Chapter 2 Terbuang

198 36 5
                                    

Lana melempar tasnya dengan gusar, rambutnya yang tadi terikat rapi mulai acak-acakan. Selang beberapa waktu, terdengar langkah kaki menuju ke arahnya tergesa.

"Kenapa, Lan? Jangan ribut, Mawar baru tidur." Wanita sebayanya menegur.

"Aku kesal Nia. Kesal sampai darahku mendidih ingin muncrat keluar." Lana sangat lelah hari ini, sepulang kantor dia masih harus menjemput anaknya di rumah sahabatnya. Sekarang dia menyesal kenapa mantan manajernya dulu pindah dan diganti seseorang yang tidak tahu menahu sama sekali soal perusahaan.

Rania meringis, dia seolah mengetahui apa yang menyebabkan Lana seperti itu. Mereka telah bersahabat sejak SMA. Rania turut bersimpati, Lana gembira sekali saat mengetahui akan dipromosikan sebagai manajer. Itu berarti kehidupan dia dan Mawar akan lebih baik.

"Bos barumu? Kenapa lagi dia?"

"Benar-benar menyebalkan. Aku menantangnya hari ini." Lana beranjak menuju dapur, mengisi gelas dengan air dingin. "Tampaknya dia tahu kalau aku nggak menyukainya. Dia tanya dan aku jawab, Ya, aku memang nggak suka."

Rania melipat tangan. "Jangan terlalu gegabah Lana, kamu butuh pekerjaan itu. Mawar juga sebentar lagi harus bersekolah."

"Aku merasa tertindas di sini, sial. Aku sebaiknya cari pekerjaan baru." Lana terus bicara seolah belum puas menumpahkan kekesalannya.

"Nggak mudah mencari pekerjaan seperti di Jaya Rupa, itu perusahaan bonafit Lana."

Lana menarik nafas.

"Aku punya kabar yang membuatmu akan semakin kesal." Rania berkata.

Lana meliriknya, belum pukul sembilan malam. Masih ada waktu untuk memiliki obrolan yang panjang dengan sahabatnya itu sebelum membawa Mawar pulang. Rania Dan dia sama-sama belum menikah, bedanya Lana bekerja di kantor sedangkan Rania bekerja di rumah. Karena itu biasanya, sepulang dari taman kanak-kanak, Mawar akan dibawa Rania ke rumahnya sampai Lana menjemput saat dia pulang kantor.

"Jangan membuat situasiku bertambah parah, Nia."

"Aku harus. Aku udah nggak tahan mau menyampaikan ini." Rania melebarkan matanya. "Ini soal saudari tirimu, cewek paling baik dan paling polos sedunia."

Lana terdiam, dia sebenarnya tidak ingin membahas tentang persoalan keluarga. Lana sudah lelah, namun, Rania terus mengingatkannya untuk melawan. Lana tahu kata-kata Rania jelas sarkas. Dibanding dirinya yang mulai tidak peduli pada keluarga baru ayahnya, justru Rania-lah yang belum menerima kenyataan kalau Nara, nama saudari tiri Lana merebut semua haknya.

Lana, Rania dan Nara. Mereka bersahabat sejak SMA, perjalanan hidup memang lucu, mendadak Nara menjadi saudari tirinya. Tapi, Lana tahu kalau tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Ibu Nara memang sengaja mendekati ayahnya saat ibu Lana meninggal. Dan dia berhasil menjadi nyonya rumah, Nara menjadi nona kecil yang baru. Sedangkan, nona yang asli, tersingkir begitu saja.

"Kamu masih saja memantau media sosialnya." Lana berkata.

"Dia lagi heboh, katanya bertemu seorang pria luar biasa saat kencan buta."

"Bukan urusanku dan bukan urusanmu."

"Urusanmu, Lana. Karena apa? Pria itu katanya dipilih oleh papamu. Dia bangga sekali mengatakan betapa perhatian papanya. Aku sampai merinding. Itu harusnya posisimu yang lagi-lagi dia ambil." Rania berkata kesal.

"Menurutmu, bagaimana tanggapan pria itu seandainya tahu kalau aku memiliki anak di luar nikah? Bisa-bisa aku kembali mencoreng nama keluarga."

"Nggak, Lana. Kalau aku laki-laki, aku pasti akan sangat terpesona padamu."

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Where stories live. Discover now