Eps.17

923 65 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Keluarga itu segalanya, harta di dunia yang tidak ada tandingannya."

—🖤—

SENYUM Zayyan tak pernah luntur sedikit pun, terlebih saat pulang sudah disambut oleh sang istri yang sedari tadi dirindukan.

"Asinan bogor untuk Tuan Putri, dan sate kambing muda untuk Ibunda Ratu," katanya seraya menyerahkan pesanan pada Zalfa dan juga Harini.

"Sok manis banget kamu. Lagi caper yah sama istri," protes Harini lantas berlalu untuk mengeksekusi sate kambing muda yang menggoda selera.

Zayyan memindahkan Zalfa ke sofa, mengambil mangkuk serta minumnya juga. "Selamat menikmati," ujarnya begitu riang.

"Mas mau?" Zalfa menyodorkan suapan pertamanya pada sang suami. Zayyan jelas takkan menolak perlakuan manis istrinya.

"Masya Allah enak banget Mas, bisa-bisa ketagihan aku. Tiap hari minta dibeliin asinan bogor terus," komentar Zalfa begitu semangat menikmati suap demi suap makanan khas Kota Hujan tersebut.

"Lain kali, Mas yang akan buatkan. Rasanya dijamin jempolan," sahut Zayyan bangga.

"Masa?" tanyanya seraya kembali menyuapi Zayyan.

Zayyan mengangguk semangat. "Apa pun Mas bisa masak, termasuk sepiring cinta dan segelas kasih sayang."

Zalfa tertawa puas, teringat akan menu sarapan mereka kemarin pagi.

"Mas mau bersih-bersih dulu, minder lihat kamu yang udah wangi semerbak tapi Mas malah bau keringat," akunya yang Zalfa balas anggukan.

"Besok-besok Ibu order sate kambing muda lagi," ungkap Harini saat berpapasan dengan sang putra.

"Inget kolestrol, Bu. Jangan banyak tingkah deh."

Harini malah tertawa tanpa dosa, melihat kepergian Zayyan. Dia memilih untuk menemani sang menantu yang tengah menonton kajian.

"Ibu seneng banget, sekarang jadi punya temen ngobrol. Nggak kesepian lagi," oceh Harini setelah duduk di sisi sang menantu.

"Aku juga seneng, Ibu ini jago banget mencairkan suasana. Pandai berguyon juga," sahut Zalfa.

"Alhamdulillah."

"Asik banget ngobrolnya, ikutan dong," cetus Zayyan terlihat lebih fresh dan santai dengan balutan kaus serta celana pendek sebatas lutut.

"Mas nggak salah? Cepet banget mandinya," tanya Zalfa heran.

"Zayyan tuh emang begitu, mandinya secepat kilat."

"Yang penting wangi dan bersih, nggak usah lama-lama kalau di kamar mandi," sahutnya santai.

"Ibu pindah gih duduknya, Zayyan mau sunnah rasul dulu sama istri. Dzikir petang di pangkuan istri," usir Zayyan tanpa dosa.

Harini hanya bisa geleng-geleng kepala. Anaknya ini terjangkit virus bucin menahun. Dia pun mengalah dan duduk di sofa lain.

Zayyan langsung merebahkan kepalanya di pangkuan Zalfa. Dia mengambil tangan Zalfa untuk dijadikan sebagai pengganti tasbih, tak lama dari itu suaranya mengalun indah. Sedangkan Zalfa menyugar rambut Zayyan lembut, menikmati pemandangan indah yang saat ini halal untuknya.

Cukup lama mereka menikmati kebersamaan, dengan Harini yang menjadi penonton setia. Harini sangat bersyukur dan lega, melihat anak dan menantunya rukun akur dan bahagia. Semoga pernikahan sang putra selalu berada dalam lindungan Allah Ta'ala.

Selepas Gulita | END √Where stories live. Discover now