gak harus dia!"

"Ya sudah sekarang kamu ikut pulang Papa ke Jakarta, gak usah tinggal dan kelola resort Papa. Masalah clear, kamu gak akan bertemu dan berurusan dengan Chef Zayyan."

Nayya jelas langsung menolak mentah-mentah keputusan Hartawan. Ia sengaja pindah ke Bogor untuk menghindari Angga, dan hidup tenang di resort sang ayah. Dirinya sudah sangat muak dan tidak lagi ingin bertemu dengan mantan kekasihnya tersebut.

"Ok, aku setuju dia kerja di sini. Tapi aku harus pastikan dulu apakah makanan yang dia buat layak konsumsi atau nggak," tukas Nayya memilih untuk mengalah.

"Baik, saya akan buatkan hidangan untuk Mbak Nayya cicipi," sahut Zayyan.

Setelahnya ia pun bergegas ke dapur dengan arahan salah satu pegawai resort, sebab Hartawan dan Nayya masih terlibat perdebatan yang cukup sengit.

Hanya memerlukan waktu sekitar setengah jam untuk Zayyan bisa menghidangkan beberapa jenis makanan sehat, yang memang menjadi menu andalannya kala bekerja di rumah sakit dulu. Ia hanya mampu berdiam diri dan menyaksikan bagaimana pongahnya Nayya dalam mencicipi masakannya.

"Penyajiannya gak banget," komentar Nayya terdengar meremehkan.

Zayyan hanya bisa mengelus dada dan bersabar, bahkan ia pun lebih memilih untuk beristigfar. Menenangkan gemuruh hati yang kini mulai berapi-api.

Nayya mulai mencicipi hidangan yang tersaji, dan ia tak percaya dengan indra perasanya. Makanan itu lezat, sangat, bahkan ia merasa ini tidak seperti makanan sehat yang beredar di luaran sana.

Rasa yang ditawarkan sangat kompleks. Dari mulai asin, gurih, manis, dan pedasnya sangat pas. Tidak terasa MSG sedikit pun, bahkan untuk jenis makanan yang digoreng pun enak. Tidak meninggalkan rasa minyak yang mengganggu tenggorakan.

"Lumayan," cetus Nayya memilih untuk tidak berkata apa adanya. Ia tidak mungkin menyanjung Zayyan yang sedari tadi ia rendahkan. Bisa hancur harga diri dan martabatnya.

"Lumayan? Sampai habis satu piring?" sindir sang ayah. Hartawan benar-benar tak habis pikir dengan putrinya yang begitu gengsi dan keras kepala. Sangat tidak bisa menghargai usaha orang lain, padahal dirinya terlihat sangat menikmati.

"Haus akan validasi banget!" ujar Nayya lalu bangkit dari duduknya.

"Bukan haus validasi, tapi memang sudah seharusnya kamu akui. Masakan Chef Zayyan memang lezat, bukan?"

Nayya memutar bola mata malas. "Ya, ya, ya, terserah Papa. Aku mau ke kamar dulu, bye."

"Maafkan putri saya, Chef Zayyan," ungkap Hartawan merasa sangat tak enak hati.

Zayyan tersenyum dan mengangguk.

"Oh, ya untuk masalah kontrak kerja Chef Zayyan bisa langsung datang ke bagian HRD yah. Tinggal tanda tangan saja," jelas Hartawan.

"Baik, Pak terima kasih banyak," sahutnya begitu tulus. Ia benar-benar merasa bersyukur karena dipertemukan dengan Hartawan, tapi merasa sangat tidak beruntung saat harus kembali bertemu dengan Nayya, bahkan mungkin mereka akan terlibat hubungan kerja.

Membayangkannya saja membuat Zayyan malas setengah mati, apalagi jika benar-benar terjadi. Tapi ia tak punya pilihan lain, sebab dirinya harus segera mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk menghalalkan sang calon istri.

"Untuk hari ini kamu bisa berkeliling resort ataupun istirahat, tidak usah langsung bekerja. Perjalanan Jakarta-Bogor pasti melelahkan," imbuh Hartawan.

"Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak."

Hartawan menepuk pundak Zayyan pelan. "Gak usah berterima kasih, anggap saja ini sebagai bentuk tanggung jawab saya terhadap kelakuan Nayya yang sudah membuat kamu kehilangan pekerjaan. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya."

Zayyan benar-benar tak habis pikir, kenapa bisa sifat dan sikap Hartawan sangat bertolak belakang dengan Nayya. Ayahnya begitu baik, ramah, serta rendah hati tapi sang putri justru sebaliknya.

"Iya, Pak gak papa," sahutnya seraya tersenyum tulus.

"Kalau perlu apa-apa bisa langsung hubungi saya, dan kalau Nayya berulah silakan hukum saja," tukasnya diakhiri kekehan ringan.

Zayyan tertawa kecil dan mengangguk singkat.

"Resort Bapak sangat luas yah, fasilitasnya pun lengkap," cetus Zayyan saat mereka tengah berjalan-jalan santai mengitari resort.

"Alhamdulillah, sebisa mungkin saya memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung. Baik dari segi penginapan, hiburan, ataupun hal-hal lainnya."

Resort milik Hartawan sengaja dibangun di sekitaran tempat wisata, karena memang target market-nya orang-orang yang tengah berlibur.

Resort ini pun terdiri dari deretan vila dalam sebuah komplek. Terdapat lapangan golf, kolam renang umum, privat pool, playground, salon/spa, tempat olahraga, dan masih banyak lagi.

Bukan hanya untuk berekreasi saja, tapi resort ini pun bisa digunakan sebagai tempat meeting, gathering, dan juga wedding. Semuanya sudah sangat tertata rapi, membuat nyaman siapa pun yang datang.

Zayyan manggut-manggut mendengar segala penjelasan yang Hartawan berikan.

"Saya sudah tua, putri saya tidak mau meneruskan usaha saya. Calon menantu saya pun dokter, lebih sibuk di rumah sakit. Entah ada angin apa hingga Nayya tiba-tiba mau belajar mengelola resort, tapi saya merasa bersyukur atas itu," katanya tanpa sadar sudah terlalu banyak bercerita, bahkan hingga ke ranah pribadi.

"Semoga saja Mbak Nayya bisa meneruskan usaha Bapak, atau mungkin calon menantu Bapak pun nantinya bisa membantu," sahut Zayyan mencoba untuk membesarkan hati Hartawan.

Hartawan tersenyum tipis. "Saya harap begitu."

🖤SEE YOU NEXT CHAPTER🖤

Bandung,
Jumat, 31 Maret 2023

Nah lho Zayyan ketemu Nayya lagi tuh 🤭 ... Kira-kira gimana yah kelanjutannya?

Next or No?

Selepas Gulita | END √Where stories live. Discover now