Chapter 18 Persaingan

122 25 4
                                    

"Hai mbak, ada apa nih tumben ngajak ketemu. Kayaknya udah lama banget ya, kita nggak ketemu." Seorang perempuan dengan rambut digelung tersenyum.

"Iya habis pesta yang terakhir. Udah lama banget kita nggak kumpul-kumpul." Helen balas tersenyum.

"Sebenarnya aku nggak masalah sekali-kali kita bertemu untuk makan siang. Cuma, aku merasa nggak enak hati kalau membuat janji duluan."

Helen tersenyum lagi. Memang tidak menyangka akhirnya perempuan di hadapannya bisa masuk ke dalam circle sosialita di kota ini. Menikahi pria yang lebih sukses dari suaminya. Helen agak cemburu padanya.

"Ini soal anak-anak kita, Maya." Helen memesankan menu untuk makan siang mereka.

"Apa mbak mengajak bertemu untuk membahas soal Lazu, anakku?"

Helen mengangguk, tampak berpikir. "Aku memang pernah mendengar soal ini, tapi aku nggak menyangka kalau ...,"

"Katakan saja, mbak."

"Mereka tampaknya cocok dan sudah berhubungan dengan akrab. Lazu dengan putriku, Nara, tapi tiba-tiba Lazu nggak ingin bertemu lagi dengannya."

Maya menarik nafas. "Bagaimana, ya, soal anak-anak. Aku nggak ingin mencampuri urusan mereka. Biarkan mereka memilih calon masing-masing."

"Aku juga berpikir begitu. Hanya saja, ini menyangkut perempuan lain." Helen tampak kecewa.

"Maksud, mbak apa? Aku nggak mengerti."

"Apakah ini sebuah kebetulan atau tidak. Tampaknya Lazuardi sekantor dengan putri sambungku, mereka juga menjalin hubungan."

"Bisa kebetulan begitu?" Maya jadi terpikir soal Lazuardi yang malu-malu bertanya soal perempuan. Apa dia memang menyukai seseorang di kantornya?

Helen mengganggu. "Ya se-kebetulan itu. Aku bukannya nggak menyukai anak tiriku, Maya. Masalahnya,  bagaimana mengatakannya ... Aku sebenarnya nggak enak mengatakan ini, seolah-olah aku membenci dia. Padahal itu nggak benar." Helen menarik nafas panjang, kemudian melanjutkan. "Hanya saja, dia sudah nggak tinggal di rumah sejak lama."

"Apa karena dia nggak menyetujui pernikahan Mas Huda denganmu?" Maya bisa menangkap kegelisahan dalam diri Helen, orang tua yang menikah lagi dengan orang lain bisa membuat anak marah.

"Aku rasa begitu, dia mulai memberontak sejak kuliah. Sepertinya banyak berhubungan dengan laki-laki, juga tinggal bersama."

Maya tampak terkejut.

"Aku nggak bermaksud menjelekkannya." Helen memejamkan mata. "Hanya saja ini sudah menyangkut anak kita, aku kira kamu harus tau."

"Aku ngerti, mbak. Mbak bisa sampaikan ke aku, apa yang mau mbak katakan." Maya memaklumi, posisi mereka sangat sama. Hanya saja, dia bersyukur karena Lazuardi menerima mereka dengan tangan terbuka.

"Karena membenciku juga Nara. Lana kemudian menggoda Lazu."

"Oh, namanya Lana." Maya berpikir. Helen mengangguk mengiakan. "Maksudnya, mbak ingin aku bicara dengan Lazu?"

"Sebenarnya aku udah berjanji pada suamiku untuk nggak mempersoalkan ini. Tadinya, aku nggak percaya dengan isu-isu mengenai Lana. Hanya saja mendadak dia memiliki seorang anak di luar nikah, tanpa tahu suaminya."

"A-apa?" Sungguh sesuatu yang tidak disangka oleh Maya.

"Aku berjanji pada suamiku untuk nggak pernah membicarakan ini, tapi, karena ini menyangkut soal pria yang disukai oleh anakku. Aku jadinya nggak bisa tinggal diam."

"Apa Lazu tahu soal ini?" Maya cukup shock mendengar kata-kata Helen.

"Menurut Nara, Lazu mengetahuinya dan dia nggak keberatan."

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Where stories live. Discover now