Chapter 17 Bersikap Manis

114 23 0
                                    

"Lana sungguh perempuan menjijikkan!" Nara berteriak, giginya bergemeletuk dan kedua tangannya mengepal. Dia telah mengobrak-abrik seluruh isi kamarnya sejak tadi.

"Nara, apa yang kamu lakukan?" hardik sang ibu.

Dengan suara gemetar, Nara berkata, "Lana, Ma. Aku nggak tahu sihir apa yang dia gunakan. Kenapa dia selalu merebut kebahagiaanku?"

"Soal apa ini? Apa soal pertunanganmu dengan Lazuardi?"

"Apalagi? Awalnya Lazu menyukai aku, kami bahkan akrab. Apa mama tahu bagaimana dia membenci Lana tadinya?"

Sofia menghela nafas. "Duduk dulu, Nara. Kenapa kamu menyerah hanya soal laki-laki? Jangan lupa bagaimana perjuangan kita untuk mencapai posisi ini. Cuma karena itu kamu nyerah?"

Nara menggelengkan kepala, matanya berkaca dan air mata terus keluar menetes di pipi.

"Aku sakit hati, Lazu bahkan membela Lana sekarang. Aku bingung, Ma. Bagaimana bisa ...?"

"Dia pasti nggak tahu kalau Lana memiliki seorang putri. Mana mungkin keluarga Ranjaya yang terpandang, mau menerima perempuan macam Lana. Kamu tinggal katakan aja sama Lazu."

Nara menelan ludah. "Lazuardi udah tahu kalau Lana punya anak. Ma, ayo kita bongkar aja soal ini."

Sofia memicingkan matanya. "Apa maksudmu, Nara?"

Nara menarik nafasnya. "Kita bilang ke semua orang kalau Lana itu perempuan nggak benar. Dia udah punya anak di luar nikah, tapi dia berlagak seperti seorang perempuan single. Merayu laki-laki ke sana kemari."

Sofia diam. Kemudian dia berkata. "Kamu jangan cari masalah, papamu memang saat ini nggak ingin melihat Lana. Tapi, kalau papamu tahu kita menyebarkan hal ini, detik ini juga kita akan terusir dan kembali ke jalanan."

"Bisa cari cara supaya bukan kita yang disalahkan. Ayolah, Ma. Papa percaya sama mama. Mungkin saja Lazu bisa menerima Lana. Tapi, orang tuanya? Apalagi kalau banyak orang yang tau soal ini. Sebelum hubungan Lazu dan Lana semakin dekat."

"Mama nggak mau ambil resiko, Nara. Saat ini papamu sangat mempercayai mama, sedikit curiga maka dia akan menyuruh orang untuk memata-matai kita dan dia bakal tahu bagaimana perlakuan mama ke Lana selama ini."

"Papa juga udah membuang Lana. Dia nggak akan mungkin memaafkan Lana, Lana udah mencoreng muka keluarga ini."

"Kamu jangan lupa, Nara. Darah lebih kental dari air, papamu sudah kehilangan satu putri. Dia mungkin bisa berjauhan dari Lana saat ini, tapi dia nggak akan mau kehilangan putrinya yang satu lagi. Jangan kamu lupa kalau ada seorang cucu. Si Mawar itu."

Sofia kemudian berpikir. "Terus bagaimana dengan abangnya Lazu. Si Gio? Kenapa kamu nggak merayunya aja? Nggak mungkin dia juga suka sama Lana."

"Dia udah punya pacar dan dia kayaknya cinta banget sama pacarnya itu. Makanya waktu itu dia minta Lazu menggantikan saat ketemuan sama aku."

"Mama punya rencana." Sofia tersenyum.

Mata Nara mengilat.

***

"Kalau bukan untuk urusan pekerjaan sebaiknya kita saling menjaga jarak, Pak."

"Dingin sekali kata-katamu. Padahal karena kamu untuk pertama kalinya aku bersitegang dengan abangku." Lazuardi tersenyum simpul.

Kening Lana berkerut. "Itu nggak ada hubungannya dengan saya."

"Masa?" Lazuardi meliriknya jenaka. Wajah galak Lana sekarang terlihat begitu menyenangkan untuk digoda. Manusia memang aneh. Tiba-tiba saja Lazuardi jadi selalu ingin berdekatan dengan perempuan ini. Bahkan sampai menentang abangnya. "Abangku marah."

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang