11. Wishes

608 52 24
                                    


Happy reading semuanyaaaa ✨

***

Mereka pasti pernah saling jatuh cinta dengan begitu dalam.

Itulah yang ada dalam benak Dewa saat menyibak sedikit gorden ruang tengah lalu menemukan keberadaan Abian serta Nala. Pelukan erat, air mata Nala dan usapan tangan Abian menjelaskan semuanya.

Dugaannya sejak awal sama sekali tidak salah. Ia tahu pada akhirnya Abian yang keras dan tidak pernah mau menjalin hubungan serius dengan gadis manapun pada akhirnya pasti akan lunak saat menemukan seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta. Seseorang itu adalah Nala Atmadja.

Dewa sudah berusaha menjalankan perannya sebagai saudara, ia meminta Abian untuk tidak memainkan perasaannya. Tapi keputusan Abian kala itu tidak bisa diganggu gugat, begitu juga dengan Nala yang lebih memilih untuk merelakan Abian.

Dewa tidak akan lupa dengan satu permintaan Abian yang diucapkan sebelum adik bungsunya itu menikah. Dengan suara gemetar Abian berbisik "Jaga Nala Wa".

Permintaan Abian kala itu terdengar begitu mustahil di telinganya. Ia tidak mengenal Nala dan merasa tidak mungkin berada di kehidupan yang dekat dengan Nala. Namun siapa sangka, takdir bekerja, mempertemukan mereka bahkan ketika dirinya telah memutuskan untuk menata kehidupan barunya di luar kota.

Berbagai situasi telah membuat Dewa dekat dengan Nala, merasakan kenyamanan hingga dada yang bergejolak panas ketika melihat gadis itu bersama Abian. Ntah untuk alasan apa.

Dewa menutup kembali hordennya. Rasanya masih sulit untuk dipercaya jika kehadiran Abian pada hari ini benar-benar tidak sedikitpun membuat hatinya bahagia.

***

Nala pulang dengan diantar oleh Abian. Tentu setelah berbagai penolakan, Abian tetap bersikukuh tidak mau membiarkannya pulang seorang diri, apalagi hari sudah mendekati larut malam.

Keduanya tidak membicarakan apapun saat dalam perjalanan. Abian mengemudi dan Nala memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah jendela. Merenung. Banyak hal berubah dalam hidupnya selama satu tahun terakhir, tapi perasaannya pada Abian tidak.

Apa artinya semua itu?
Hanya ego semata atau memang takdir yang merawat perasaannya?

"Kamu tinggal di kompleks sini?" tanya Abian, memecah keheningan.
"Iya, rumah paling ujung"
"Tempat ini nyaman?"
"Sejauh ini cukup nyaman"

Abian sejenak memberi jeda, dan walaupun tanpa saling menoleh namun Nala rasa Abian sempat tersenyum. "Gue iri Nal"
"Untuk?"

"Lo bisa menemukan tempat yang nyaman, sementara gue terjebak dalam situasi nggak nyaman" lirih Abian. Selama setahun terakhir ia tinggal bersama perempuan yang tidak ia cintai. Sheryl perempuan yang baik dan Abian juga sudah berkali-kali berusaha untuk membuka hatinya namun ia masih belum bisa mengkategorikan perasaannya pada Sheryl sebagai cinta. Ia juga tidak mau pura-pura jatuh cinta karena akan lebih menyakitkan jika suatu hari harapan dipatahkan oleh kenyataan.

“Kehidupan kita yang sekarang itu pilihan kita sebelumnya Bi, pahit manis, itu harus kita terima, nggak ada yang bisa kita salahkan”
“Tapi gue nggak bisa berhenti menyalahkan diri Nal”
“Kalau waktu itu gue sedikit keras kepala dan bertahan sebentar lagi, nggak mungkin lo akan tetap keras kan?”

Nala hanya diam. Bingung harus menjawab apa. Jika pikirannya ditarik mundur, apa yang membuatnya sakit selama ini adalah kesombongannya sendiri. Ia yang dengan sombongnya berpikir, bisa melanjutkan hidup tanpa Abian sehingga dengan mudahnya meminta lelaki itu untuk pergi. Padahal kenyataannya, tanpa Abian, Nala sempat tidak ingin menari lagi.

Rasa Untuk DewaWhere stories live. Discover now