Chapter 11 Jika Lebih Dekat

111 28 3
                                    

"Apa maksudnya Pak Sega berbisnis dengan abangku?" Lazuardi mengerutkan keningnya ketika seseorang masuk ke dalam ruangan dan menyampaikan laporan mengenai MM event organizer.

"Berdasarkan informasi yang saya dapatkan baru-baru ini Pak Gio memang telah menginvestasikan dana yang cukup besar ke MM event organizer." Pria itu menyerahkan berkas dalam amplop coklat pada Lazuardi.

Lazuardi terdiam, benarkah abangnya terlibat dalam peristiwa yang baru-baru ini dilakukan oleh pihak MM? Untuk apa abangnya melakukan itu? Apa diam-diam Gio ingin memboikot Lazuardi? Tidak ingin melihatnya sukses?

Dipikir lagi, rasanya tidak mungkin. Dia yang paling tahu bagaimana malasnya Lazuardi terlibat dalam bisnis ayahnya. Sebaiknya nanti dia akan bertanya langsung pada Gio.

"Baiklah makasih, Pak."

Pria paruh baya itu berpamitan dan keluar dari ruangan Lazuardi. Pria itu merupakan tangan kanan ibu kandung Lazuardi sebelumnya, sampai saat ini beliau masih terus dipekerjakan. Sejak dulu Lazuardi tidak pernah menggunakan jasanya, hanya saja sejak dia bekerja ternyata dia perlu orang-orang seperti itu, orang-orang yang bekerja di belakang layar.

Lazuardi menelepon sekretarisnya, "apa Ibu Lana sudah datang?"

"Sudah, Pak, apa bapak ingin memanggilnya ke ruangan bapak?"

"Nggak perlu, aku cuma ingin memastikan dia datang."

Siapa ayah biologis Mawar? Perasaan Lazuardi sedikit tidak nyaman ketika mendengar Lana bertemu dengan ayah biologis mawar. Mawar gadis kecil yang cantik begitu juga dengan ibunya. Pria itu pasti sangat bodoh karena sudah menyia-nyiakan mereka, tapi bukankah itu lebih baik, dengan begitu Lazuardi memiliki kesempatan ...

Kesempatan? Apa yang dia pikirkan? Dia memang aneh belakangan ini. Dia mendekati Lana hanya untuk membuat perempuan itu bekerja baik untuk perusahaan.

Lazuardi melihat ponselnya berbunyi, ayahnya? Akhir-akhir ini ayah Lazuardi bersikap lunak. Mungkin dia gembira karena Lazuardi tidak lagi bertingkah.

Ternyata ayahnya mengajak makan siang bersama, hal yang tidak disangka-sangka. Sekalipun memiliki seorang ayah, sejak kematian ibu kandungnya, hubungan mereka cukup renggang. Ibu sambungnya saat ini selalu berusaha untuk membuat mereka lebih akrab, akan tetapi tampaknya laki-laki memang seperti itu.

Hari ini berjalan dengan baik, Disa juga sudah menyampaikan kalau acara coffee morning akan kembali berjalan dengan lancar karena Lana sudah kembali bergabung dengan tim.  Rupanya dia hebat juga sebagai pimpinan, pendekatan terhadap Lana berhasil. Dalam waktu dekat dia akan mempromosikan Lana, tidak sabar rasanya melihat wajah gembiranya ketika perempuan itu tahu dia akan segera naik jabatan.

Lazuardi memanggil sopirnya dan bergegas menuju restoran yang telah disebutkan oleh ayahnya di telepon tadi. Ternyata, dia tidak perlu menunggu karena melihat mobil ayahnya sudah berada di parkiran. Dia juga melihat sekretaris ayahnya menunggu di depan restoran untuk mengantarnya ke dalam.

Mendekati ruangan VVIP, Lazuardi mendengar gelak tawa ayahnya. Tampaknya beliau tengah bersama seseorang. Ayahnya jarang tertawa, mendengarnya tertawa seperti itu amatlah langka.

"Selamat siang." Lazuardi berkata seraya membuka pintu, begitu melihat sosok yang bersama ayahnya. Lazuardi merasa sangat familiar namun dia tidak ingat siapa beliau.

"Wah ... wah ... inikah Lazuardi, terakhir bertemu sudah lama sekali. Sekarang sudah jadi pemuda yang gagah." Beliau berkata.

Lazuardi berusaha bersikap sopan, namun, dia benar-benar tidak bisa mengingat siapa sosok itu sekalipun wajahnya terlihat tidak asing.

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Where stories live. Discover now