Epilog

3.1K 85 7
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

SEBUAH nisan berada tepat di depan netra, dia tidak pernah merasa baik-baik saja kala menjumpai untaian nama yang tertulis apik di sana. Lima tahun berlalu, tapi rasa sesak di dada masih cukup menyiksa.

"Umma!" seru dua bocah laki-laki itu penuh semangat. Senyum lebar tidak pernah sedikitpun pudar.

Samudera Gautama Muttaqin dan Sagara Gautama Muttaqin. Dua bocah kembar yang kini tumbuh menggemaskan bak pinang dibelah dua. Sangat sulit dibedakan, bahkan kerapkali tertukar nama.

"Ayah, Sam ingin bertemu Umma," rengeknya seraya mengelus nisan bertuliskan Zalfa Hasna.

"Nanti juga kita akan bertemu Umma, sekarang bukan saatnya, Sam," tutur Nayya menimpali.

"Terus kapan, Bunda?" Kini Sagara yang bertanya.

Zayyan menepuk lembut puncak kepala dua putranya. "Suatu saat nanti, tapi pasti. In syaa allah kita akan bertemu dan berkumpul bersama Umma di surga."

Nayya mengaminkan dan tersenyum lebar seraya menatap lekat wajah teduh sang suami.

"Kenapa kita punya Umma dan Bunda? Temen-temen kita hanya punya satu mama," tanya Sagara dengan mata berkedip lucu.

Nayya mencubit gemas pipi chubby sang putra. "Karena kalian spesial, jadi Allah kasih dua ibu. Ada Umma dan juga Bunda."

Zayyan dan Nayya sengaja memperkenalkan Zalfa sebagai ibu dari buah hati mereka. Sebab, jika bukan karena permintaan Zalfa, mungkin Zayyan dan Nayya tidak akan menikah.

Bahkan kini rumah tangga mereka sudah dikaruniai dua bocah kembar yang lucu dan menggemaskan. Hadiah dari Allah yang tak ternilai harganya. Nayya sangat amat bersyukur.

Samudera dan Sagara bergantian mencium nisan Zalfa. "Kami berdua sayang, Umma!" serunya kompak.

"Kita berdoa dulu yah, Nak," ungkap Zayyan seraya menengadahkan kedua tangan.

Kedua bocah kembar itu mengikuti titah sang ayah, bahkan bibir keduanya pun ikut komat-kamit meniru Zayyan yang tengah khusuk berdoa.

"Aamiin," seru Samudera dan Sagara penuh semangat.

Nayya menaburkan bunga di atas makam Zalfa, mengelus nisannya lantas berkata, "Makasih yah, Fa, karena kamu sekarang aku bisa merasakan indahnya berumah tangga. Sekarang ada tiga jagoan yang akan melindungi aku."

"Aku selalu merindukan kamu, aku selalu mendoakan kamu di sini. Aku harap kita bisa berkumpul bersama di surga nanti," tukasnya dengan suara lirih menahan tangis.

Zayyan berjalan menghampiri Nayya dan berjongkok di samping sang istri. Dia merangkul bahu Nayya yang sedikit bergetar. Melihat ke depan, ada dua jagoannya yang tengah asik menaburkan bunga di atas makam Zalfa.

"In syaa allah Zalfa sudah tenang di sisi Allah, kita harus ikhlaskan kepergian Zalfa. Jangan larut dalam kesedihan," ungkap Zayyan mengingatkan.

Nayya mengangguk lantas bersandar pada Zayyan. Matanya tak pernah lepas menatap ke arah nisan. Ada kerinduan yang begitu dalam yang Nayya rasakan.

"Yuk kita pulang," ajak Zayyan pada dua putranya.

Nayya pun segera menjauhkan diri dan berdiri. Berjalan bergandengan dengan sang suami, sedangkan dua bocah kembar itu berlarian di depan mereka.

Setelah banyaknya kesabaran, cucuran air mata yang tak kunjung usai, bahkan riuhnya doa yang setiap saat dipanjatkan, akhirnya kini mereka bisa mereguk nikmatnya kebahagiaan.

Nayya dan Zayyan percaya akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra.

Hidup tak selalu mudah, tidak juga selamanya susah. Keduanya hadir secara bergantian, berputar, dan akan berhenti saat takdir memerintahkan.

Zayyan merangkul bahu Nayya, dia pun berbisik tepat di samping telinga sang istri. "Anna uhibbuki Fillah ya Zaujatii ..."

Nayya mencubit pinggang Zayyan pelan lalu berujar, "Ahabbakalladzi ahbabtani lahu."

Percayalah, selepas gulita datang akan ada setitik harapan dan sumber penerangan. Allah sudah menjanjikan, bersama kesulitan ada kemudahan.

🖤TAMAT🖤

Bandung,
Jum'at, 30 Juni 2023

Alhamdulillah akhirnya bisa nulis satu kata keramat di akhir part, TAMAT. Jazakumullah khairan katsiran, sampai ketemu di lain cerita. Semoga ada sisi baik yang bisa diambil, kalaupun tidak, mungkin bisa sedikit mengobati kegundahan yang dirasa ☺️

Terima kasih, wassalamu'alaikum 💞

Selepas Gulita | END √Where stories live. Discover now