Eps. 9

1.1K 78 1
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Lambat laun rahasia yang ditutup rapat, akan terbongkar di waktu yang tepat."

—🖤—

ANGGA membaca rekam medis Zalfa dengan pikiran bercabang. Dia sangat merasa bersalah, terlebih melihat kondisi Zalfa yang tidak kunjung mengalami peningkatan. Rasa sesal begitu menggerogoti hati, terlebih saat tahu bahwa perempuan itu akan melangsungkan pernikahan.

Namun, karena keteledorannya membuat rencana indah yang sudah dirancang sedemikian rupa itu hancur berantakan. Saat ini dia hanya bisa mengharapkan sebuah keajaiban, serta berusaha semaksimal mungkin, untuk hasil terserah Allah saja. Dia sudah berpasrah serta berserah.

Suara ketukan pintu dengan dibarengi salam membuyarkan segala lamunan Angga. Dia menampilkan senyum terpaksa, seolah senang akan kedatangan sosok tersebut.

"Pintunya aku buka nggak papa, kan, Mas?" tanyanya begitu lembut.

Angga mengangguk. "Buka aja, ganjal pakai sepatu."

Perempuan bernama lengkap Shareefa Zachira itu pun mengikuti titah Angga, dan memilih berdiri sedikit jauh dari tempat Angga duduk.

"Mas Angga lagi sibuk?" tanyanya sedikit basa-basi untuk mencairkan suasana yang terasa sangat canggung.

Angga bangkit dari duduknya, tidak nyaman jika harus berbincang dari jarak sejauh ini, terlebih perempuan yang hendak dijodohkan dengan dirinya ini selalu menunduk dalam. Angga merasa bingung, seindah itukah lantai ruangannya?

"Ada apa?" tanya Angga seramah mungkin. Dia tidak ingin mencoreng nama baik kedua orang tuanya, terlebih berlaku buruk pada wanita pun tidak ada dalam kamus hidupnya.

"Kalau Mas ada waktu, Bunda sama Tante Sonya meminta kita untuk melihat resort yang mereka sewa untuk acara pernikahan kita," jawabnya terdengar sangat berhati-hati, dan sedikit ragu.

"Kapan?"

"Kalau Mas berkenan pas jam makan siang," sahutnya masih enggan melihat sang lawan bicara.

"Ya."

Angga melirik arlojinya sebentar lalu berujar, "Kita makan siang dulu, baru jalan. Nggak papa, kan?"

Shareefa hanya mengangguk sebagai respons.

Angga jalan terlebih dahulu, sedangkan Shareefa mengintil di belakangnya. Bak, anak ayam yang tengah mengikuti induknya.

"Aduhh!" pekik Shareefa saat kepalanya menabrak punggung Angga yang tiba-tiba berhenti.

Angga menarik lengan baju Shareefa agar berdiri di sisinya. "Jalan di sebelah saya, tegakkan kepala kamu. Memangnya di bawah ada apa sih, sampai suka banget kamu lihatnya?"

Shareefa langsung menjauh dari Angga dan melepaskan tangan Angga yang berada di bajunya. "Maaf, Mas, aku nggak biasa jalan berdampingan sama laki-laki yang bukan mahram."

Angga menghela napas berat. "Bunda kamu salah memilih calon menantu. Saya nggak layak untuk menjadi suami kamu."

Adaptasi dengan orang baru memang sesulit itu, terlebih jika memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Dia sudah terbiasa bersama dengan perempuan seperti Nayya yang asik, santai, dan beragama sewajarnya. Tidak seperti Shareefa, yang bisa dibilang perempuan shalihah.

"Kamu yakin mau melanjutkan perjodohan ini? Saya sangat jauh dari kata shalih, untuk salat di awal waktu saja saya belum mampu. Apalagi harus menjadi imam dari perempuan sebaik dan se-shalihah kamu," imbuh Angga karena Shareefa tak kunjung buka suara.

Selepas Gulita | END √Where stories live. Discover now