Tante Cantika

28 9 2
                                    

****

Sekala masih ada di kantor, belum selesai berkutat dengan laptop dan segala macam dokumen yang ada di atas meja nya. Sudah sejak satu jam yang lalu laki-laki berkulit putih tersebut duduk di meja nya dengan pandangan tajam, kedua alis nya menukik seakan-akan mampu menusuk layar laptop di depan nya.

Benar-benar menjengkelkan. Sekala tidak tau ada yang salah dimana tetapi pria itu sudah yakin kalau permasalahan ini sudah selesai kemarin, dirinya dibantu dengan Gino—teman seperjuangan nya sampai pulang telat kemarin hanya karena masalah ini. Tetapi, tau-tau pagi ini si Direktur sialan itu menahan pergerakan nya untuk memenuhi undangan Dito, dan kembali menghadapkan dirinya pada masalah yang sama.

Mengusap wajah frustasi Sekala sudah tidak mampu lagi berpikir jernih dan ini bukan lah hal yang baik. Pikiran nya harus fokus pada satu tujuan dan tentu saja Sekala tidak boleh mengacaukan file penting ini.

Namun rasanya tetap saja, mengesalkan. Entah sudah gelas ke berapa yang ia tandas kan isi nya hanya untuk menjernihkan pikiran nya yang sudah sangat kusut. Dito udah nungguin pasti.

Melirik arloji yang melingkar di lengan kiri nya, Sekala hanya bisa mendengus kasar. Pukul sembilan lewat tiga puluh menit, Sekala sudah sangat terlambat. Lagi-lagi dirinya hanya bisa menenangkan diri seraya tidak henti menggusar rambut nya yang mulai panjang, nyaris menutupi telinga.

"Demi Tuhan, ini udah gue selesaiin kemarin!"

Mendengar kegelisahan di meja belakang nya, Gino memutuskan untuk melihat hal apa yang berhasil membuat seorang Sekala si tenang dan damai menjadi sekacau ini.

"Se, aman lu? Kenapa?"

Sekala hanya melirik teman nya itu sekilas tidak bermaksud untuk mengabaikan namun sekadar menyapa pun Sekala tidak bisa, dan pada akhir nya membuat Gino melihat sendiri sumber kekacauan nya.

"Lah? Ini kan udah kita selesaiin kemarin?"

Sama terkejut nya dengan Sekala laki-laki berbadan jauh lebih bongsor itu melebarkan mata nya tanpa bisa menahan keterkejutan nya. Lihat, bahkan Gino pun bertanya-tanya.

"Makanya."

"Ini kok bisa jadi sekacau ini?"

"Gue gak tau, No. Sumpah gue pusing banget, mana harusnya hari ini ke sekolah Dito, gue udah telat. Dia pasti nungguin."

Meski Gino belum berumah tangga tapi setidaknya ia paham bagaimana repot nya Sekala saat ini, teman nya itu pasti lumayan sulit membagi waktu nya. Dito itu prioritas utama Sekala, tetapi, urusan kantor juga tidak bisa Sekala sepele kan begitu saja.

"Lu ke sekolah dah. Ini biar gua aja ntar yang beresin." Tawar Gino yang tentu saja mendapat kan penolakan dari Sekala.

"Engga. Gue gak bisa pergi gitu aja atau gue bakalan lebih pusing dari ini."

Sekala bukan CEO atau pun konglomerat yang punya harta tujuh turunan tidak habis-habis. Dito memang yang paling utama di hidup nya, namun Sekala juga tidak bisa melepaskan tanggung jawab nya. Maka, untuk pertama kali nya dalam sepanjang hidup Sekala, pria itu memilih untuk tetap bertahan di kantor dan mengesampingkan urusan Dito.

Maafin Papa.

Untuk berikut nya ia menekan nomor telepon salah satu teman nya.

Hi, Bye Papa! Where stories live. Discover now