Eps. 8

1.2K 81 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Selagi belum disahkan, dia masih milik umum, masih bisa ditikung."

—🖤—

SEPASANG ibu dan anak terduduk resah di depan ruang ICU, menunggu kemunculan para medis yang tengah menyelamatkan nyawa seseorang yang teramat mereka cintai dan kasihi. Lantunan doa dan dzikir tidak pernah sekalipun luput dari bibir keduanya. Hanya dengan mengingat Allah, kegelisahan yang menghimpit rongga dada sedikit bisa dikendalikan.

"Bagaimana kondisi Calon Istri saya, Dok?" serobot Zayyan saat dokter muncul di balik pintu ruang ICU.

Angga tersenyum tipis. "Alhamdulillah detak jantung yang sempat hilang, bisa kembali terdengar. Walaupun belum bisa dikatakan baik, tapi semoga ke depannya ada kemajuan."

Zayyan dan Harini akhirnya bisa bernapas lega. Ketakutan yang semula menyelimuti, bisa sejenak pergi.

"Terima kasih, Dok," ungkap Harini.

Angga hanya mengangguk lantas pamit dan berlalu.

"Zayyan ke mushola sebentar, nggak papa, kan, Bu?" tanya sang putra saat tangan Harini hendak membuka handel pintu, akan segera memasuki ruang ICU.

"Iya," sahut Harini seraya tersenyum dan memberi sedikit elusan lembut di punggung putra semata wayangnya.

Zayyan pun langsung memacu langkah, dia ingin segera bermunajat serta mengucap syukur atas pertolongan Allah yang masih sudi memberikan napas untuk sang calon istri.

"Zalfa, Ibu nggak tega lihat kamu. Segeralah sadar, Sayang," gumam Harini sembari mengelus punggung tangan Zalfa.

Setiap hari dirinya menjaga dan menemani sang calon menantu, tapi sampai sekarang Zalfa belum kunjung sadarkan diri. Bahkan, tadi sempat menggemparkan, karena mesin EKG yang hanya menampilkan garis lurus. Beruntung saat ini, detak jantung itu kembali terdengar.

Dielusnya lembut puncak kepala Zalfa. "Biasanya kamu ini ngoceh terus, nggak biasa diem. Ibu kangen lihat senyuman kamu, lihat tawa riang kamu, kangen banget," katanya.

Harini sudah menganggap Zalfa seperti anaknya sendiri, apalagi jika mengingat bagaimana pertama kali Zayyan mengenalkan Zalfa padanya. Perempuan mandiri yang hidup sebatang kara, tapi penuh semangat dan bisa berjuang di tengah kerasnya Ibu Kota. Pribadinya yang begitu menyenangkan tanpa sadar memunculkan rasa kasih sayang.

Zalfa adalah perempuan pertama yang berhasil membuat putranya jatuh cinta, hingga Zayyan begitu gigih berusaha untuk bisa segera menghalalkannya. Namun, ternyata Allah menguji cinta mereka, belum sempat akad terucap Zalfa malah terbaring tak berdaya di ruang pesakitan.

Suara salam menguar, dengan segera Harini memasang wajah sumringah dan menghapus air mata yang sempat berjatuhan.

"Ibu sudah makan siang belum? Jangan sampai telat makan," ujar Zayyan.

"Iya nanti, belum lapar," sahut Harini.

Semenjak menemani Zalfa di rumah sakit, pola makan dan tidur Harini berantakan. Makan sesempatnya, tidur pun tidak pernah nyenyak karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada sang calon menantu, jika dirinya terlelap.

"Maafin Zayyan yah, Bu. Bukannya berbakti dan menyenangkan Ibu, yang ada malah merepotkan," ungkap Zayyan.

Harini menggeleng tegas. "Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu."

"Ibu mau ke kamar mandi sebentar, kamu jagain Zalfa dulu. Kalau nggak nyaman karena cuma berduaan, panggil suster supaya nemenin kalian." Setelah mengatakan itu, Harini berlalu pergi.

Selepas Gulita | END √Where stories live. Discover now