Papa Sekala

26 6 1
                                    

****

Di antara hiruk-pikuk jalanan Jakarta, di antara riuh nya suara di kantor karena sudah memasuki jam makan siang para pekerja bersegera menyelesaikan pekerjaan nya agar bisa mendapatkan makanan di kantin.

Tetapi di antara ramai nya hari itu masih ada sepi di sudut nya. Sudut balkon kantor siang itu yang terlihat damai dan menenangkan, membuat seseorang disana tidak mau berpindah tempat untuk sekadar menyicip makanan hari ini.

Sapuan angin yang mengenai wajah serta rambut hitam nya, membuat Sekala merasa tenang untuk beberapa waktu. Melupakan segala beban dan penat nya selepas rapat bulanan, kembali menyelami hari-hari dimana kekasih hati masih berada di sisi.

Sekala bahkan masih ingat betul bagaimana suara lembut Danila, wangi wanita tersebut yang selalu menjadi candu bagi hidup Sekala. Semua nya masih tersimpan rapi di sudut hati Sekala tanpa berubah sedikit pun.

"Lu gak makan, Se?"

Lamunan nya terpaksa harus dihentikan begitu mendengar suara Gino yang berada di sebelah nya, duduk sembari menikmati satu batang rokok yang Sekala yakini baru di hisap hari ini.

"Udah."

"Makan angin lu?"

Sekala hanya tertawa sekilas lantas turut mendudukkan diri nya tepat di samping Gino yang di batasi dengan meja bulat. Kedua nya sama-sama diam untuk beberapa menit, saling menghela nafas melepaskan segala hal yang menyesakkan.

"Dito apa kabar?"

"Baik. Dia selalu baik."

Sekala tidak pernah berbohong soal Dito yang selalu baik, walaupun terakhir kali wajah anak itu terlihat babak belur namun Dito tetap terlihat baik-atau mungkin berusaha baik-baik saja.

"Tahun depan dia 17 ya?"

"Emm."

Asap rokok yang mengebul dan bercampur bersama angin siang itu membuat perasaan Sekala campur aduk, tentang Danila dan juga Dito.

"Mau lu kasih apaan?"

"Motor, biar dia bisa bebas kemana-mana sendiri."

Gino manggut-manggut sekilas kembali menghisap rokok untuk setelah nya ia kebulkan lagi asap tersebut.

"Bener kasian juga kalo di biarin pulang naik kendaraan umum."

Sekala hanya diam pikiran nya masih berkecamuk. Semalam dirinya kembali memimpikan Danila, bukan mimpi aneh, hanya potongan kenangan di masa lalu nya. Kenangan saat Danila mengandung Dito.

Istri nya itu terlihat sangat bahagia, bahkan Sekala takut sekali mengacaukan hari Danila saat itu. Melihat bagaimana Danila yang tidak henti mengajak Dito-yang saat itu berada di dalam kandungan-bercerita, mengelus perut nya sendiri dengan sangat lembut dan hati-hati, membuat hati Sekala menghangat.

Lalu, mimpi nya kembali acak di hari dimana ia harus terpaksa melepas Danila untuk pulang. Perasaan nya kembali sesak, bibir pucat Danila tidak tersenyum tapi di mimpi nya semalam berubah menjadi senyum yang sangat cantik.

"No."

"Hm?"

"Gue udah jadi Ayah yang baik belum ya buat Dito?"

Hi, Bye Papa! Where stories live. Discover now