Chapter 9 Reda

111 22 2
                                    

"Cantiknya, Mawar." Nara memuji.

Lana menganggukkan kepalanya. "Seperti mamanya."

Rania dan Lana tengah makan siang di sebuah mall, saat guru Mawar mengirimi foto kegiatan sekolahnya.

"Aku senang kamu memutuskan untuk nggak jadi mengundurkan diri, Lana. Paling tidak, pikirkan sedikit soal aku." Rania mengejek, dia terlihat gembira saat Lana bilang kalau keputusan untuk kabur ditunda sementara. Sementara itu cukup baik. Karena Lana biasanya sangat keras kepala.

Lana tersenyum tipis, ternyata kenekatan Lazuardi sedikit menggoyahkan pikirannya. Apalagi soal kenaikan gaji. Lana menyipitkan mata, berpikir, semoga Lazuardi tipe orang yang menepati janjinya.

"Laki-laki itu aneh." Lana merutuk tanpa sadar.

"Siapa? Bosmu?"

Lana kaget, tak sadar kalau ternyata ia bicara sedikit keras. Rania tersenyum simpul.

"Sadar atau nggak sadar, ini pertama kali kamu selalu bicarain cowok."

"Apa maksudmu, Nia?"

"Pak Lazuardi ini, Pak Lazuardi itu ... Dia laki-laki yang belakangan ini selalu kamu bahas."

"Ya, itu, kan, karena ..."

"Jadi apa yang ditawarkan Pak Lazuardi padamu, Lan?"

Lana mencecap, menyingkirkan sayur dari piringnya. "Aku benci sawi ini."

Rania mendengus. Sudah pasti Lana mengalihkan pembicaraan.

"Pak Lazuardi bilang akan menaikkan gajiku."

"Cuma itu? Gampangan sekali langsung terima," ejek Rania. Dia memang kesal sekali pada Lana saat sahabatnya itu berkata akan meninggalkan kota mereka.

"Dia rela mengundurkan diri dan menjadikanku manajer kalau aku nggak jadi resign."

Kali ini Rania dibuat menganga. "Serius dia bilang gitu?"

Lana mengangguk. "Menurutmu, dia punya maksud tertentu nggak?"

"Apa dia nggak betah dengan pekerjaannya? Jadi, dia memang mau out?"

"Aku nggak berpikir sejauh itu, Nia. Cuma rasanya salah kalau aku nggak menghargai niatnya."

"Aku jadi penasaran sama bosmu ini. Ada akun medsosnya nggak?"

Lana mengangguk, "ada, tapi aku nggak berteman. Lagian, nggak ada apa-apa, wajahnya juga nggak ada."

Rania mengeluarkan dompet dan membayar makan siang mereka.

"Aku mau cari tas untuk Mawar." Lana berkata. Rania mengiakan.

***
Gio melambaikan tangan.

"Hai Nara."

"Kak Gio, makasih ya udah mau nemuin aku." Nara tersenyum.

"Nggak apa, apa sih yang nggak buat calon adik ipar." Gio cengengesan. Nara melirik ke belakang Gio. "Kakak sendiri?"

"Aku sama pacarku, tapi dia lagi di salon."

Nara tertawa. "Takutnya nanti pacar Kak Gio cemburu."

"Dia tahu kamu, aku udah bilang. Nara, kamu udah makan?"

"Nggak usah kak, aku cuma mau kasih sesuatu untuk Lazu."

Gio mengernyit. "Ayolah, ngobrol dulu. Temani aku. Kamu tau kan cewek kalau ke salon gimana? Pasti lama."

Nara tertawa. "Boleh, deh."

Mereka memasuki restoran jepang dan duduk memesan menu. Sembari menunggu, Nara mengeluarkan kotak yang dia bawa.

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang