Chapter 21 Muslihat

152 28 8
                                    

Sekali pengecut tetaplah pengecut.

Gio terbangun dari mimpi buruknya, keringat membasahi seluruh tubuh di ruangan yang full AC. Dia menelan ludah, merasa gemetar. Tenggorokannya terasa kering.

Wajah Lana begitu nyata dalam mimpinya, menatapnya keji. Dengan ringkih, Gio berjalan tertatih menuju nakas. Mengambil minuman. Menghempaskan tubuhnya di kursi.

Dia mengingat saat bertemu Mawar, jantungnya tersayat kala itu. Mawar memperhatikannya dengan tatapan asing. Dia tidak sadar kalau Gio adalah ayahnya. Betapa di hatinya tergores luka tajam.

Gio meremas kepalanya yang sungguh sakit. Kemunculan Lana memporak porandakan kehidupannya yang mulai stabil. Sebenarnya, sejak lama dia telah bersiap untuk ini. Namun, tetap saja, dia kacau.

Beberapa waktu yang lalu, Gio bahkan mencari Lana. Namun, mungkin usahanya memang belum maksimal. Atau benar seperti kata Lana dalam mimpinya, dia memang pengecut. Takut kehilangan segalanya. Jabatan juga harta.

Gio mengingat peristiwa di masa lalu, peristiwa yang dia yakini menghadirkan Mawar dalam kehidupan ini.

Bagaimana itu bisa terjadi? Gio juga tidak sadar,l ketika melakukannya. Dia mabuk berat, hingga pagi hari terbangun di kamar di rumah kontrakan Lana saat kuliah dulu, dengan Lana duduk di sebelahnya. Tidak memiliki ekspresi apapun. Hanya menatapnya dengan pandangan kosong. Pucat pasi dan seperti mayat hidup. Lana bilang sesuatu yang tak masuk akal padanya.

Lana berkata, Gio melakukan sesuatu yang kejam. Dia memahami apa maksud perkataan Lana. Pacarnya Lana selalu menatapnya penuh kasih dan lembut, tiba-tiba memiliki ekspresi seperti itu. Pasti hatinya amat sakit dan kecewa. Raut wajah yang tidak akan pernah dia lupakan, bahkan mungkin sampai akhir hayatnya.

Gio bersimpuh pada Lana saat itu bahkan dia bersumpah, meminta maaf berkali-kali. Dia tidak menyadari apa yang terjadi, lupa sama sekali. Dia pergi ke klub bersama beberapa temannya di malam kejadian. Berbohong pada Lana, padahal Lana sudah mengingatkannya untuk tidak bergaul dengan kelompok itu lagi.

Sepulang dari klub, Gio tidak sadar kalau dia datang ke tempat Lana. Sampai dia terbangun. Beberapa waktu setelah peristiwa itu, Gio kemudian mengetahui kalau minumannya dicampur ecstasy.  Sungguh muslihat dunia mengerikan.

Ingatannya kembali melayang ke beberapa minggu setelah peristiwa itu.

"Aku hamil, Efran."

Tatapan mata Lana begitu lurus saat itu, membuat Gio terpaku. Hanya saja, dia begitu mencintai Lana, baginya tidak masalah. Dia pasti bertanggung jawab, begitu katanya.

Gio berkata mereka akan pulang ke kota asal mereka dan memberitahukan pada ibunya juga ayah Lana soal apa yang terjadi.

Dia meminta Lana menunggu. Setelah itu mereka akan segera menikah dan Gio  bertanggung jawab atas bayi dalam kandungan Lana.

Akan tetapi rencana dunia kadang pahit, juga tidak adil. Hingga manusia terpaksa harus memilih. Inilah konsekuensi yang harus dia ambil karena telah meninggalkan Lana.

Dunia memang sialan, Gio meratap setiap hari tapi dia melanjutkan hidupnya.

Pintu kamar Gio terbuka dengan kasar, membuatnya terjaga dari lamunannya, begitu cepat dan tanpa dia sadari sosok Lazuardi menerobos masuk. Mencengkram kerahnya, membuat dia berdiri. Adik yang sejak dulu begitu akrab dengannya itu tiba-tiba meninju wajahnya dengan keras, membuat Gio tersungkur, terhempas ke dinding.

Terasa asin saat Gio menjilat bibirnya, dia mengusap dengan ibu jari mengetahui kalau bibirnya pecah. Tapi Gio tidak bisa mengatakan apapun.

"Apa yang sudah abang lakukan?!" Lazuardi berteriak.

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin