Eps. 16

964 66 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Dia hanya bercanda, harusnya tertawa bukan malah jatuh cinta."

~Anonim~

—🖤—

SETIBANYA di resort, Zayyan langsung disambut dengan segala ocehan Nayya. Dia hanya menjawab sekadarnya dan memilih fokus untuk menuntaskan pekerjaan saja.

"Berseri-seri bener tuh muka, abis liburan ke mana?" cetus Nayya tak berputus asa.

"Saya nggak liburan ke mana-mana, Mbak Nayya," sahut Zayyan sekenanya.

Mencuci bahan masakan jauh lebih menarik, dibandingkan harus meladeni Nayya yang tak lelah mengoceh layaknya burung beo.

"Sarapan gue belum lo buat? Biasanya jam tujuh tepat udah nangkring di kamar," cetus Nayya sedikit heran.

Zayyan meniriskan sayuran yang baru selesai dicucinya lantas berbalik arah untuk bisa mengobrol dengan Nayya sedikit lebih serius.

"Itu yang mau saya bahas dengan Mbak Nayya. Mulai sekarang dan seterusnya saya nggak bisa menjadi chef pribadi Mbak lagi," katanya.

"Lo mau resign dari resort?"

Sontak Zayyan pun menggeleng kuat. "Bukan begitu, saya sudah memutuskan untuk nggak tinggal di resort lagi. Saya sudah membeli rumah dan akan menetap di Bogor. Jadi nggak perlu bolak-balik Jakarta lagi. Oleh, sebab itulah waktu saya nggak akan se-fleksibel dulu yang bisa masak kapan pun Mbak Nayya mau."

"Ini bukan alibi untuk menghindari gue, kan? Akhir-akhir ini lo kayak jaga jarak sama gue. Ada masalah?"

"Nggak ada, Mbak. Mungkin itu hanya perasaan Mbak Nayya aja."

"Lo tuh nggak usah nyangkal, jujur aja napa," tuntut Nayya.

Zayyan menghela napas singkat. "Maaf yah, Mbak Nayya, saya harus kerja dulu. Pesanan udah pada masuk nih," ungkap Zayyan seraya menunjukkan beberapa pesanan yang ditulis di sebuah kertas kecil.

Nayya pun memilih untuk melipir pergi, dia tak ingin mengganggu pekerjaan Zayyan. Urusan pribadi tidak seharusnya dibawa ke ranah kerja. Dia harus bersikap profesional.

Kemampuan Zayyan dalam memasak memang tidak bisa diragukan lagi, dia begitu cepat dan cekatan dalam menyajikan hidangan. Sampai tidak sadar pesanan yang tadinya membeludak bisa dengan mudah diselesaikan.

"Gue mau burger rendah kalori seperti biasa, perut gue keroncongan belum diisi dari tadi pagi," pinta Nayya yang baru saja kembali ke dapur dan duduk nyaman di sana.

Zayyan mengangguk. "Baik, Mbak, mau diantar ke mana?"

"Gue mau makan di sini."

"Siap."

Zayyan langsung mengerjakan titah sang anak atasan. Dia sangat amat enjoy dengan pekerjaan. Berkutat di dapur memang hal yang menyenangkan bagi Zayyan. Maka dari itu, mau sebanyak apa pun pelanggan, dirinya akan tetap senang.

"Selamat menikmati, Mbak Nayya," tutur Zayyan seraya menyerahkan burger lengkap dengan kentang gorengnya.

"Duduk, Yan, gue mau ngomong bentar," pintanya.

Zayyan melirik arloji sejenak. "Belum waktunya istirahat, Mbak."

"Orderan kosong, kan? Ya udah duduk napa. Nurut apa kata gue, jangan banyak protes."

Zayyan pun akhirnya mematuhi instruksi Nayya. Dia duduk berjarak dengan perempuan itu.

"Nggak bisa banget nih lo masakin gue kayak dulu lagi?" tanyanya kembali membahas masalah yang tadi terpaksa harus dihentikan.

Selepas Gulita | END √Where stories live. Discover now